Innocent Kid - Bab 945 Seketika Pingsan

“Nesya!”

Scarlett dengan segera melangkah.

Ketika dia mendengar suaranya, suara tangisan itu segera berhenti dan ketika dia menoleh.

Kemudian melihat suara tangisan itu semakin besar, semakin terasa sakit.

“Sayang jangan menangis.” Scarlett dengan segera memeluknya, sambil menundukkan kepalanya lalu mengecupnya, hatinya terasa sakit dan meneteskan air mata.

“Akhirnya kalian datang.”

Ibu Jin merasa lega, setelah dia melihat Theo masuk, lalu berkata : “Nesya telah menangis hampir seharian, bagaimanpun kita membujuknya dia tidak berhenti.”

Suaranya tidak terdengar tidak sabar, hanya terdengar kasihan dan khawatir.

Kemudian Theo datang dan mengelus kepalanya Nesya, “Apa kata dokter?”

“Dokter berkata akhir-akhir ini sedang musim demam, dan tubuh anak tidaklah kuat maka dari itu tidak mungkin bisa secepat itu pulih.”

Nesya menangis didalam dekapannya Scarlett, wajah kecilnya itu terlihat memerah.

Scarlett dengan pelan mengelus kepalanya, di tatapan matanya terlihat kasihan.

“Sebenarnya akan cepat jika disuntik.” Ibu Jin berkata.

Scarlett mengelengkan kepalanya, dengan tanda tidak setuju jika harus di suntik, “Makan obat saja dulu, jika tidak turun juga baru dibicarakan kembali.”

Kemudian dia berdiri dan mengambil handuk hangat, untuk di mengelap tubuhnya Nesya, ingin mengunakan sesuatu yang panas untuk menurunkan hangat tubuhnya.

Theo karena takut dia kelelahan, lalu mengambil handuknya, “Sini biarkan aku, kamu duduklah.”

Scarlett juga tidak menolak, dengan manisnya duduk disana.

Dia meliriknya, lalu menundukkan kepalanya sambil memegang tangan Nesya yang kecil dan terlihat fokus.

Scarlett melihat wajahnya yang serius, matanya seketika berbinar sambil menaikkan sudut bibirnya.

Dengan adanya dia disamping, semua ini terasa aman.

Ibu Jin melihat putranya itu lalu kembali melihat menantunya kemudian tersenyum dan keluar dari ruangan ini.

...

Nesya tidur seharian lalu ketika sadarkan diri, terlihat jika dia lebih membaik.

Scarlett kembali memeriksa suhu tubuhnya, walaupun tidak sepenuhnya turun tetapi panasnya sudah tidak setinggi tadi.

“Mommy lapar.”

Nesya memperlihatkan wajah sedihnya.

Scarlett menyentuh kepalanya dengan lembut, “Ingin makan apa? Mommy akan buatkan untuk kamu.”

Mendengar dia sendiri yang akan masak, mata Nesya kembali berbinar, “Aku ingin makan mie.”

“Baik, mommy akan buatkan mie untukmu.”

Scarlett sendiri meminta dia untuk tidak bergerak dan tetap berada diatas kasur, kemudian turun kebawa.

“Bagaimana dengan Nesya?” Ibu Jin melihat dia turun, lalu bertanya.

“Panasnya turun sedikit dan terlihat lebih membaik.”

Mendengar ini, ibu Jin melegakan nafasnya, “Baiklah.”

Perkataan dokter membuat dokter takut jika panasnya tidak akan turun, tetapi sepertinya dia yang terlalu khawatir.

“Apa yang ingin kamu lakukan sekarang?” Ibu Jin kembali bertanya.

Scarlett sambil bertanya kearah dapur : “Nesya ingin makan mie, aku akan membuatkan.”

“Apakah perlu bantuanku?” Ibu Jin berkata.

Scarlett memutarkan kepalanya dan tersenyum, “Ma, tidak perlu anda perlu beristirahat, sakitnya Nesya membuat anda juga kelelahan.”

Ibu Jin sendiri tidak memaksa, “Baiklah.”

Theo yang awalnya sedang sibuk mengurusi pekerjaannya, setelah mengurusnya dan ketika turun pengurus rumah memberitahu jika nyonya muda sedang sibuk di dapur.

Kemudian menganti arah jalanya menuju ke dapur.

Berjalan ke luarnya dapur, lalu terlihat sosok tubuh yang kecil dan sibuk.

Suasana dingin itu seketika sirna dan melembut, dengan pelan dia berjalan, “Apa yang kamu masak?”

Suara ini membuat Scarlett terkejut, sambil berteriak kecil.

Setelah dia memutarkan kepalanya dan melihat itu adalah dia, “Kenapa langkah kakimu tidak bersuara, sungguh membuat aku terkejut.”

“Apa yang kamu masak?” Theo melihat kearah panci.

“Nesya berkata ingin makan mie yang aku buat.” Scarlett melihat kearah panci.

Theo menaikan alisnya, “Apakah akan di masak lebih?”

Mendengar ini Scarlett melihat matanya dan tersenyum, “Kenapa? Kamu juga menginginkannya?”

Theo tidak berkata.

Dengan arti terdiam dan menginginkan.

Scarlett tersenyum “Tetapi ini akan sedikit hambar tidak apa-apakah?”

“Yang terpenting masakanmu dan aku akan memakannya.”

Baiklah, sebuat perkataan romantis.

Tetapi sangat berguna untuk Scarlett, “Baik, aku akan memasakannya.”

The tersenyum.

Setelah memasaknya, Scarlett mengambil sebuah mangku dan berkata kepada Theo : “Sisanya punya kamu.”

“Biarkan aku membawanya.”

Theo takut jika dia kepanasan lalu mengambil mangkuk itu dari tangannya.

“Kamu tidak makan?” Scarlett bertanya.

“Aku ingin melihat Nesya terlebih dulu.”

Keduanya menuju keatas, ketika Nesya melihat mereka, wajahnya yang kecil dan pucat itu terlihat tersenyum.

“Daddy mommy.”

Theo meletakkan mangkunya, sambil menyentuh dahinya.

“Panasnya sudah turun.” Scarlett berkata dari samping.

“Setelah menghabiskan mienya lalu makan obat.” Theo menyimpan tangannya.

Scarlett mengatakan “Iya”, lalu mengambil mangkuknya dan duduk di pinggiran kasur dan mula menyuapi Nesya.

Seketika dia merasa Theo masih berdiri disana dan tidak bergerak.

Dengan tidak bisa apa-apa dia tersenyum, “Aku bisa mengurusnya sendiri, kamu turun dan makannya, jika terlalu lama pasti tidak akan enak lagi.”

“Aku ingin menemani kamu.”

Scarlett menghilangkan senyumannya, “Kamu tidak perlu menemaniku, segeralah makan, setelah aku menyuapi Nesya aku akan turun.”

Dengan ke kekehannya, Theo hanya bisa memutarkan tubuhnya.

Dan baru saja dia keluar dari ruangan, terdengar sebuah suara “peng”, kemudian suara Nesya terkejut.

“Mommy!”

Wajah Theo berubah dan segera menuju kesana.

Dia hanya melihat Scarlett berbaring disana dengan mie yang berhamburan.

“Scarlett!”

Theo dengan khawatir dan memanggil nama dia sambil memeluk dia.

Ibu Jin yang mendengar ini, lalu melihat Theo sedang membawanya pergi.

“Kenapa ini?” Ibu Jin bertanya.

“Ma, lihat Neysa dulu.”

Theo tidak menjawab, hanya mengatakan ini dan pergi.

“Kenapa dengan ini?” Ibu Jin semakin khawatir.

“Jangan khawatir, kita lihat dulu Nesya.”

Ayah Jin berkata, dan membuat ibu Jin dengan segera menuju ke Nesya.

Nesya duduk dengan termenung.

“Neysa.” Ibu Jin dengan dengan segera kesana.

Setelah mendengar suara itu, Nesya memutarkan kepalanya, “Wa” terdengar suara tangisan.

Ibu Jin segera memeluknya dan berkata : “Nesya jangan menangis, jangan takut.”

Ayah Jin meminta pelayan untuk membersihkan semua ini, lalu merasa sedih melihat Nesya dalam pelukan istrinya.

“Mungkin dia terlalu kaget.”

Ibu Jin menepuk punggungnya anak ini lalu berkata, “Menurut kamu ini kenapa?”

Anak belum sembuh, orang dewasa malah tumbang.

Semua ini terasa tidak tenang.

“Kamu jangan berpikiran seperti itu, tidak akan terjadi apa-apa.” Ayah Jin menepuk punggungnya.

Nesya terkejut, lalu suhu tubuhnya kembali panas, hal ini membuat ayah dan ibu Jin semakin khawatir dan menghubungi dokter.

Setelah disuntik, panasnya sedikit menurun.

Hal ini membuat ibu Jin juga terkejut, lalu duduk dipinggir kasur sambil melihat Nesya tertidur dan melihat bayangan putranya memeluk Nesya, dengan berat dia menghelakan nafasnya.

“Jin, aku merasa aku harus mengambil kartu keberuntungan untuk Scarlett, tahun ini dia sungguh tidak bisa berjalan dengan lancar.”

Walaupun ayah Jin tidak mempercayai hal ini, tetapi ketika mengingat tentang Scarlett dia menganggukkan kepalanya : “Memang benar.”

Kedua orangtua ini mengkhawatirkan kondisi tubuh Scarlett.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu