Innocent Kid - Bab 533 Masuk Ke Perangkap

Kata-kata ini di telinga Branson Jiang, terasa tidak enak.

Dia mengelus kepala Bella Jiang, hatinya sakit dan berkata : “Tentu saja, ayah akan menyiapkan makanan untukmu, kamu tunggu disini.”

“Ya.”

Bella Jiang menunjukkan senyumannya yang manis.

Ketika Branson balik badan, senyuman itu pun perlahan berubah menjadi semakin suram.

Dia menundukkan kepalanya dan melihat ada sebuah botol kecil.

Bella Jiang memegang sebuah botol kecil pemberian Levita Zi, lalu berdiri dari sofa.

Dia mengepalkan tangannya, dan ada botol itu dalam genggamannya.

“Ayah, apakah ada minuman di rumah, kalau tidak ada aku pergi beli.”

Dia berteriak dari dapur.

Branson sedang sibuk mencuci sayuran di dapur, mendengar kata-kata itu dia berteriak : “Di dalam kulkas seharusnya ada, coba kamu lihat.”

Saat itu juga, Bella Jiang sudah berdiri di depan kulkas.

Dia menekuk bibirnya, membuka pintu kulkas, mengambil satu botol.

Melihat sekelilingnya, setelah memastikan Branson tidak muncul, dia segera membuka botol minum itu, lalu menuangkan untuk dirinya sendiri terlebih dahulu.

Kemudian mengambil botol kecil yang ada di tangannya, mulut ke mulut, dan bibir botol.

Tangannya mulai bergerak, cairan bening itu diteteskan ke dalam minuman tersebut.

Cairan bening itu tersisa setengah dan disimpan olehnya, dia pun mengusap keringat di kepalanya.

Kemudian dia menutup dengan rapat botol itu, kemudian mengocoknya dengan sekuat tenaga..

Setelah selesai melakukan ini, dia bernafas dengan lega.

Bertingkah layaknya tidak terjadi apa-apa, dia ke meja makan lebih awal untuk menunggu.

Tiga puluh menit kemudian, Branson menghidangkan beberapa sayuran ke atas meja.

Ayah dan anak duduk berhadapan.

Bella Jiang melihat terletak handphone milik Branson, bibir merahnya itu saling menekan.

Branson melihat dia melamun, dia pun mengangkat alisnya dan bertanya padanya : “Bella, kamu melihat apa kok terlihat bersemangat, kenapa tidak makan, segera cicipi karya ayah.”

Mendengar itu, Bella menunjukkan senyuman, menyembunyikan apa yang dipikirkan.

Dengan manis dia mengiyakan ayahnya, dengan cepat mengambil sumpit dan mengambil sayuran.

“Bagaimana? Cocok tidak?”

Melihat gerakannya, wajah Branson mengeluarkan senyumannya yang tulus, dia menunggu saat-saat bisa melihat Bella.

Sayuran sudah masuk di mulut, sedikit tawar.

Tetapi Bella pada saat itu tidak tertarik mencicipi makanan, lalu membuka mulut dan mengatakan : “Enak!”

Branson mengangguk puas, lalu segera mengambilkan sayuran itu kepada anaknya.

“Kalau enak makanlah yang banyak.”

Bella Jiang tampak ekspresinya tersenyum, melihat minuman yang ada di sebelah.

Dia segera beranjak, mengambil botol itu dan menuangkan ke gelas Branson yang kosong, dan memberikan padanya.

“Ayah, untuk bisa berkumpul seperti ini sangat tidak mudah, untuk berikutnya kesempatan seperti ini sangat sedikit, kamu tidak bisa minum bir, kalau begitu kita minum air saja sebagai pengganti bir.”

“Bersulang, untuk putrimu.”

Mendengar ucapan ini, hidung Branson sedikit tidak nyaman, tenggorokan menjadi serak, tidak bisa menahan perasaan sedih.

Dia tidak menaruh rasa curiga pada minuman di gelas itu, lalu mengangkatnya.

Bella pun merasa senang, mengangkat gelasnya sendiri dan bersulang.

Dia minum dengan menunduk, matanya melihat Branson.

Memastikan bahwa dia minum semua yang ada di gelas itu, bibirnya tidak tahan untuk tersenyum.

Tetapi Branson tidak merasa aneh, dia meletakkan gelasnya.

Dia menunjuk sayuran yang di piring, “Bella, makan yang banyak, kamu terlalu kurus.”

Bella mengangguk tanda setuju.

Satu menit berlalu, obat itu mulai bereaksi pelan-pelan.

Pandangan Branson perlahan mulai kabur, terasa bumi dan langit berputar.

“Aneh, kenapa kepalaku bisa pusing sekali.”

Tangannya di atas meja, dia menekan pelipisnya dan menggumam.

Bella Jiang berpura-pura khawatir, berdiri dan menghampirinya.

“Ayah, kamu tidak apa-apa kan…..”

Mendengar suara itu, Branson mengadahkan kepala dan melihat Bella, dalam pandangannya, Bella tampak kabur.

Tampak ada beberapa dan bertumpuk-tumpuk.

Tidak lama kemudian, mata Branson tampak hitam, terjatuh di atas meja.

Saat itu Bella Jiang melihat, hatinya tampak senang.

Obat yang diteteskan dalam minumannya bereaksi!

Setelah memastikan Branson dalam keadaan tidak sadar, Bella mulai mengambil handphone milik Branson dan dengan mudah membuka handphone Branson.

Kemudian mengambil botol kecil yang ada di tangannya, mulut ke mulut, dan bibir botol.

Tangannya mulai bergerak, cairan bening itu diteteskan ke dalam minuman tersebut.

Cairan bening itu tersisa setengah dan disimpan olehnya, dia pun mengusap keringat di kepalanya.

Kemudian dia menutup dengan rapat botol itu, kemudian mengocoknya dengan sekuat tenaga..

Setelah selesai melakukan ini, dia bernafas dengan lega.

Bertingkah layaknya tidak terjadi apa-apa, dia ke meja makan lebih awal untuk menunggu.

Tiga puluh menit kemudian, Branson menghidangkan beberapa sayuran ke atas meja.

Ayah dan anak duduk berhadapan.

Bella Jiang melihat terletak handphone milik Branson, bibir merahnya itu saling menekan.

Branson melihat dia melamun, dia pun mengangkat alisnya dan bertanya padanya : “Bella, kamu melihat apa kok terlihat bersemangat, kenapa tidak makan, segera cicipi karya ayah.”

Mendengar itu, Bella menunjukkan senyuman, menyembunyikan apa yang dipikirkan.

Dengan manis dia mengiyakan ayahnya, dengan cepat mengambil sumpit dan mengambil sayuran.

“Bagaimana? Cocok tidak?”

Melihat gerakannya, wajah Branson mengeluarkan senyumannya yang tulus, dia menunggu saat-saat bisa melihat Bella.

Sayuran sudah masuk di mulut, sedikit tawar.

Tetapi Bella pada saat itu tidak tertarik mencicipi makanan, lalu membuka mulut dan mengatakan : “Enak!”

Branson mengangguk puas, lalu segera mengambilkan sayuran itu kepada anaknya.

“Kalau enak makanlah yang banyak.”

Bella Jiang tampak ekspresinya tersenyum, melihat minuman yang ada di sebelah.

Dia segera beranjak, mengambil botol itu dan menuangkan ke gelas Branson yang kosong, dan memberikan padanya.

“Ayah, untuk bisa berkumpul seperti ini sangat tidak mudah, untuk berikutnya kesempatan seperti ini sangat sedikit, kamu tidak bisa minum bir, kalau begitu kita minum air saja sebagai pengganti bir.”

“Bersulang, untuk putrimu.”

Mendengar ucapan ini, hidung Branson sedikit tidak nyaman, tenggorokan menjadi serak, tidak bisa menahan perasaan sedih.

Dia tidak menaruh rasa curiga pada minuman di gelas itu, lalu mengangkatnya.

Bella pun merasa senang, mengangkat gelasnya sendiri dan bersulang.

Dia minum dengan menunduk, matanya melihat Branson.

Memastikan bahwa dia minum semua yang ada di gelas itu, bibirnya tidak tahan untuk tersenyum.

Tetapi Branson tidak merasa aneh, dia meletakkan gelasnya.

Dia menunjuk sayuran yang di piring, “Bella, makan yang banyak, kamu terlalu kurus.”

Bella mengangguk tanda setuju.

Satu menit berlalu, obat itu mulai bereaksi pelan-pelan.

Pandangan Branson perlahan mulai kabur, terasa bumi dan langit berputar.

“Aneh, kenapa kepalaku bisa pusing sekali.”

Tangannya di atas meja, dia menekan pelipisnya dan menggumam.

Bella Jiang berpura-pura khawatir, berdiri dan menghampirinya.

“Ayah, kamu tidak apa-apa kan…..”

Mendengar suara itu, Branson mengadahkan kepala dan melihat Bella, dalam pandangannya, Bella tampak kabur.

Tampak ada beberapa dan bertumpuk-tumpuk.

Tidak lama kemudian, mata Branson tampak hitam, terjatuh di atas meja.

Saat itu Bella Jiang melihat, hatinya tampak senang.

Obat yang diteteskan dalam minumannya bereaksi!

Setelah memastikan Branson dalam keadaan tidak sadar, Bella mulai mengambil handphone milik Branson dan dengan mudah membuka handphone Branson.

Membuka kontak, dan menemukan nomor Scarlett Jiang.

Dia menggunakan nada Branson untuk mengirim pesan.

‘Scarlett, ayah merasa tidak enak badan, kepala pusing, tidak tahu kenapa, bisakah kamu kemari?’

Setelah mengirim pesan, dia meletakkan handphone di sebelah dengan melemparnya.

Mengambil handphonenya sendiri dan menelpon.

“Sudah beres, kalian boleh masuk.”

Setelah mengatakan itu, dia langsung menutup telponnya.

Beberapa menit kemudian, ada yang mengetuk pintu.

Bella Jiang membuka pintu, ada empat raksasa mengikutinya.

“Letakkan dia di kamar dulu.” Bella menunjuk empat orang itu untuk menyuruh mereka membawa Branson dari meja makan.

Di sisi lain, Scarlett menerima pesan dari Branson Jiang sangat kaget.

Awalnya dia mengerutkan kening, setelah membaca, alisnya menjadi lurus.

Kepala pusing, tidak mungkin karena luka kecelakaan mobil?

Dia merasa sedikit curiga.

Setelah merenung beberapa saat, dia menghelakan nafas dengan berat.

Jemarinya mulai bergerak, membalas pesan.

‘Aku tahu, kamu tunggu di rumah jangan melakukan apapun, aku segera kesana mencarimu.’

Dia berpikir Branson sekarang tinggal di tempat yang agak jauh, tidak ada yang merawatnya.

Jika dia tidak pergi, takutnya jika terjadi sesuatu pada Branson nanti tidak ada yang mengetahuinya.

Tidak peduli seburuk apa dulu, tetap saja dia adalah ayahnya.

Lagipula ini karena menyelamatkan nyawanya jadi dia punya penyakit ini, Scarlett pada akhirnya juga tidak tega untuk tidak memperdulikannya.

Dia pamit kepada Ibu Jin, lalu bergegas pergi.

Turun dari mobil, dia melangkah cepat menuju pintu rumah.

“Kenapa pintunya terbuka?” Terlihat dari jauh, pintu gedung terbuka.

Dia hanya bergumam, sambil berjalan.

Orang-orang yang di dalam rumah begitu mengetahui ada langkah kaki yang mendekat, mereka menahan nafas.

Bella Jiang bersandar di belakang pintu, dia memegang saputangan basah di tangannya.

Dia mendengar jelas suara detak jantungnya, iramanya sangat cepat, dan tidak beraturan.

Dikarenakan sangat gembira.

Dia memberi isyarat pada orang di pintu lain untuk bergerak kapan saja.

“Ayah, ayah? Kamu dimana? Aku sudah datang, aku akan mengantarmu ke rumah sakit sekarang.”

Tangan Scarlett di dekat pintu, dia pun meregangkan otot kepalanya sebentar.

Mencari sosok Branson Jiang.

Kaki melangkah masuk, melihat ke dalam, tidak terlihat sosok Branson Jiang.

Dia merasa aneh dan mengerutkan keningnya, matanya melihat ke bawah dan sekeliling, melihat sepatu kulit.

Sangat jelas, di belakang pintu ada orang bersembunyi.

Dan dia bisa memastikan orang ini bukan Branson Jiang.

Dia menggumam dalam hati, tangannya muncul keringat dingin.

Menyadari ada yang tidak beres, pada saat itu juga dia ingin balik badan dan lari.

Tetapi orang di balik pintu itu bergerak lebih cepat dari dia.

Pada saat dia hendak mengangkat kakinya, orang yang berada di balik pintu itu segera keluar, menarik lengannya, dan menarik ke dalam rumah.

Pupil mata Scarlett Jiang tiba-tiba membesar, berusaha sekuat tenaga.

Tetapi tenaga pria dan wanita sangatlah berbeda, membuatnya tidak berdaya.

Dia berteriak, “Lepaskan aku, tolong …….”

Sepasang tangan yang kecil muncul di hadapannya, berikutnya mulut dan hidungnya tertutup oleh sapu tangan basah itu tadi membuatnya tak bergerak.

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu