His Soft Side - Bab 506 Pakaian Couple

“Lain kali, kamu tidak boleh menyakitimu dirimu sendiri lagi. Kamunya sih tidak sakit, tetapi aku sakit!” Chloe Jian memelototi Colten Huo dan mengeluh.

“Dimana yang sakit?” Colten Huo menjepit hidung Chloe Jian dan menggodanya.

“Hatiku sakit!” Si wanita meraih tangan si pria dan meletakkannya di jantung. Ia kemudian bergumam dengan mata berkaca, “Kesentuh kan? Sakit sekali tahu, paham tidak?”

Colten Huo menyipit karena tertawa, lalu menurunkan tangan ke bagian dada, “Yang ini sakit tidak?”

“Heh, bisa tidak jangan aneh-aneh!” Yang diledeki merasa malu dan menepuk tangan besarnya.

Colten Huo meraih tangan kecil wanitanya, mendekapnya, dan menggigit telinganya, “Cloudy, aku suka melihatmu malu.”

Telinga Chloe Jian seketika memerah. Ia hanya bisa pura-pura serius membalut luka Colten Huo. Sementara itu, selain menundukkan kepala, ia juga mengerai rambutnya biar bisa menutupi wajah dan telinga.

“Malu lagi?” Si pria sengaja menggoda Chloe Jian dengan mengelus rambutnya.

“Heh, akan matikah kamu kalau tidak menggangguku selama satu hari?” Si wanita jadi makin canggung. Tahu bahwa perangai malunya hanya akan membuat Colten Huo jadi makin menganggu, Chloe Jian sengaja memeluknya dan menggigit bibirnya, lalu memalingkan muka.

“Bisa mati. Jika aku tidak melihatmu sehari, jantungku bisa berhenti berdetak.” Colten Huo berpura-pura lemah dan menyandarkan tubuh ke tubuh Chloe Jian.

“Duh! Kamu berat!” Si wanita menunduk karena tiba-tiba mendapat beban.

“Cloudy, bagaimana kalau kita main sekali lagi?” tanya si pria dengan bersemangat.

“Tidak mau!” jawab yang ditanya ketus. Wanita itu kembali berujar, “Kamu saja lagi luka!”

“Tidak peduli!” Colten Huo benar-benar tidak acuh dengan lukanya. Ia tahu Chloe Jian selalu menolak yang ketiga kali tiap mereka habis berhubungan seks dua kali, jadi yang ketiga ini harus dipaksakan. Walau pakai paksaan, pria itu tetap tahu batas kemampuan Chloe Jian. Ia tidak pernah dan tidak akan pernah memaksanya bertindak di luar batas kemampuan!

“Ah, tidak mau!” tolak si wanita lagi. Ia biasa merasa yang pertama sangat indah, lalu yang kedua cukup oke, namun yang ketiga sangat melelahkan. Ia segan kecapekan di hari berikutnya.

Akhirannya adalah Colten Huo terus membujuk Chloe Jian, lalu yang ketiga kali pun terjadi.

Chloe Jian tidak tahu kapan dirinya terlelap. Ketika ia terbangun, matahari sudah memancarkan sinar terik melalui jendela. Di luar kamar, ia bisa mendengar suara burung-burung yang berkicau. Pagi yang sangat indah……

Tetapi, suasana hati Chloe Jian sama sekali tidak indah. Kakinya sakit, pinggangnya juga. Setiap “begituan”, ia selalu saja pegal-pegal begini.

Waktu si wanita berbaring sebentar, ia menyadari ada orang di sebelah. Ketika menoleh padanya, Chloe Jian menjumpai Colten Huo, yang biasanya selalu bangun pukul setengah enam dan pergi olahraga, sekarang masih terbaring malas di ranjang. Matahari sudah begitu tinggi begini, ia masih telentang sembari membaca berita di ponsel.

“Kamu kok tidak pergi olahraga?” Si wanita berbalik badan. Colten Huo kebetulan lagi mengulurkan satu lengan, jadi ia menjadikannya sebagai bantal kepala. Wanita itu bersandar nyaman di atasnya.

Colten Huo meletakkan ponsel dan menatap Chloe Jian. Sembari tersenyum, ia menjawab: “Loh, aku kan takut kamu marah karena pagi-pagi sudah meninggalkanmu?”

“Marah? Mengapa aku harus marah?” Chloe Jian bertanya dengan ekspresi bingung.

“Kamu sendiri yang berkata bgeitu semalam. Masak lupa?” Si pria mengangkat alisnya dan dengan sengaja berkata, “Tadi malam, kamu……”

“Stop!” potong Chloe Jian dengan wajah memerah. Ia memelototi Colten Huo dan mencubit lengan besarnya tanpa sungkan.

Semalam, kali ketiga mereka berhubungan seksual berlangsung sangat intens. Wanita itu berulang kali meminta berhenti, namun tidak didengar sama sekali. Ia pun bilang bahwa ia mau marah. Tanpa disangka, Colten Huo mengungkit ancamannya itu pagi ini.

“Mau sarapan apa?” Si pria mengelus-elus punggung wanitanya sembari tersenyum tipis. Ia sudah bertahun-tahun menjalankan kebiasaan bangun sebelum pukul enam dan pergi berolahraga. Hari ini sungguh-sungguh hari pertamanya mengabaikan kebiasaan itu.

Ini sama sekali bukan masalah buatnya. Bisa bangun di sebelah wanita cantik macam Chloe Jian, hati Colten Huo sungguh bahagia!

“Makan kamu!” respon Chloe Jian kesal.

“Boleh. Itu sebuah kehormatan besar!” Colten Huo menopang bahu dengan satu tangan, lalu bertanya serius: “Mau makan yang mana? Bahu mau tidak?”

“Mana enak? Keras!” Yang ditanya membuang muka dengan jijik.

“Kamu suka yang kenyal?” Colten Huo mengangkat alis. Ia tiba-tiba meraih tangan Chloe Jian dan menaruhnya di selangkangannya, “Kalau suka yang lembut, yang ini cocok!”

Chloe Jian merasakan semburan panas dalam tubuhnya sendiri. Wajahnya juga memerah lagi. Ia buru-buru melepaskan tangannya dari tangan si pria, meraih kemeja di sebelah, dan lompat turun ranjang. Sambil berlari ke kamar mandi, wanita itu tidak lupa menoleh sekali ke prianya dan berteriak, “Tidak tahu malu! Pagi-pagi sudah bikin lelucon porno!”

Melihat perangai Chloe Jian, Colten Huo tertawa terbahak-bahak. Ia juga tidak lupa untuk melanjutkan lelucon, “Kamu belum pernah coba memakannya. Coba dulu, baru mengejek!”

Bang! Mendengar perkataan ini, Chloe Jian menabrak pintu kamar mandi.

“Ahh, Colten Huo, kamu mah sengaja!” kata si wanita dengan mata berlinang akibat kesakitan.

“Jelas-jelas kamu yang menabrak, mengapa bilang aku sengaja?” Suasana hati Colten Huo sangat baik sampai tidak bisa berhenti tertawa. Pria itu turun dari ranjang, berjalan ke sisi Chloe Jian, dan mengelus kepalanya dengan penuh perhatian.

Dengan kesal, Chloe Jian meraih tangan Colten Huo dan menggigitnya. Ini wujud balas dendam!

“Dasar tidak punya hati nurani. Tanganku sudah terluka, kamu malah berlaku kejam!” Si pria menjentikkan jari di dahi si wanita.

“Yang luka kan tangan kanan!” Chloe Jian memelototi Colten Huo. Ia semalaman “disiksa” sampai subuh, lalu pagi-pagi begini diisengi dengan jorok. Duh, bagaimana tidak terpancing emosi coba!

“Baiklah, terserah apa katamu!” Colten Huo tersenyum senang dan merangkul wanitanya masuk kamar mandi.

“Mau apa kamu?” Chloe Jian mengangkat tangan untuk memblokir pintu kamar mandi.

“Tentu saja mau mandi. Tanganku kan luka, masak kamu tidak mau memandikanku?” Si pria mengangkat tangannya yang diperban dan menunjukkannya ke si wanita.

Chloe Jian cemberut, melepaskan tangannya, dan membiarkan Colten Huo masuk.

Chloe Jian sebenarnya ingin buang air besar, namun malu untuk mengeluarkan suara aneh-aneh depan Colten Huo. Oleh karena itu, ia menahan hasrat pupnya sambil mencucikan muka, menggosokkan gigi, dan mencukurkan kumis si pria manja. Setelah pria itu keluar dari kamar mandi, ia baru mengunci pintu dan menjalankan niatnya.

Begitu si wanita keluar dari kamar mandi, Colten Huo sudah berganti pakaian. Ia hanya mengenakan t-shirt hitam polos dengan celana jeans yang bergaya sobek-sobek. Beberapa helai rambut pria itu tergerai di dahi. Colten Huo tampak sangat menyegarkan dan tampan!

Chloe Jian, yang terbiasa melihat pria kelas atas di hadapannya berpakaian formal, bahkan terkejut dengan penampilan santai Colten Huo sekarang. Duh, hidung si wanita serasa mau mimisan!

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu