His Soft Side - Bab 550 Tidak Makan Tidak Masalah

Rosy Lin berdiri sembari mencengkeram ponsel. Matanya bergerak kesana-kemari, sementara sekujur tubuhnya tegang.

Sekalinya teringat satu pria itu, ia tidak akan tahan untuk tidak gelisah. Kekesalan bahkan membuat hatinya terasa gemetar.

Tidak boleh, ia tidak boleh menanggung siksaan Zafron Huo lagi. Atas dasar apa Chloe Jian bisa menemukan pria tampan dan kaya yang baik hati, sementara dirinya diperlakukan seperti hewan peliharaan oleh Zafron Huo?

Ponsel Rosy Lin tiba-tiba berdering. Begitu terhubung, dari seberang terdengar suara asisten khusus, “Asisten Lin, kamu di mana? Dirut mencarimu, katanya ada keperluan. Cepat datang!”

Si wanita menatap ponsel dengan mata pahit. Ia kemudian menggeretakkan gigi, buat apa si dirut mencarinya? Jelaslah buat melakukan sesuatu yang cabul-cabul. Mana mungkin untuk melakukan hal lain?

Tidak! ia tidak ingin mempermudah Tuan Besar Ming lagi. Setiap kali ia diraba-raba olehnya, ia sangat kesal dan makin iri pada Chloe Jian.

“Asisten Lin? Kamu sedang mendengarkan kah?” Tidak mendapat respon, asisten khusus bertanya dengan nada meninggi.

Rosy Lin bangkit dari lamunan. Dengan menahan rasa jijik dan benci, ia menanggapi tenang: “Iya, dengar. Aku segera ke sana!”

Di ruang kerja dirut, Tuan Besar Ming duduk dengan wajah muram. Begitu Rosy Lin datang, kemuraman di wajahnya malah jadi makin nampak.

Si wanita bertanya hati-hati: “Dirut, siapa yang membuatmu marah?”

Tuan Besar Ming meraih tangan Rosy Lin dan menyuruhnya duduk dalam pangkuannya. Tangan keriput itu lalu bergerak masuk ke dalam pakaian si wanita, lalu mencubit-cubit buah dadanya. Dengan dingin, si pria tua menjawab, “Siapa lagi kalau bukan Sherin Xia, si perempuan murahan itu? Wajahku sudah mau hilang gara-gara dia.”

Pada pesta koktail keluaraga Zheng, Sherin Xia sempat memaki dan memukuli Chloe Jian. Wanita itu tidak mengizinkan siapa pun buat menyelidikinya, bahkan juga menghampiri Colten Huo untuk meminta belas kasihnya. Pada akhirnya, ia dijadikan bahan tertawaan dan ini membuat Tuan Besar Ming marah. Si pria tua saat itu juga memukuli Sherin Xia dengan tongkat jalan, lalu menguncinya di satu ruangan sekembalinya ke rumah kediaman. Sayang, kejadian ini tetap menjadi lelucon di antara para keluarga kelas atas Kota Qinghu. Sadis, seorang Tuan Besar Ming bahkan tidak bisa menghentikan kecepatan peredarannya!

Lelucon ini sangat menodai wajah keluarga Ming. Ming’s Corp, yang didirikan dengan susah-payah, akhirnya kehilangan banyak transaksi dan partner-partner bisnis utama.

Beberapa hari ini, kemarahan Tuan Besar Ming makin menjadi.

“Dirut, jangan emosian. Itu tidak baik buat kesehatanmu.” Rosy Lin mengelus dada si pria.

Melihat tingkahnya ini, raut wajah Tuan Besar Ming lumayan membaik. Ia seketika mencubit buah dadanya dan memuji: “Memang Rosy Lin yang paling perhatian dan dewasa. Omong-omong, kamu dan Nyonya Huo sungguh sedikit mirip.”

Mendengar kata-kata ini, seberkas cahaya gelap melintas di mata Rosy Lin. Walau begitu, ia tidak menunjukkan kerisihan itu di wajahnya. Si wanita hanya tersenyum malu: “Dirut bercanda ah. Bagaimana mungkin aku mirip seorang nyonya terhormat seperti dia?”

“Aku dengar dari orang-orang, katanya kamu dan Nyonya Huo adalah kakak-beradik dari ayah yang sama dan ibu yang berbeda. Sepertinya rumor ini bukan omong kosong belaka……” Tuan Besar Ming menyipitkan matanya, “Sayangnya nasibmu jauh lebih jelek dari adikmu!”

Rosy Lin gigit-gigit bibir dan tersenyum canggung, “Nasibnya memang sangat baik. Ia bisa menikahi pria yang sempurna, sementara hidupku sangat berat dan penuh perjuangan.”

Si pria tua tersenyum tanpa berkomentar lagi. Sejujurnya, mana mungkin ia tidak paham maksud Zafron Huo menyuruh Rosy Lin jadi asistennya? Walau demikian, itu urusan internal keluarga Huo. Ia sebagai orang luar tidak ingin mengomentarinya, daripada nanti kena polemik!

“Ke rumahku malam ini!” Tuan Besar Ming terakhir berkata begini, lalu menyuruh Rosy Lin pergi.

Yang disuruh pergi melangkah keluar ruang kerja dirut dengan ekspresi wajah yang berubah drastis. Ia mengepalkan tangan erat-erat sampai kuku-kukunya nyaris melukai telapak tangan.

Keesokan pagi, Chloe Jian dan Colten Huo berangkat kerja bareng. Seperti biasa, Colten Huo menyetir mobil. Walau tempat kerja Chloe Jian tidak searah dengan tempat kerjanya, ia tetap mengantarnya ke sana. Semalam, karena dapat kabar soal pingsannya Chloe Jian di rumah sakit, Colten Huo tidak berani menyentuh istrinya itu. Begitu si wanita menyuruhnya untuk santai, keberaniannya baru terkumpul. Ia hanya menyentuhnya sedikit saja karena takut dia kelelahan dan terluka……

Setibanya di gerbang sekolah, Colten Huo memberi berbagai peringatan pada Chloe Jian. Ia sama sekali tidak terlihat seperti orang yang dingin. Ia sekarang mirip seorang ibu tua, bahkan si wanita sampai kehabisan kata dibuatnya!

“Nanti siang tunggu aku. Aku akan menjemputmu buat makan siang bareng.” Colten Huo tidak lupa dengan pesan terakhirnya.

Begitu memasuki sekolah, Chloe Jian mendapat banyak tatapan mata. Untung ia sudah terbiasa, jadi tidak memedulikan semuanya.

Sekelarnya kelas pagi, sebelum waktu menunjukkan pukul sebelas, si wanita sudah ditelepon oleh si pria.

“Keluar.”

Chloe Jian masuk ke mobil, kemudian memeluk leher Colten Huo dan meledeknya, “Kamu cabut lebih awal lagi ya. Hati-hati dipecat!”

“Aku malah mengharapkan dipecat. Dengan begitu, aku bisa menemani istriku di rumah setiap hari!” Colten Huo tersenyum sembari merangkul pinggang ramping Chloe Jian.

“Oke. Kalau kamu menganggur, aku yang hidupi kamu!” Si wanita mengusap hidung, kemudian mengecup bibir si pria.

“Baik, aku pegang kata-katamu! Jangan menyesal karena pernah melontarkannya ya!” Colten Huo mencubit hidung Chloe Jian dan mengernyitkan alis, “Siapa tahu suatu hari nanti aku benar-benar menganggur!”

“Kalau begitu, baik-baiklah padaku. Kalau tidak, sekalinya aku tidak senang, aku tidak akan memberikan makanan buatmu!” ancam Chloe Jian sengaja.

“Tidak makan tidak masalah kok, yang penting urusan ranjang jalan terus!” kata Colten Huo sambil menggigit telinga Chloe Jian.

Mulut si wanita bergerak-gerak, wajahnya memerah. Ia protes, “Dasar cabul!”

Perbedaan karakter pria ini di depan dan di belakang orang-orang sangat drastis. Di depan orang-orang, ia dingin seperti balok es. Sementara itu, di belakang mereka semua, ia hangat seperti air yang habis dipanaskan di teko. Tanpa banyak bicara lagi, Colten Huo mulai menyetir.

“Aku ingin ajak kamu makan yang enak-enak.” Si pria paling suka melihat wajah wanitanhya memerah. Ia sebenarnya masih ingin meledeknya lagi, namun khawatir waktu istirahat akan semakin termakan.

“Di mana?” tanya si wanita sambil mengencangkan sabuk.

“Peach House.”

“Buat apa ke tempat yang jauh hanya untuk makan siang?” tanya Chloe Jian bingung. Peach House adalah restoran privat paling berkelas di Kota Qinghu. Dengar-dengar, restoran itu hanya melayani tiga meja per hari. Yang ingin makan di sana harus melakukan pemesanan paling awal dua bulan sebelumnya. Semua yang sudah pernah berkunjung bilang makanan mereka kelewat lezat!

Colten Huo: “Kakek maunya makan di sana.”

“!!!” Mata si wanita membelalak, “Kakek sudah datang? Bukannya nanti malam baru datang?”

Si pria meliriknya, “Ia bilang, ia tidak sabar bertemu istri cucunya!”

“Ah, ah, aku bahkan tidak bawa pakaian yang anggun.” Chloe Jian meraba jidat, “Aku juga belum dandan. Aku tidak bisa hadir dalam kondisi begini. Ayo pulang dulu, aku mau ganti pakainan.”

Colten Huo terhibur dengan kepanikannya, “Begini saja oke kok. Kamu adalah istriku, yang terpenting adalah aku menyukaimu. Tidak usah pedulikan omongan orang!”

“Tetapi, kalau kakek tidak sreg dengan penampilanku bagaimana?” Chloe Jian masih gelisah.

“Kan ada nenek. Jangan takut deh pokoknya!” Si suami mengelus punggung kepala istrinya.

Yang dielus membuang nafas lega.

Sesampainya di Peach House, mereka langsung disambut oleh manajer restoran. Manajer itu lalu mengantar mereka ke sebuah ruang privat yang bernuansa kuno.

Di dalam ruangan itu, ada lukisan dan kaligrafi ternama. Suasananya sangat royal dan elegan, namun Chloe Jian sama sekali tidak mampu menikmatinya. Alasannya, begitu melangkah masuk, ia langsung menyadari sebuah tatapan yang terus mengikutinya.

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu