Innocent Kid - Bab 486 Hampir Tidak Bisa Menyelamatkan Anak

Scarlett Jiang juga tidak dapat menahan untuk tersenyum. Saat itu dia merasakan kebahagiaan yang tiada tandingannya.

Dan adegan ini juga terlihat di mata Levita Zi.

Dia berdiri di samping, merasa tidak cocok, ingin ikut tersenyum tapi bagaimanapun juga tidak bisa tersenyum.

Melihat wajah tersenyum Scarlett Jiang, Levita Zi mengepalkan tangannya sendiri.

Penderitaan karena kecemburuan dalam hatinya menyebar, dengan cepat membakar semuanya. Di matanya, tidak terasa sudah dipenuhi dengan kesuraman dan kebencian yang sangat kuat.

Setelah sejenak, beberapa orang itu berpencar.

Scarlett Jiang sudah mandi, berbaring di kasur.

Theo Jin tidak ada, dia selalu merasa ada yang kurang, agak tidak terbiasa.

Menyampingkan badan, menghadap ke samping tempat Theo Jin tidur, memejamkan mata, setenah tertidur dan setengah sadar, tiba-tiba dia merasakan sedikit sakit di perut.

Awalnya Scarlett Jiang tidak peduli, namun semakin lama perutnya semakin sakit, bagian bawah tubuhnya terasa berat.

Saat ini dia baru bangun dengan panik, tangan menekan perut, menghidupkan lampu.

“Ma, Ma!” Scarkett Jiang menjerit memanggil orang, namun suara yang keluar malah kecil seperti nyamuk dan lalat.

Kamar Ibu Jin agak jauh tempat mereka tinggal, pasti tidak terdengar.

Scarlett Jiang mengerutu, berjuang turun dari kasur dan membuka pintu, tubuhnya sudah dipenuhi oleh keringat dingin.

“Nyonya……” Levita Zi muncul tepat waktu, wajahnya penuh dengan keterkejutan.

Seperti menemukan penyelamat, Scarlett Jiang berkata dengan cepat: “Levita Zi, cepat panggil dokter!”

“Nyonya, mana yang sakit, aku papah kamu kembali ke kasur berbaring sejenak.”

Levita Zi menatapnya, mengulurkan tangan memapah Scarlett Jiang.

Scarlett Jiang bergetar, tubuhnya menegang. Levita Zi seketika tidak bisa melakukan apapun.

“Nyonya, sebenarnya kamu kenapa?”

Nada bicara Levita Zi cemas, seperti sangat khawatir.

Scarlett Jiang tidak menjawab pertanyaan Levita Zi. Dia kesakitan sampai tidak bisa berbicara.

Bersandar pada dinding dengan lemah, memejamkan mata, wajah putih pucat seperti kertas.

Tatapan Levita Zi memancarkan kebahagiaan, tapi malah memeluk Scarlett Jiang dengan kepura-puraan.

“Panggil ambulans.”

Scarlett Jiang terduduk di lantai, satu tangannya memegang perut, satu tangannya memegang tangan Levita Zi.

“Baik, baik, baik, Nyonya. Kamu tidak bisa duduk di atas lantai, bisa menyakiti perut.”

Mulut Levita Zi mengiyakan tapi malah tidak bergerak.

Scarlett Jiang sakit sampai sebentar-sebenatar membenturkan kepala ke dinding. Hatinya dipenuhi oleh rasa takut yang amat besar.

Dengan jelas dia merasakan rasa sakit di perut semakin lama semakin kuat. Anaknya!

“Nyonya, kamu bergerak sedikit, aku tidak bertenaga.” Levita Zi sibuk berjalan bolak-balik.

Scarlett Jiang tidak tahu kenapa Levita Zi masih di sini berbicara omong kosong. Bibirnya bergerak, tidak hentinya bertanya, “Sudah menelepon 120?”

“Segera ditelepon. Segera ditelepon. Aku harus duluan membantumu ke atas kasur.”

“Tidak perlu, telepon dulu.”

Beberapa kalimat, menggunakan seluruh tenaga Scarlett Jiang.

Levita Zi menganggukkan kepala mengatakan, “Baik, baik, baik. Kalau begitu aku pergi mengambil ponsel. Nyonya, kamu bertahanlah sebentar, jangan sembarangan bergerak untuk menghindari kamu melukai dirimu sendiri.”

Dia berlari pergi. Tubuh Scarlett Jiang menggulung di atas lantai, matanya perlahan menggelap.

“Kenapa ini?”

Suara terkejut dan ketakutan Ibu Jin terdengar. Dia mendengar keributan di luar, membuka pintu. Pada akhirnya dia melihat Scarlett Jiang duduk di lantai, tubuhnya menggulung.

Suara Ibu Jin berubah karena terkejut. Dengan panik dan segera berlari ke arah Scarlett Jiang.

Dan di saat yang bersamaan, Oscar Jin, Ayah Jin, dan orang lainnya, semuanya terkejut.

“Lett, Lett, kamu jangan menakuti Ibu. Kamu kenapa?” Ekspresi Ibu Jin berubah.

“Kakak ipar menggenggam perut. Sepertinya dia sakit perut!” Kata Oscar jin dengan panik.

Ayah Jin sudah mengeluarkan ponsel, dengan cepat menelepon 120.

Scarlett mendengar ada orang yang berbicara di samping telinganya, tapi dia kesakitan sampai tidak bisa merespon.

Tubuh bagian bawahnya sangat sakit, seperti ada sesuatu yang mengalir keluar.

Dia menundukkan kepala melihat, matanya menggelap, bibirnya bergetar, berkata dengan ketakutan: “Darah. Aku pendarahan.”

Ibu Jin dan mereka juga melihat tubuh bagian bawah Scarlett Jiang. Darah segar mengalir keluar, dengan cepat menjadi segumpalan darah.

Sangat merah, sangat tidak menyenangkan untuk dilihat, membuat orang merasa pusing.

Ibu Jin sangat terkejut. Apa arti dari pendarahan saat ini dia tahu dengan jelas.

“Kenapa, kenapa bisa pendarahan?”

Oscar Jin menghampiri dengan langkah yang besar, membungkukan badan langsung menggendong Scarlett Jiang, mengatakan satu kalimat.

“Tidak sempat lagi menunggu ambulans. Aku mengantarkan Kakak Ipar ke rumah sakit dulu.”

Selesai berkata, orangya sudah di tangga.

Di saat sepert ini, tidak lagi mempedulikan perbuatannya, hanya berharap dia bisa mengantarkan Scarlett Jiang dengan segera ke rumah sakit.

Orang keluarga Jin dengan sibuk mengikutinya. Malam ini, orang keluarga Jin dalam kekacauan.

Mobil sudah menggunakan kecepatan tercepat untuk sampai ke rumah sakit. Oscar Jin mengendong Scarlett Jiang berlari masuk ke rumah sakit, berterika berkata: “Dokter, cepat, tolong Kakak Iparku. Dia adalah ibu hamil!”

Dengan cepat, Scarlett Jiang diantar ke ruang gawat darurat.

Ayah Jin dan Ibu Jin mengikuti. Melihat jejak darah yang ada di tubuh Oscar Jin, kaki Ibu Jin melemah.

Ayah Jin memapah Ibu Jin, ekspresinya sangat serius.

“Dosa apa yang telah diperbuat!”

Ibu Jin melipat kedua tangannya, berdoa meminta pertolongan Tuhan.

Levita Zi takut disalahkan oleh keluarga Jin. Setelahnya dia juga menaiki taksi untuk ikut datang, tidak berani mendekat, hanya berdiri di pojokan dengan jauh.

Dia melihat tetesan darah sepanjang jalan memasuki ruang gawat darurat, ada kesenangan di matanya yang melihat ke bawah.

Oscar Jin menatap pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat. Hatinya sangat kacau.

Abangnya baru saja pergi, Kakak Iparnya sudah bermasalah. Kalau anaknya tidak bisa tertolong, bagaimana dia menyampaikannya kepada abangnya.

Saat itu, pintu ruang gawat darurat terbuka, dokter berjalan keluar.

Orang keluarga Jin seketika mengelilingi, “Dokter, bagaimana?”

Sambil melepaskan sarung tangan, sang dokter berkata, “Kondisinya kritis. Ada pertanda keguguran.”

Semua orang termenung. Ibu Jin bertanya dengan tidak percaya: “Tidak mungkin keguguran. Menantuku seharian baik-baik saja. Bahkan sudah tidur di malam hari. Tidak mungkin keguguran.”

Sang dokter mendorong kacamata, melihat mereka, berkata dengan serius: “Wanita hamil secara tidak sengaja meminum obat aborsi. Untung dosisnya sedikit. Diantar ke sini juga tepat waktu, kalau tidak……”

Ini sangat mengganggu pikiran untuk sejenak. Keluarga Jin yang mendengar termenung.

Oscar Jin paling duluan merespon, bertanya dengan sibuknya, “Obat aborsi? Tidak mungkin. Di rumah kami tidak ada orang yang akan memberikannya obat aborsi.”

Karena Scarlett Jiang hamil, keluarga Jin sangat gembira, memberikan Scarlett Jiang barang-barang yang terbaik. Siapa yang ingin mencelakainya?

Mereka juga sudah ceroboh, hanya mementingkan kegembiraan, tapi tidak memperhatikan hal ini. Oscar Jin sangat kesal.

Dokter berkata: “Oleh karena itu maka dikatakan salah mengkonsumsi. Sebagai keluarga, kalian biasanya harus memperhatikannya, tidak bisa membiarkan wanita hamil sembarangan makan. Kali ini masih beruntung, anak itu hampir saja tidak bisa dipertahankan.”

Setelah keheningan sejenak, ekspresi keluarga Jin berubah total.

Mereka tidak mengira hampir membuat Scarlett Jiang keguguran di depan mata mereka. Ibu Jin sangat marah dan hampir hilangan kendali.

Untungnya dia masih ingat ini adalah rumah sakit. Dia memaksa untuk menahan amarah dan mengantar pergi dokter dengan ramah.

“Sebenarnya siapa yang melakukannya. Beraninya memberikan menantuku obat aborsi di depanku?” Kata Ibu Jin dengan menahan suara teriakannya.

Ekspresi Ayah Jin serius, “Periksa. Pasti harus diperiksa!”

Ekspresi Oscar Jin juga sangat tidak enak dipandang. Untungnya dia masih berpikir rasional.

Menenangkan Ayah Jin berkata: “Ayah, Ibu, nanti tahanlah di hadapan Kakak Ipar. Jangan membuatnya khawatir.”

-----------------------

Terima kasih kepada para pembaca atas dukungan yang diberikan kepada author. Author mendoakan supaya para pembaca sehat selalu dan Tuhan selalu memberkati kalian dan keluarga kalian. Jika kalian suka buku ini, jangan lupa ya untuk di share ke teman kalian. Sukses selalu!

Bagi para pembaca yang ingin membaca buku berikutnya, silahkan di baca buku Marry You, ceritanya tak kalah menarik lo :))

Novel Terkait

Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu