Innocent Kid - Bab 984 Gegar Otak

Kemudian, Theo Jin dan Oscar Jin pergi ke ruang buku.

Dan Scarlett Jiang dan Ibu Jin berbicara sebentar dan istirahat dilantai.

Dipagi hari, Scarlett Jiang terbangun karena keributan dua anaknya.

Langit baru saja terang, mereka berlari kedalam kamar, menarik dia dan Theo Jin yang berada diatas kasur.

“Daddy, Mommy, hari ini ada olahraga di taman kanak-kanak, kalian cepat bangun.”

Suara Nesya terdengar ditelinga, dulu selalu merasa suaranya imut, kali ini kantuk belum hilang Scarlett Jiang merasa sedikit berisik.

Dia menutup mata, bertanya dengan sedikit emosi tetapi tidak bertenaga:”Olahraga apa?”

“Olahraga bersama orangtua.” Jawab Ace.

“Mommy, kamu cepat bangun.” Nesya menarik Scarlett Jiang sambil digoyang-goyangkan.

Theo Jin melihat Scarlett Jiang masih ngantuk, berkata kepada Nesya dengan lembut:”Nesya, kamu dan kakak turun kelantai bawah untuk sarapan dulu, biarkan Mommy tidur sebentar lagi.”

“Aku tidak mau, aku mau Mommy temani aku ikut olahraga.” Nesya tetap teguh.

“Kami akan pergi menemanimu, tetapi sekarang bukannya masih pagi?”

Theo Jin sambil berbicara sambil melihat tatapan Ace.

Ace sangat pintar, seketika langsung mengerti maksud Daddy nya, sambil menggandeng tangan Nesya, “Nesya, biarkan Mommy tidur sebentar lagi, kita sarapan dulu.”

Nesya memiringkan bibirnya, ekspresi kecilnya sangat memprihatinkan.

Saat itu Scarlett Jiang akhirnya sudah sadar, mengulurkan tangan meraba wajah kecilnya, “Sayang, nenek kemarin sudah membuatkan roti untuk kalian, Mommy bawa pulang, kalian cepat sarapan dibawah. Mommy dan Daddy mandi dulu baru turun kebawah.”

Mendengar roti, mata Nesya menjadi terang, “Mommy cepat sedikit kalau begitu !”

Selesai berbicara, dia menarik Ace berlari keluar.

Scarlett Jiang tersenyum tidak berdaya, “Anak ini sekali mendengar roti langsung lari, tidak disangka aku tidak sebanding dengan roti.”

“Masih mau tidur?” Theo Jin bertanya dengan senyuman diwajahnya.

Scarlett Jiang menguap, “Tidak lagi, aku takut setelah tidur, Nesya tidak sabar menunggu dan akan ribut lagi.”

“Kalau capek tidur saja dulu, ada aku yang menemani mereka sudah cukup.”

Theo Jin tidak tega melihatnya.

“Benar-benar tidak perlu, bisa jadi siang nanti aku tidur.”

Sedang berbicara, dia turun dari kasur dan menuju ke toilet, tidak lupa membalikkan kepala melihat dia, “Kamu juga cepat bangun, temani anak-anak lebih penting.”

Saat mereka selesai mandi dan turun ke lantai bawah, dua anak itu sudah selesai sarapan, bermain di ruangtamu.

“Dengar dari Nesya kalian akan menemani dia ikut olahraga disekolahnya, cepat selesaikan sarapan dulu.”

Melihat mereka turun, Ibu Jin menyuruh cepat, takut waktu tidak sempat lagi.

“Baik.” Scarlett Jiang melihat Nesya dan Ace, kemudian bersama Theo Jin bersama-sama ke meja makan.

Saat keduanya makan sampai setengah, terdengar suara tangisan dari ruang tamu.

Scarlett Jiang dan Theo Jin seketika terkejut, saling menatap, lalu membuang mangkok dan sumpit yang ada ditangan, berdiri dan berlari kesana.

Ace dipeluk pengurus rumah, dan Ibu Jin malah memegang kepala Ace, darah tidak berhenti mengalir dari tangannya.

Saat melihat ini, wajah Scarlett Jiang “Pha” menjadi pucat.

“Ini kenapa?” Scarlett Jiang segera memeluk anaknya.

“Saat Ace dan Nesya bermain, tidak sengaja menabrak dinding, sampai kepalanya sedikit pecah.” Saat Ibu Jin berkata, suaranya sedikit bergetar, wajahnya juga menjadi pucat.

Nesya dibuat terkejut, berdiri disamping menangis dengan kencang.

“Ma, kamu lihat Nesya, aku bawa Ace kerumah sakit.”

Theo Jin memeluk Ace berlari keluar, Scarlett Jiang merespon, segera mengikuti.

Sepanjang jalan, pikiran Scarlett Jiang kosong, dia menggenggam tangan Ace yang dingin, butiran airmata bagai mutiara terus mengalir.

“Jangan takut, Ace tidak akan ada masalah.” Theo Jin juga sedikit khawatir, tetapi masih dengan tegas mengeluarkan suara menenangkan dia.

Scarlett Jiang menggigit giginya dengan kuat, tidak ingin dirinya menangis.

Sampai di rumahsakit, Ace dibawa ke ruangan gawat darurat, melalui pemeriksaan dokter, selain kepala yang pecah, masih ada sedikit gegar otak, yang lainnya semua sangat sehat.

Mendengar hasil pemeriksaan dari dokter, kedua kaki Scarlett Jiang menjadi lemah.

Theo Jin dengan cepat memapah dia, sampai membawanya kekursi panjang disamping.

“Tidak apa-apa, tidak masalah.” Theo Jin berkata sambil menepuk pundaknya dengan lembut.

Scarlett Jiang memegang tangannya dengan erat, menangis tidak bersuara.

Keadaan mengeluarkan darah itu masih ada diotaknya, ketakutannya datang kembali, dia menangis dengan parah.

Theo Jin juga tidak tahu bagaimana cara menenangkannya, hanya bisa merangkulnya, memberikannya perhatian tanpa suara.

Tidak tahu berapa lama, dia baru tenang perlahan.

Luka Ace juga sudah dibalut, dan diantarkan ke ruangan biasa.

“Aku……kita lihat Ace.” Scarlett Jiang bersuara serak.

Theo Jin merespon “Baik”, kemudian memapahnya berdiri.

Sekali berdiri, tatapannya tiba-tiba menjadi gelap, tubuh Scarlett Jiang bergetar.

Theo Jin menjadi berubah wajahnya, “Lett!”

Scarlett Jiang menekan tangannya, menggoyangkan kepalanya, “Aku tidak apa-apa, hanya sedikit pusing saja.”

Mungkin gelombang perasaannya terlalu besar, seketika tubuhnya tidak bisa menahan.

Theo Jin teringat Kenneth Mo, tatapannya menjadi berat, akhir-akhir ini dia selalu normal, dia hampir lupa penyakit yang ada didalam tubuhnya.

Scarlett Jiang berdiri sebentar, akhirnya kembali normal.

Dia membalikkan badan melihat Theo Jin, “Jalanlah, kita lihat Ace.”

Ace masih belum sadar, badan kecilnya terbaring tidak bergerak, wajahnya yang awalnya merah berseri menjadi pucat tidak ada darah.

Scarlett Jiang sangat tidak tega, dengan tidak mudah menahan airmata akhirnya kembali terjatuh.

Theo Jin diam-diam berdiri dibelakang Scarlett Jiang, mata hitamnya tertulis semua ketidak tegaannya.

Pagi hari ini kejadian terlalu tiba-tiba, sampai sekarang ini dia sedikit bingung.

Ace mendengar suara tangisan dengan samar-samar, dia berusaha membuka mata, langsung melihat Scarlett Jiang dengan airmata yang sangat deras.

Perasaan dia sangat tidak enak, berkata dengan suara kecil:”Mommy jangan menangis.”

Scarlett Jiang yang mendengar suara itu langsung mengangkat kepala, melihat dia sadar, langsung memeluk dia, “Ace, akhirnya kamu sadar, Mommy sudah sangat kaget.”

Dia sambil berbicara sambil menangis.

Ace juga tidak bisa menahan tangisnya.

Melihat ibu dan anak ini menangis berpelukan, Theo Jin seketika merasa lucu, tetapi juga tidak tahu harus menenangkan yang mana.

Saat itu, dokter dan perawat masuk, melihat ibu dan anak ini menangis, sedikit canggung, tetapi masih berkata:”Nyonya Jin, anak baru sadar, jangan buat perasaannya naik, jadi orang dewasa harus mengontrol diri.”

Mendengar itu, Scarlett Jiang langsung berhenti menangis.

Dia mengelap airmata diwajah Ace, mengatakan:”Ace baik, Ace baik, kita tidak menangis lagi ya.”

Ace dengan patuhnya mengangguk, matanya masih ada airmata.

Setelah dokter melihat Ace, membalikkan badan berkata kepada Theo Jin dan Scarlett Jiang:”Luka anak masih harus diperhatikan, jangan sampai terkena air, harus rajin mengganti obat, makanan yang dimakan juga usahakan yang tawar, yang paling penting jangan biarkan dia berlari-lari.”

Scarlett Jiang menanggukkan kepala, “Baik. Kalau begitu kapan bisa keluar dari rumah sakit?”

“Beberapa hari lagi, anak lebih patuh di rumah sakit daripada dirumah, untuk penyembuhan luka juga sangat baik.”

“Baik kalau begitu.” yang penting bisa membuat penyembuhan Ace semakin cepat, dirawat beberapa hari lagi ya beberapa hari.

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu