Innocent Kid - Bab 552 Lain Kali Tidak Boleh Lagi

Sebagai pria ilmiah, pemikiran nya bersifat garis lurus.

Suka, maka kejarlah, kebetulan mendapatkan manfaat berhubungan dekat dengan orang yang berpengaruh, untukmenghindari penundaan panjang yang mengakibatkan masalah.

Leon mendengar perkataan itu, pun tertawa dengan datar.

Ia menggeleng-gelengkan kepala, tetap saja berpegang teguh pada pandangannya sendiri.

“Aku tidak ingin mengambil kesempatan diatas penderitaan orang,sekarang ingatannya masih belum pulih seutuhnya, jika pada saat ini aku terhadapnya..... bagaimana pun juga ada sesuatu rasa yang sangat kejam, aku berharap dia bisa rela sepenuh hati untuk tinggal di sisi ku.”

Saat mengatakan hal ini, matanya penuh dengan kelembutan, pandangan matanya berputar, bersinar-sinar.

Florent sedikit tercengang, lalu menepuk-nepuk bahu Leon, dan tertawa lepas.

Leon dengan ragu melihatnya, “Apa yang anda tertawakan? Apakah aku berkata salah?”

“Tidak, tidak, aku merasa, kamu anak ini memang orang suci yang terobsesi dengan cinta hingga tidak bisa dihilangkan, yang kamu katakan benar, aku lah yang sudah mengartikannya dengan sempit . Masalah berpacaran dan menikah ini tentu saja hal yang berbeda, kamu ingin melewati seumur hidup dengan istri kecilmu, itu tentu saja memerlukan ketulusan dan kejujuran. Masing-masing mau dan rela dengan sepenuh hati baru bisa, jika tidak, mudah terjadi hal-hal buruk yang tidak terduga.” Florent menghela nafas dan berkata.

Selesai Leon mendengarkannya, hatinya pun sedikit terasa sedih.

Sebenarnya dirinya sendiri juga sedang mengkhawatirkan hal-hal buruk yang tidak terduga ini.

Matanya tersirat rasa pahit dan sedih, bibirnya pun tersenyum pahit .

3 tahun ini, orang luar hanya tahu bahwa Scarlett ialah istrinya, terlihat penuh cinta kasih dan harmonis.

Namun kenyataannya, mereka hanya mempunyai nama sebagai suami istri namun sama sekali tidak seperti hubungan suami istri pada umumnya.

Dia menekan perasaan dan keinginannya sendiri, sama sekali belum berani melangkah lebih jauh.

Dan dia tidak bisa melihat sebenarnya apa perasaan Scarlett terhadapnya.

Dia selalu merasa Scarlett sedang melihat melewatinya, sedang melihat 1 orang yang lain.

Ada kalanya, dia bisa menyadarinya, ketika Scarlett dalam pikiran bawah sadar, ia pun tidak menganggap Leon sebagai orang yang paling intim.

Secara tidak sengaja, dia juga tidak menyadari bahwa dirinya menjaga jaga dengan Leon.

Semua ini dia memasukkannya dalam hati,namun tidak mengutarakannya, menghormati keinginannya.

Tapi ia juga adalah pria normal, bukan benar-benar orang suci.

Menghadapi gadis yang ia cintai, juga bisa dikuasai oleh emosi terus memikirkan dan terpesona dengannya.

Dia juga tidak tahu, dirinya bisa menahan sampai kapan.

Ujung jari Leon sedikit meraba di bagian bibirnya

Dia melihat ke arah yang jauh, sedikit demi sedikit mensketsa siluet Scarlett di tengah horizon.

Aliran darah perlahan berubah menjadi panas, dia sangat menginginkan, suatu hari bisa benar-benar memilikinya.

Dalam ruangan penelitian, tiba-tiba berbunyi suara buzz.

Tempat sumber suara ialah kantong Leon, handphonenya berdering untuk waktu yang cukup lama.

Melihat Leon tidak merespon, Florent berjalan kesana, menjulurkan tangan dan menggoyang-goyangkannya di depan mata Leon.

“Leon, Leon, handphone berdering, apa yang kamu pikirkan, begitu terhanyut, cepat diangkat.”

Suara Florent yang jelas menarik Leon kembali ke realita.

Matanya penuh dengan kebingungan, setelah merespon, dengan buru-buru ia mengeluarkan handphone itu.

“Ya? Oh, baik, aku segera mengangkatnya.”

Melihat pemberitahuan penelepon dihandphone itu, ujung bibirnya pun tersenyum.

Rasa dingin dalam matanya seketika meleleh, danau yang tenang menggerakan riak yang lembut.

Sikap ini pun membuat Florent merasa penasaran, ia bertanya, “Siapa?”

Sedikit mengangkat bibir tipisnya, Leon dengan senyum ringan menjawab: “Istri ku.”

Jarinya menggeser layar, lalu mengangkat teleon.

“Berbicara tentang orang tersebut lalu orang tersebut pun tiba, kalau begitu kalian berbincang lah dulu, aku yang tua ini pulang dulu, tidak mengganggu kalian.”

Florent melepaskan bajunya, pun ingin pergi.

Leon menganggukkan kepala, lalu melambaikan tangan padanya dan pamit.

“Sampai jumpa, anda berhati-hati.”

Disana, Scarlett mendengar suara Leon berpamitan dengan orang lain, mengelus-elus bagian lehernya, dengan tidak enak bertanya: “Leon, apakah aku menganggu kalian bekerja?”

“Tidak, kebetulan sudah pulang kerja.”

Leon menggelengkan kepala, dengan suara yang ringan dan lembut menjawab.

Dia sambil berbicara sambil membuka jas medisnya, lalu menggantungnya disamping.

“Oh oh, bagus lah jika begitu.” Scarlett pun lega.

Baru saja Ibu Fu dipanggil seseorang kembali ke vila bertaman, sebelum pergi ia kembali mengingatkan untuk mencari untuk Leon makan malam.

Dia melihat waktu juga sudah saatnya, dengan segera ia pun meneleponnya untuk bertanya.

“Ada urusan apa mencari ku?”

“Ah, aku ingin bilang, bahwa aku sudah membawa gadis kecil ke lapangan sini untuk memberi makan merpati, jika kamu ada waktu luang, kita sama-sama makan malam?”

Suara Scarlett yang lembut terdengar, mata Leon pun bersinar-sinar.

“Tentu saja boleh.”

Dia menaikkan ujung bibir menyetujuinya dengan senang.

Kedua orang itu berjanjian tempat bertemu, pun mengakhiri telepon itu.

Setelah menutup telepon itu, Scarlett berjalan ke arah gadis kecil.

Melihat pemandangan yang ada di depan matanya, bibirnya pun tersenyum gembira.

Gadis kecil melangkahkan kaki kecil berlari kesana kemari di lapangan itu, terus mengejar merpati putih.

Senja matahari tenggelam menyinari wajah kecilnya yang merah lembut itu, membuat wajahnya sedikit memerah.

Semua tempat yang dilewati gadis kecil, membuat merpati putih terkejut hingga mengepakkan sayapnya berterbangan di udara.

Namun tidak lama pun turun dengan stabil di sisi badannya.

Ada beberapa merpati yang sedikit berani, langsung hinggap ke tangan gadis kecil.

Dia masih mengisap bibirnya, terus menerus tertawa, dengan manis dan lembut berlari ke arah merpati putih dan menjerit: “Merpati merpati merpati...........”

Dan di Vila bertaman disana, Theo tiba-tiba teringat ada beberapa dokumen yang belum diambil dari perusahaan.

Dia berpikir berulang kali, pun kembali bersiap-siap untuk keluar.

Ketika turun ia bertemu dengan Ace, masih begitu turut menghadap ke tembok untuk instropeksi diri.

Melihatnya, dengan sangat tidak sabar melihat kemari.

Ekspresi itu ditambah dengan alis Scarlett, membuat nya seketika menyadari sesuatu.

Hati Theo tergerak, dengan suara yang mendalam berkata: “Kali ini sudahlah, lain kali tidak boleh lagi !”

Selesai mengatakan hal itu ia berbaik berjalan ke arah luar.

“Hore!”

Mendapatkan pengampunan khusus, dari belakang terdengar suara Ace yang senang gembira.

Ujung bibir Theo sedikit rapat, dengan lucu menggeleng-gelengkan kepala, lalu dengan langkah yang lebih cepat bergegas ke perusahaan.

Setelah mengambil dokumen ia pun bergegas pulang kembali.

Kira-kira tidak sampai 30 menit, ketika dia melangkah masuk ke taman dalam vila, bayangan tubuh Ace sudah menghilang.

Alisnya sedikit bergetar, Theo melepaskan jasnya, lalu memanggil pengurus rumah kemari.

Kaki panjangnya dengan santai bersilang, duduk di atas sofa, Theo sedikit memejamkan mata, bertanya pada pengurus rumah berkata: “Ace dimana?”

Pengurus rumah sedikit membungkukkan badan, teringat Ace, dengan hati-hati menjawab berkata: “Anda pergi tidak lama, putra dari keluarga tetangga datang mencari tuan muda kecil. Mengajaknya keluar,kedua orang itu mengambil papan seluncur lalu keluar.”

Mendengarkan hal itu, Theo bergumam suram, matanya yang hambar pun muncul sedikit gelombang.

Pengurus rumah mengira dia marah, dalam hatinya pun keringat dingin karena Ace.

Dia mengambil sapu tangan dengan gemetaran mengusap butir-butir keringat yang mengalir di keningnya, melihat ke arah Theo, dengan hati-hati berkata, “Tuan muda kecil seharusnya di lapangan sana. Tidak akan berlari jauh, aku menyuruh Joseph pergi bersama dengannya, tidak akan terlalu berbahaya.”

Dia terlebih dahulu membantu Ace berkompromi, untuk menghindari Theo mau menghukumnya lagi.

Anak kecil suka bermain, juga merupakan naluri alami.

Jadi tadi dia juga tidak menghalang Ace keluar.

Pengurus rumah melihat ekspresi mata Theo, dengan khawatir menyarankan: “Namun jika anda khawatir , aku segera menyuruh orang pergi menjemput tuan muda kecil pulang.”

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu