Innocent Kid - Bab 547 Memang Adalah Orang Keluarga Jin

Theo dalam tenggorokannya seperti sangat pahit, mengulurkan tangan memegang sekitar luka Ace, "Sakit kah?"

Dia dengan lembut bertanya, tatapan melihat kebawah, melihat di alis mata Ace.

Ace dalam tiga tahun ini semakin besar, juga menjadi tinggi, juga semakin tampan.

Tidak tahu kenapa, dia selalu merasa, alis matanya semakin mirip dengan Lett.

Terkadang bisa ditubuh Ace melihat bayangan Lett.

Ace mengangguk kepala, dengan sedih berkata: "Sakit, si Hary ini, menggunakan berat badannya menimpah aku, jika tidak aku pasti sudah mengalahkan dia."

Waktu yang sama juga memohon Theo membujuk dia, kasihan boleh kasihan tapi tetap harus mengajarinya.

Sekejap, tatapan lembuat dia hilang.

Theo menyentil kepala dia, ekspresi menjadi kejam, "Tahu sakit sangat baik, kamu tahu tidak perbuatan kamu hari ini sangat berbahaya? Aku mengantar kamu belajar bisbol bukan untuk kamu melukai teman lain?"

Theo bereskpresi kejam, terus berkata: "Kamu tahu kecepatan pukulan bisbol ini, jika parah bisa membuat orang mati. Jika sudah membunuh orang, kamu bisa menanggung jawab, jika kamu lebih dewasa, maka kamu harus masuk penjara, apakah aku biasanya begini mengajari kamu?"

Perkataan yang tegas ini membuat ekspresi Ace berubah, tidak berani tertawa lagi.

Dia meremuk jarinya, tatapan melihat kebawah, nada dengan sedih katakan: "Maaf Daddy, aku sudah tahu salah, tapi aku tidak berpikir ingin membunuh Hary, saat aku memukul dia aku sudah kontrol kekuatan kamu. Jadi dia hanya bendol dikepala saja, tidak terjadi masalah besar, aku lain kali tidak akan begini lagi."

Melihat ini, Theo mengangguk kepala, pergi mengambil kotak obat.

Oleskan alkohol di luka dahinya Ace, kemudian memakaikan dia plaster.

Setelah menutup kotak obat, dia berkata pada Ace: "Meskipun kamu sudah mengaku salah, tapi membuat keselahan bukan hanya akui salah sudah cukup, kamu pergi ke sudut dinding merenungkan kesalahan, malam ini tidak boleh makan malam!"

Selesai Theo berkata, eskpresi Ace menjadi tidak senang, hanya menanggapi ah.

"Ada pendapat lagi?"

Theo menggerakkan alis mata, tatapan terlihat sangat marah, tubuh yang tinggi berdiri didepan mata Ace menjadi bayangan.

Dia bergegas menggelengkan kepala, kemudian pergi ke sudut dinding merenungkan kesalahan.

Theo melihat dia pergi, Ace hanya merapatkan mulut, tidak berani berkata apapun.

Berjalan ke sudut dinding ruang tamu, Ace berdiri dengan tegak.

Tangan diletakkan disamping kaki, terlihat sangat terbiasa melakukannya.

Theo melihat ini juga tersenyum.

Sabelum dia pergi melihat orang tua yang dibelakang.

Dia berkata: "Penguru rumah, tolong kamu melihat Ace, jangan biarkan dia pergi."

Kali ini mendengar perintah Theo, bergegas menganguk kepala, "Sudah tahu, tuan."

Ace yang disudut dinding ini mendengar ini menjadi tidak senang.

Daddy benar tidak percaya padanya, dirinya tidak akan lari.

Setelah Theo naik keatas, pengurus rumah bergegas berjalan kesamping Ace, membantu dia menepis debu yang ditebuh.

Juga menyuruh orang mengambil air bantu dia lap bersih tangan dan wajah.

Pengurus rumah juga merepet: "Tuan muda kamu pasti nakal lagi, tuan hari ini mengangkat telepon, masalah kantor juga tidak peduli lagi, langsung pergi kesekolah. Kamu malahan keluar dari sekolah, menghindar sejenak baru pulang, jika bukan tuan menyuruh orang mengikuti kamu, pasti tidak tahu kamu sudah ditangkap berapa kali, lain kali jangan begini lagi......"

Meskipun marah padanya, tapi dalam hati masih khawatirkan Ace.

"Iya, aku tahu, terima kasih padamu."

Ace mengira ini masalah biasa, tidak merasa pengurus rumah cerewet, hanya dengan serius mendengar ini kamudian membujuk dia.

Sikap dia yang patuh ini membuat pengurus rumah merasa kasihan.

Tuan muda mereka ini begitu muda sudah sangat pintar.

"Sudahlah, jangan katakan lagi, sebenarnya tuan muda kamu tidak berbuat salah......" Dia mengeluh.

Tadi percakapan ayah dan ibu ini dia sudah mendengar.

Semakin mendengar semakin merasa tidak senang.

Tiga tahun ini, Theo membawa Ace, menjadi ayah juga menjadi ibu, sangat tidak mudah.

Jika bukan Ace sangat patuh, Theo mungkin saja akan sangat repot.

Ace tiba-tiba berbisik pada pengurus rumah, dengan serius katakan: "Benar, kamu juga merasa begitu, kakek pengurus rumah aku bilang padamu. Sebenarnya tadi aku bohong pada Daddy, lain kali jika Hary mengatakan kata buruk Mommy lagi, aku masih akan memukul dia, namun aku tidak akan menggunakan bisbol lagi."

Selesai bicara, Ace berkacak pinggang, tampaknya seperti tidak takut sama sekali.

Pengurus rumah dengan suara kecil tertawa, mengelus rambut hitam Ace, "Ace sangat sayang pada Mommy."

"Tentu saja, didunia ini aku paling suka Mommy, dia sebelumnya juga dengan begini memegang kepala aku, namun dia sekarang tidak ada......"

Ace menyipitkan mata, mendekati telapak tangan pengurus rumah ini, sambil berkata tatapan juga terlihat sedih.

Pengurus rumah melihat ini, dalam hati merasa sakit.

Scarlett terhadap ayah dan anak ini adalah orang yang penting, ini dia juga tahu.

Dia dengan khawatir meliphat Ace, takut dia terpikir Scarlett menjadi lebih sedih.

Baru saja ingin menghiburnya, Ace duluan menengadah kepala tertawa, wajah yang muda ini terlihat senang.

"Namun dia suatu hari pasti akan pulang, Daddy juga berpikir begini, aku percaya dia."

Dia memegang erat tangan, tatapan sangat yakin.

Ekspresi ini juga membuat pengurus rumah tersentuh, tidak tahu kenapa, hati dia menjadi bangkit.

Jika rumah ini ada nyonya, pasti sangat baik......

Diatas, Theo dengan serius mengurus masalah kantor, tablet yang disampingnya tiba-tiba keluar informasi.

Panggilan video dari Oscar.

Dia menggunakan mouse klik setuju.

Tidak lama, wajah tampan Oscar keluar didepan layar, terhadap kamera melihat sini sana.

Melihat sebentar, Oscar dengan bingung bertanya, "Ai, kak, Ace dimana, kenapa tidak melihat keponakan aku?"

Theo malas menggerakkan mata, hanya dnegan tenang berkata: "Dibawah merenungkan kesalahan."

Oscar mendengar ini, langsung merepet.

Untungnya Theo dari awal sudah mengatur suara jadi kecil, agar tidak melukai telinga.

"Kejam sekali, kasihan Ace aku, kesalahan apa yang dibuatnya, sampai ayahnya melakukan begini padanya, kasihan sekali......"

Oscar sambil berkata sambil menetes air mata, jika orang yang tidak tahu pasti mengira Theo menyiksa Ace, dia mengeluh dengan sangat kasihan sampai menetes air mata.

"Dia hari ini mengambil bisbol memukul teman."

Theo mendengar ini langsung membereng dia, dengan dingin menjawab pertanyaan dia, tapi tatapan tetap melihat ke dokumen.

"Ehuk." Ekspresi Oscar berbubah, lalu memegang hidungnya.

"Memang perlu direnungkan, tidak boleh melakukan kekerasan begini, memang adalah orang Keluarga Jin.......em, aku apapun tidak katakan."

Selesai berkata, Theo memberi tatapan dingin, lalu bergegas melakukan gerakan diam.

Melihat ini Oscar langsung mengalihkan pembicaraan, mengerut dahi bertanya: "Kak, seharusnya disana sudah waktu jam makan, kamu mengapa masih kerja."

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu