His Soft Side - Bab 504 Aku Hanya Menginginkan Anak Kita

Chloe Jian tidak meladeni pertanyaan Colten Huo. Melihat daging dan darah Colten Huo bercampur dalam luka, air matanya mengalir makin deras. Ia menatap si pria dan bertanya, “Ayo ke rumah sakit, kalau tulangmu luka bagaimana?”

“Apa-apaan sih ke rumah sakit! Masak aku lemah begitu!” Colten Huo mengulurkan tangan kiri dan membelai lembut wajah wajah Chloe Jian, lalu menyeka air matanya: “Sudah tidak marah lagi kah?”

Yang ditanya menggeleng, menutupi wajah dan bersandar di bahu prianya. Dengan terisak, si wanita bertutur, “Maafkan aku!”

Colten Huo mengecup kening Chloe Jian. Ia lalu menghela nafas, “Ini bukan salahmu. Kalau ada orang memberitahuku bahwa kamu pernah punya anak, aku pasti akan lebih gila darimu.”

Si pria masih punya satu kalimat yang belum dilontarkan: “Semua ini adalah salah Robin Cheng.” Ia tidak akan melepaskannya begitu saja! Berani berbuat, maka harus berani bertanggung jawab!

Chloe Jian menyeka air matanya dan mendongak ke arah arah Colten Huo. Mulutnya mengecurut bagai ingin menanyakan sesuatu, namun wanita itu akhirnya tidak berkata apa pun.

“Aku tidak punya anak! Melisa Chen tidak pernah mengandung anakku! Cerita bahwa dia mati waktu melahirkan adalah kentut!” Seolah bisa melihat apa yang lagi wanitanya pikirkan, si pria mengklarifikasi lagi. Saking tegasnya ia berbicara, urat-urat di jidatnya terlihat semua!

Chloe Jian berkedip dan merasa mau nangis lagi, “Aku selalu mengira kamu tidak mau punya anak denganku karena Melisa Chen......”

“Apa hubungannya dengan dia coba? Ia tidak bisa mempengaruhi satu pun keputusanku.” Wajah Colten Huo menyuram, “Aku tidak suka anak-anak, alasannya sesederhana itu!”

“Tapi, aku suka anak-anak dan ingin kita punya anak,” aku Chloe Jian dengan tatapan penuh harap.

Si pria menyipitkan mata, sudut matanya melonjak gugup. Seberkas sinar melintas di matanya, namun kemudian menghilang dengan cepat. Colten Huo memegang wajah si wanita dengan kedua tangan, lalu membujuk: “Cloudy, kita bicarakan ini lain kali, oke?”

Tatapan penuh harap Chloe Jian seketika berubah jadi tatapan kekecewaan. Ia tahu, Colten Huo suka menggunakan kata-kata ini untuk menunda sesuatu selama-lamanya.

Hati Colten Huo terenyuh waktu melihat perubahan raut wajahnya, namun keputusannya tidak berubah. Ia dengan cepat mengalihkan topik, “Cloudy, tanganku sakit.”

Benar saja, perkataannya ini segera mengalihkan perhatian Chloe Jian. Ia menggapai tangan besarnya dengan gugup, “Sakit sekali kah? Aku telepon Nathan Chen dulu, lalu kita ke rumah sakit!”

Kelar bicara, Chloe Jian langsung bangkit berdiri buat ambil ponsel.

“Aku tidak mau pergi ke rumah sakit!” Colten Huo membuang nafas lega. Ia sebelumya sangat takut Chloe Jian akan terus membahas persoalan punya anak atau tidak.

“Sudah terluka begini, bagaimana tidak pergi ke rumah sakit coba!” Telepon si wanita pada Nathan Chen sudah tersambung.

Si pria merebut ponselnya, lalu berjalan ke pintu dan bicara ke luar: “Aku tidak apa-apa.”

Mendengar langkah sepatu yang menjauh, si wanita bisa memperkirakan Nathan Chen sudah berjaga di luar dengan orang-orangnya sehabis mendengar suara vas bunga pecah.

Setelah si asisten dan orang-orangnya pergi, Colten Huo melempar ponsel yang dipegang ke ranjang, lalu melirik Chloe Jian. Tanpa mengatakan apa pun, ia bergegas ke kamar mandi.

Chloe Jian refleks menyusul. Ketika melihat Colten Huo langsung menyiramkan air ke area perban, ia berteriak, “Eh, nanti bisa infeksi loh.”

“Tidak bakal mati!” Yang diperingatkan berujar tidak acuh, lalu menunjukkan kepalan tangan ke yang mengingatkan, “Luka kecil ini bukan apa-apa. Aku pernah menderita luka yang lebih parah waktu latihan militer dulu, jadi santai saja.”

Si wanita menghentakkan kaki dengan marah, “Ini beda, paham?”

Melihat tangan Colten Huo kembali berdarah, Chloe Jian segera mengambil antiseptik dan perban baru. Ia melakukan penanganan yang baru dengan lebih fasih dari yang sebelumnya.

Masih belum bisa tenang, si wanita menelepon dokter keluarga Colten Huo, yakni Nyonya Fang. Si dokter memberi petunjuk yang menenangkan. Katanya, berhubung tidak dalam, lukanya cukup ditetesi dengan antiseptik saja. Chloe Jian pun merasa lega.

Habis Chloe Jian menutup telepon, Colten Huo melambaikan tangan dari depan pintu kamar mandi.

“Mau apa?” tanya si wanita.

“Aku mau mandi!” ujar si pria.

“Mandilah sana,” jawab Chloe Jian santai. Melihat pecahan vas pecah di lantai, ia hendak keluar dan mengambil sapu serta pengki.

“Tanganku sakit.” Colten Huo mengangkat alis pedang dengan mata berbinar.

Chloe Jian masih belum memahami maksudnya juga, “Yang sakit ya jangan kena air.”

Si pria kehabisan kata, “Hei, apa aku harus bicara eksplisit?”

“Kalau kamu bicaranya implisit, mana aku paham kamu mau memintaku melakukan apa?” Chloe Jian sudah bisa menebak maksud Colten Huo, namun pura-pura tidak mengerti.

Pria ini…… pria ini sangat oportunis dan mengesalkan!

Urat di dahi Colten Huo kembali melonjak. Ia mengangkat tangannya yang tidak luka dan menggoyangkannya, “Kemari, mandikan tuan!”

Ia lalu bergegas masuk kamar mandi.

Bibir Chloe Jian mengatup, namun ia tidak sampai hati buat menolak. Bagaimanapun juga, luka Colten Huo ada kaitannya dengan dia. Wanita itu pun menggunakan kaki buat menyingkirkan pecahan vas ke sudut kamar. Biarlah besok ia suruh asisten rumah menyapunya……

“Cepat, luka mau kusentuhkan dengan air nih.” Si wanita tidak juga datang, si pria kembali memanggilnya dengan sedikit ancaman.

“Aku segera datang!” balas si wanita. Waktu sudut matanya melewati bekas tinju Colten Huo di dinding, hatinya agak berdesir.

Chloe Jian tidak menyangka masa lalu Colten Huo dan Melisa Chen beda dengan yang ia percayai. Kalau begitu, selama ini ia emosional dan murung karena imajinasinya sendiri dong?

“Mau datang tidak nih?” Colten Huo makin tidak sabar.

“Ini datang!” Mendengar kekesalannya, Chloe Jian mempercepat langkah ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Colten Huo sudah siap rendaman. Ketika masuk sana, mata Chloe Jian agak gatal, jadi ia mengusap mata terlebih dahulu. Wanita itu lalu menjumpai prianya berdiri di depan bathtub dengan tangan kanan dibalut perban dan dada telanjang. Celana si pria belum dilepas, sementara pria itu menatap nakal pada dirinya.

“Mengapa lambat sekali!” protes si pria tidak senang.

“Habis memikirkan seuatu.” Chloe Jian menyeka mata lagi. Entah karena habis menangis atau karena alasan lain, ia merasa matanya agak kurang nyaman.

“Masih memikirkan omong kosong Robin Cheng?” tanya prianya dengan kening berkerut.

“Bukan.” Chloe Jian meantap Colten Huo, lalu menghampirinya dan melepaskan ikat pinggangnya.

“Apa kamu mau aku mandi dengan celana?” tanya Colten Huo dengan alis terangkat.

Chloe Jian kembali menggosok mata, lalu cemberut: “Bukankah kamu biasa mandi pakai shower? Kenapa hari ini mau rendaman?”

“Matamu kenapa sih?” Colten Huo memperhatikan Chloe Jian sudah menggusap mata beberapa kali. Ia mengangkat dagu si wanita dan mengamati matanya.

“Agak gatal,” jawab yang ditanya sambil menggosok lagi.

“Jangan gosok-gosok, biar kulihat.” Colten Huo menurunkan tangan Chloe Jian, membungkukkan tubuh untuk mendekatkan wajah ke wajahnya, kemudian mengangkat alis, “Ada bulu mata di bola matamu. Jangan bergerak, biar kulepas sebentar.”

Si pria mengambil dan menyekanya dengan lembut. Chloe Jian mengedip-ngedip, matanya seketika nyaman lagi……

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu