Innocent Kid - Bab 722 Memanfaatkannya

Malam itu juga, Leon Fu membawakan termos, berniat ingin menjenguk Scarlett Jiang sejenak.

Di dalamnya, berisikan sup sumsum teratai yang dibuatkannya setelah belajar dari bibi pengasuh sepangjang hari, ini adalah sup yang paling berhasil dimasaknya.

Datang ke kamar pasien, sang pria sama sekali tidak menyadari adanya seorang suster wanita yang mengamati seluruh pergerakannya diam-diam dari tempat tersembunyi.

Saat mendorong pintu dan masuk, terlihat ranjang pasien telah kosong, mana ada lagi sosok bayangan Scarlett Jiang.

Sang pria telah menunggu sesaat, tapi tetap tidak menemui sosok Scarlett Jiang yang kembali.

Sebuah firasat yang buruk muncul di pikirannya, dalam sekejab, sang pria langsung menjadi kembali tenang.

Berjalan ke ruang CCTV di rumah sakit, mencari petugas untuk memutar rekaman kamera pengawas di depan pintu kamar pasien Scarlett Jiang.

Leon Fu membungkuk, sepasang tangannya diletakkan di atas meja, bola matanya dengan serius melihat rekaman kamera CCTV.

Hingga sesosok tubuh berbaju putih keluar dari kamar pasien, hatinya langsung menegang.

Apakah sang wanita telah kabur keluar mumpung dirinya tidak di sana?

Dugaannya dalam sekejab telah terbuktikan, sang pria tidak menyangka, Scarlett Jiang bahkan tidak menelponnya untuk mengabarinya ke mana dia hendak pergi.

Menurunkan kelopak mata, dan menyembunyikan seluruh kesedihannya.

Hingga gambaran Scarlett Jiang yang berwajah pucat keluar dari gerbang rumah sakit, baru Leon Fu menegakkan badannya kembali, mengucapkan terima kasih dengan sopan, dan langsung pergi.

Sang pria berjalan ke lift dengan gundah, bahkan seorang suster yang terus mengukutinya dari belakang pun tidak dia sadari.

Sang suster mengukutinya kembali ke kamar pasien yang telah kosong dari awal, berdiri di luar jendela pintu dan mengamati keadaan di dalam.

Pandangan mata sang wanita terlihat mengerikan, saat memandang sosok punggung yang terlihat murung, sudut bibir sang wanita memunculkan sebuah lekukan.

Melihat sang pria duduk di atas ranjang pasien dengan perasaan murung, entah sedang memikirkan apa.

Leon Fu tidak menyangka, dia sudah bersikap sebaik ini terhadap Scarlett Jiang, tapi hati sang wanita tetap tidak ada tempat untuknya sedikit pun.

3 tahun ini, sang pria terus memperlihatkan ketulusan hatinya di setiap menit dan detik.

Sedangkan sang wanita malah entah apakah dia pura-pura bodoh ataupun sungguhan bodoh, dia malah tak terpengaruh dengan pernyataan cintanya, memangnya Theo Jin benar-benar begitu unggul?

Apakah pria itu begitu baik di dalam hati sang wanita?

Sang pria mengakui dirinya bukanlah seseorang yang sangat hebat, tapi setidaknya cukup pantas untuk bersanding dengan sang wanita.

Apalagi, sang pria pernah menyelamatkannya.

Kalaupun sang wanita tidak menyukainya, dan masih belum ada dirinya dalam hati Scarlett Jiang, tapi sang pria tidak keberatan untuk membina hubungan dengan perlahan-lahan, sang pria sanggup memberikan waktu yang cukup bagi wanita itu.

Tapi...... sang pria sudah dari dulu selalu kalah di arena lomba berlari.

Mata sang pria menatap ranjang dengan erat, seakan-akan ada seseorang yang berbaring di atasnya.

Rokok di sela jarinya mengeluarkan gumpalan asap, sang pria akan menghisapnya dengan kuat, lalu, menghembuskannya dengan perlahan.

Karena membelakangi suster, sang wanita tidak mampu melihat ekspresi wajah Leon Fu saat ini dengan jelas.

Tapi hanya dengan melihat sosok punggungnya saat ini, sang wanita sudah mampu menebak suasana hatinya sekarang pasti sedang buruk.

Leon Fu menatap termos di atas meja sejenak dengan tatapan datar, sudut bibirnya menunjukkan lekukan senyuman menertawakan diri sendiri.

Mengeluarkan ponsel, jari tangan dengan cepat mengetik serangkaian angka di layar.

Pergerakannya begitu cepat, terlihat jelas, rangkaian angka itu pasti telah dihafalkannya hingga ke lubuk hati.

Setelah merasa ragu untuk sejenak, baru dia menekan pilihan memanggil.

Deringan ponsel di pihak lain telah berbunyi, bola mata Theo Jin yang gelap melirik layar ponsel yang sedang bersinar di atas rak samping ranjang, itu adalah milik Scarlett Jiang.

Sang pria sama sekali tidak merenungkannya, langsung mengambil ponsel, dan menekan pilihan mengangkat panggilan.

Nomor ini tidak disimpan dalam kontak, hanya terlihat serangkaian angka di layar.

Kening Theo Jin yang indah berkerut, melihat pihak itu terus tidak berbicara, sang pria langsung bersuara, "Halo?"

Saat Leon Fu yang berada di rumah sakit mendengar suara ini dari ponsel, punggungnya langsung menegang.

Ternyata memang seperti dugaannya, Scarlett Jiang telah kabur dan pergi mencarinya.

Punggungnya spontan menjadi semakin tegang, tenaga saat menggenggam ponsel pun bertambah.

Setelah menunggu cukup lama, karena orang itu tetap tidak berbicara, Theo Jin langsung menjadi tidak sabaran.

Saat hendak menutupnya, suara Leon Fu baru terdengar, "Di mana Scarlett? Apakah kamu telah menculiknya?"

Beberapa kalimat yang sederhana, tersirat perkataan yang menusuk hati.

Setelah mendengarnya, Theo Jin mengernyitkan kening.

Sang pria melekukkan sudut bibirnya, pandangan mata memancarkan ekspresi tidak senang, nada bicaranya menjadi penuh dengan sindiran, "Kenapa? Mengawasinya selama 24 jam? Jangan kira karena kamu telah menyelamatkannya, maka dia harus menebusmu dengan menikahimu, aku rasa, dia memiliki waktu kebebasannya sendiri.

Dia hendak pergi ke mana, sama sekali tidak perlu melapor padamu, aku berterima kasih padamu yang telah menyelamatkannya 3 tahun lalu, tapi aku harap kamu bisa mengerti terhadap suatu hal, kamu hanya sekedar penyelamatnya, dan bukanlah wali pengawasnya. Sama sekali tidak ada alasan dan hak yang tepat untuk mengurungnya di sisimu, karena dia adalah istriku."

Dia adalah istriku.

Leon Fu saat ini mampu merasakan, bagian hatinya yang paling lembut, telah ditusuk dengan mendalam.

Sang pria tidak bersuara, dan juga mulai terdengar nada sinyal sibuk dari ponsel.

Tangan yang menggenggam ponsel merebah tak bertenaga, ponselnya bergelinding jatuh ke lantai, "Prang" suara pecahan terdengar.

Kemudian, raut wajahnya menjadi muram, pandangan matanya penuh dengan aura dingin.

Kepalan tangannya dihempaskan ke tembok putih dengan keras, warna merah darah yang menusuk mata telah melumuri dinding yang putih bersih.

Darah yang berwarna merah terang mengalir ke bawah mengikuti tangannya, namun sang pria malah terlihat seakan-akan tidak merasakan kesakitan sama sekali, dan terus menghantamkann tonjokan.

Matanya memancarkan aura garang yang mampu membuat orang merinding, mulutnya meraung, "Theo Jin! Dia adalah milikku! Hanya boleh menjadi milikku!! Siapapun tidak boleh merebutnya!"

Setelah mengamuk selama 10 menit penuh, baru Leon Fu kembali tenang.

Seakan-akan, setelah melampiaskan emosinya, raut wajahnya Leon Fu yang tampan mulai kembali seperti semula, dengan wajah yang murung keluar dari kamar pasien.

Saat bayangan tubuh Leon Fu yang gagah telah menghilang sepenuhnya di ujung lorong, suster yang berada di tempat tersembunyi keluar secara perlahan.

Pandangan matanya sangat dingin dan tak berperasaan, sudut bibir membentuk sebuah lekukan.

Memandang kekacauan di dalam ruang kamar pasien sekilas, lalu kembali melihat ujung lorong.

Sang wanita mengeluarkan ponsel, jari tangannya berhenti di nama "Bos", dan menekannya tanpa ragu sedikit pun.

Ponsel langsung terangkat dengan cepat, tapi orang itu malah tidak bersuara, sang suster tahu orang itu sedang menunggu laporan darinya.

"Bos, ternyata memang sama seperti apa yang dikatakan oleh Levita, perasaan suka Leon Fu terhadap Scarlett Jiang sudah jauh di luar dugaan kita, orang ini bisa dimanfaatkan."

Memanfaatkan perasaan cintanya itu terhadap Scarlett Jiang, untuk menyerang Theo Jin.

Setelah mengatakannya, sang wanita diam, menunggu bosnya untuk berkata.

"Bagus sekali."

Sang pria di pihak sana telah tertawa, dua kata yang sangat sederhana malah mampu membuat orang merasakan tekanan yang sangat kuat.

Suster wanita berdiam diri di tempat, mendengarkan perkataan dari pria di sisi sana.

"Aku akan menyerahkan masalah ini kepadamu, bagaimana cara melakukannya, tidak perlu kuajari lagi bukan?"

"Tidak perlu."

Suster wanita menjawabnya dengan cepat, suaranya memancarkan aura yang dingin, tidak mengandung ekspresi marah, suaranya bagaikan angin dingin di musim dingin yang tak berperasaan juga membekukan hati.

Sang pria berada di ruang kantor yang megah dan elegan, bersandar di kursi kantor dengan sikap yang sangat menikmati.

Mendengar laporan dari sang wanita, sang pria mulai melekukkan sudut mulutnya dengan perlahan, senyuman ini malah terlihat sangat mengerikan, membuat orang merinding gemetaran.

Suara sang pria yang sangat dingin, mengandung tekanan dan teror yang sangat kuat, "Kalau wanita itu benar-benar mampu mempengaruhi Theo Jin, maka buatlah dia berakhir menuju kematian, dan nantinya, apa yang kamu inginkan, tentu saja tidak akan berkurang sedikit pun."

Setelah sang pria selesai berkata, bola mata yang gelap langsung menatap layar komputer dengan erat.

Itu adalah dokumen yang dikirimkan oleh asistennya, jari tangan yang panjang ramping, tiada hentinya mengetuk papan keyboard.

"Lakukan sesuai dengan perintahku tadi, dan juga, lakukanlah dengan mengamati kesempatan yang ada, jangan sampai terjadi suatu kesalahan, kalau ada masalah, langsung laporkan padaku." Suara sang pria begitu dingin bagaikan suara Raja Yama yang berasal dari neraka.

"Mengerti."

Sang wanita tertawa, hanya saja, tawaan itu membuat bulu kuduk orang menjadi berdiri.

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu