Innocent Kid - Bab 750 Bekerjasama Dengan Dokter

Theo juga menyadari dia sudah terbangun, menundukkan kepala melihatnya .

Scarlett dengan terkejut menyambut tatapannya, seketika membalikkan wajahnya menhindari tatapan Theo yang membara itu.

Melihat ke luar jendela, barulah akhirnya ia menyadari mobil tersebut sudah berhenti, dengan sedikit linglung bertanya, “Ini sudah sampai?”

“Ya, sudah sampai. Kenneth sudah turun.”

Setelah perkataan itu diucapkan, Theo menyentuh kening Scarlett, menyadari bahwa tidak demam tinggi lagi , ia pun membawanya turun dari mobil.

Yang terlihat di depan mata ialah sebuah institut penelitian yang cukup besar, begitu masuk, terdapat berbagai macam ruangan penelitian, beberapa peralatan medis itu, benar-benar lebih lengkap dibandingkan rumah sakit.

Yang berlalu-lalang ialah orang asing yang mengenakan jas dokter.

Melihat kedalam melalui kaca di ruang penelitian, pengoperasian mereka dengan begitu mahir, kelihatannya begitu ahli.

Kenneth berjalan kemar, membawa mereka sendiri ke sebuah ruangan.

“Nyonya muda, kamu bertahan sedikit, kita akan melaksanakan tes darah terlebih dahulu.”

Setelah mengatakan itu, Kenneth berjalan kemari dengan membawa jarum suntik.

Theo melihat jarum suntik itu, alisnya seketika langsung mengerut.

“Kenapa harus ambil darah lagi?”

Ekspresi wajahnya sedikit suram, kelihatannya tidak begitu senang.

Di rumah sakit tadi mengambil darah, Kenneth disini juga mau mengambil darah.

Sekarang badannya masih begitu lemar, Theo sama sekali tidak begitu menginginkan dia mengalami penderitaan seperti ini.

Kenneth tidak berdaya, dengan sedikit perasaan tidak enak menjelaskan, “Begini tuan muda, aku perlu melihat sample darah itu sendiri secara langsung, barulah bisa lebih mudah untuk mengindentifikasikan penyakit nyonya muda.”

Meskipun Kenneth berkata demikian, namun Theo masih saja merasa sedikit terganggu.

Saat ini, Scarlett menarik-narik ujung baju Theo, tersenyum padanya , “Aku tidak apa-apa, bukankah kamu mengatakan bahwa dia sangat hebat, saat ini lebih baik kita bekerja sama dengan dokter lebih baik.”

Dia berusaha membuat nada bicara nya lebih ceria.

Kerja sama Scarlett ini, juga membuat Kenneth lega.

“Tuan muda, jangan gugup, hanya mengambil sekali, dan juga kemampuanku dalam mengambil darah cukup baik, jangan khawatir.” Kenneth tertawa berkata.

“Jika bukan sekali lantas kamu ingin beberapa kali?”

Theo menatapnya, lalu memapah Scarlett ke samping dan duduk.

Seketika Kenneth tidak bisa berkata apa-apa karena dikritik, dengan suara kecil berbisik berkata, “Mementingkan pacar tapi tidak mementingkan persaudaraan.”

Suaranya sangat kecil , namun Scarlett tetap saja bisa mendengarnya.

Dengan perasaan tidak enak ia menundukkan matanya, menggunakan siku mendorong Theo, dengan suara ringan mengingatkannya, “Kamu jangan begitu galak, Kenneth melakukan ini juga demi penyakit ku.”

“Ya, sudah tahu, lain kali aku akan lebih lembut sedikit.”

Sepasang mata Theo melihatnya dengan hangat, penuh dengan kelembutan, dari awal sampai akhrinya hanya ada dia seorang di mata Theo .

Kenneth yang disamping melihat hal itu, hatinya pun sedikit merasa berat.

Masalah hubungan kedua orang yang keras dan pahit ini dia juga pernah mendengarnya, hanya bisa mengatakan hidup ini penuh perubahan dan tidak bisa diprediksi.

Masalah 3 tahun lalu itu, hampir menghancurkan Theo.

Jika kali ini tragedi buruk kembali terjadi, mungkin saja tuan muda benar-benar akan hancur dan tidak bisa bangkit lagi.

Berpikir demikan, seketika Kenneth merasa bahu nya memikul beban yang berat, hatinya juga ikut cemas.

Setelah semua nya dipersiapkan dengan baik, Kenneth pun mulai melakukan pemeriksaan pada Scarlett.

Agar tidak membuat Scarlett terlalu lelah saat proses berlangsung, Kenneth pun berusaha membiarkan nya berbaring di atas kasur.

Tapi meskipun seperti ini, hanya berbalik saja, wajah Scarlett pun tetap saja berubah menjadi lebih pucat.

Terutama setelah pengambilan darah, ia juga merasa pusing , Theo pun langsung sangat khawatir.

Kenneth pun lebih baik memercepat prosesnya, dengan cepat menyelesaikan seluruh prosedur pemeriksaan itu.

Setelah berlalu sesaat, barulah Kenneth bangkit, lalu berkata pada Theo: “Sudah selesai, tuan muda, kamu membawa nyonya muda pulang terlebih dahulu, setelah mendapatkan hasilnya aku akan segera mengabari mu.”

Theo mengangguk, menggendong Scarlett yang lemah pergi, bergegas pulang ke vila bertaman.

Di perjalanan ia memberitahu pengurus rumah, untuk menyuruh koki memasak beberapa makanan bernutrisi untuk menambah gizi Scarlett.

Begitu mobil tersebut tiba di vila bertaman, Ace menggandeng Nesya berlari keluar.

Kelihatannya sudah menunggu dengan cemas di rumah, sudah menunggu sangat lama.

“Mommy, kamu baik-baik saja kah?”

“Mommy!”

Kedua anak kecil itu menjerit bersama, matanya penuh dengan perasaan khawatir dan gugup.

Ace melihat wajah Scarlett yang pucat, pun langsung mengigit jari kecilnya.

Dibandingkan Nesya, umur Ace lebih besar, pemikirannya juga lebih dewasa.

Dia kira-kira merasa sakit yang diderita Mommy, tidak lah sesederhana flu biasa, tapi juga tidak tahu penyakit yang sebenarnya.

Dalam otak yang kecil, saat ini muncul banyak pemikiran yang rumit.

Namun, dia tidak berani bertanya, takut mendapatkan jawaban yang ia takutkan.

Melihat rasa perhatian di mata kedua anak kecil itu, Scarlett pun memaksakan sebuah senyuman, “Tidak apa-apa, Mommy hanya sedikit lelah, jangan khawatir.”

Melihat anak kecil yang seperti 2 dango (Pansit Jepang) itu, mata Scarlett pun memerah.

Dia sangat takut, jika dirinya tidak bisa sembuh, maka benar-benar akan mati.

Jika benar-benar seperti itu, jadi Ace dan Nesya harus bagaimana?

Sekali terpikir mereka akan menjadi anak liar yang ditertawakan oleh orang lain karena tidak mempunya ibu, hati Scarlett seketika terasa sangat sakit.

Mendengar suara terisak, Nesya pun mengangkat kepala bertanya: “Mommy kamu kenapa”

Scarlett mendengarkan hal itu, dengan segera ia membalikkan wajah, menutupinya berkata, “Mommy sudah lapar, ayo kita masuk kedalam makan.”

Ace dan Nesya langsung mengangguk-anggukkan kepala, berlari ke paling depan untuk membuka jalan.

Dengan antusias menarik kursi, dengan gaya yang begitu pengertian.

Setelah duduk, pengurus rumah pun memerintahkan pembantu untuk menghidangkan sayuran.

Tidak lama pun sudah terhidang penuh di atas meja.

Nesya tahu Scarlett sudah sakit, dengan pintar dan imut duduk disamping Ace, sendiri mengambil sendok dan makan.

Theo pun dengan bersungguh-sungguh menjaga ibu dan anak tersebut, tidak berhenti menjepitkan sayur untuk Scarlett.

Melihat gunung kecil yang menumpuk di depannya, Scarlett memakan beberapa suap pun sudah tidak berselera lagi, dengan pasrah melihat Theo, lalu menolak dengan suara kecil: “Theo, aku tidak bisa makan.”

Nada bicaranya lembut, mencoba untuk melarikan diri.

Melihat pemikirannya, tanpa dipertanyakan lagi Theo pun mengambil mangkok bubur ke samping mulutnya, dengan lembut membujuknya : “Makan lagi beberapa suap, harus memakan bubur sampai habis.”

Namun pada akhirnya, Scarlett juga hanya memakan setengah mangkok bubur, sisanya tidak peduli Theo berkata apa, dia juga tidak mau membuka mulut lagi.

Melihatnya seperti itu, Theo juga tidak enak memaksanya lagi.

Melihat sekilas rasa lelahnya, Theo langsung menggendongnya kembali ke kamar untuk beristirahat.

Menyelimutinya dengan baik, Theo duduk di samping kasur, dengan konsentrasi menatapnya, dengan suara rendah berkata: “Aku masih ada sedikit masalah yang harus diselesaikan , kamu tidur dulu, aku disamping, jika ada sesuatu panggil saja maka aku akan segera kemari.”

Sekujur tubuh Scarlett ditutupi selimut, dengan tidak bertenaga menjawab “Ya”.

Theo melihat hal itu, ia menutup lampu kasur, pun langsung berjalan keluar.

Dengan hanya setengah sadar, Scarlett pun tertidur.

Di tengah mimpi ia bisa melihat Ace dan Nesya yang ditindas oleh orang lain, semua orang menunjuk punggung kedua orang itu, menyebut mereka adalah anak liar yang tidak mempunyai ibu.

Tiba-tiba dia bangkit duduk di atas kasur, punggungnya sudah basah penuh dengan keringat.

Saat ini, langit malam begitu jelas.

Scarlett duduk di atas kasur, sepasang kakinya meringkuk, sepasang tangannya memeluk lutut dengan erat, kelihatannya semakin lemah

Begitu malam tiba, pemikiran yang tersembunyi di bagian terdalam otaknya seketika meluap , menyerang nadi manusia yang sensitif.

Ditengah kegelapan, efek ketakutan bisa semakin lama semakin besar.

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu