His Soft Side - Bab 59 Kepedasan Hingga Sakit Lambung

Saat Chloe Jian mendengar ucapan ini, hatinya langsung berdebar, bergegas bangun dan berlari ke sana, spontan mengulurkan kepala melihat ke bawah, tapi lantai bawah kosong melompong, mana ada orang, detik ini dia mendengar tawaan iseng dari Lola Luo di samping.

"Chloe, jangan membantah lagi, sebenarnya, kamu juga memiliki perasaan terhadap Kak Huo si tampan bukan?" Lola Luo melihat Chloe Jian dengan ekspresi menyindir.

"Sok pintar!" Chloe Jian melototi Lola Luo dengan kesal, berjalan ke sofa dan duduk.

Tapi hati Chloe Jian telah berombak akibat ucapan Lola Luo ini, apakah dirinya benar-benar memiliki perasaan terhadap Colten Huo seperti yang dikatakan Lola Luo? Kalau tidak, kenapa akan merasa tegang setiap kali bertemu dengannya?

Apalagi saat dia mencium dirinya, dirinya hanya merasa marah karena telah diserang, dan malah tidak merasa jijik.

"Chloe, apa yang sedang kamu pikirkan sebenarnya?" Lola Luo juga duduk di sofa, dia memeluk bantal, meletakkan dagu ke lengan, menatap Chloe Jian, "Ataupun, kamu sedang menunggu Ocean kembali mencarimu? Kamu masih memikirkannya!"

"Aku tidak menunggunya!" Saat Chloe Jian mendengar ucapan ini, seketika langsung bangun dan membantahnya.

"Chloe, ada atau tidak, hanya kamu sendirilah yang tahu jelas!" Lola Luo diam-diam menggelengkan kepala, dia sangat mengerti Chloe Jian, semakin besar gejolak perasaan Chloe Jian, itu berarti hal ini semakin bermasalah.

Chloe Jian menundukkan kepala, alisnya berkerut, tidak mengatakan apapun.

"Chloe, sebenarnya, keadaanmu saat ini begitu sulit, Tante sudah akan segera menjalani operasi, selanjutnya masih memerlukan biaya pengobatan pasca operasi yang sangat besar, bagaimana mungkin sanggup dengan hanya mengandalkanmu seorang saja? Daripada mencari seorang pria biasa yang sama sekali tidak akan bersedia membantumu, berjuang bersusah payah hanya demi uang beberapa juta, kenapa kamu tidak bisa mempertimbangkan Colten Huo? Sejumlah uang itu sama sekali tidak berarti baginya, dia menyukai kecantikan paras dan tubuhmu, kamu menginginkan uangnya, saling meraup keuntungan masing-masing, bukankah sangat baik?" Lola Luo menghela napas, berkata secara perlahan-lahan.

"Lola, ada apa denganmu sebenarnya?" Saat Chloe Jian mendengarnya, seketika, langsung mengangkat kepala melihat Lola Luo dengan tatapan sulit untuk percaya, "Kenapa kamu bisa berkata seperti itu? Kalau begitu, apa bedanya aku dengan para perempuan di luar yang menjual badan mereka untuk mendapatkan uang?"

"Kalau tidak?" Lola Luo mengangkat alisnya tinggi-tinggi, sudut bibirnya membentuk senyuman sindiran, "Chloe, jangan katakan padaku, kamu sekarang masih saja percaya terhadap cinta!"

"Tapi——" Chloe Jian mengernyitkan alis, menggigit bibir, berniat membantah Lola Luo.

Lola Luo sepertinya sudah menduga apa yang hendak dikatakannya, langsung menegakkan jari telunjuk dan mengoyang-goyangkannya, "Jangan membahas harga diri dan arogan denganku, Chloe, itu karena kamu masih belum tiba di ambang keputusasaan, kamu pasti akan menyesali keputusanmu hari ini! Dengarkan perkataanku, mumpung Colten saat ini masih memiliki perasaan terhadapmu!"

"Tidak boleh, aku tidak sanggup melakukannya!" Chloe Jian menutup wajahnya dengan tangannya, menggelengkan kepalanya, "Aku akan merasa diriku begitu murahan dengan berbuat seperti itu!"

"Hah, kamu pikirkanlah sendiri baik-baik." Lola Luo juga tahu Chloe Jian telah terlalu dimanjakan, pasti sangat sulit untuk membuatnya mengubah konsep pikiran, dulu, saat masalah Ocean Xu meniduri Rosy Lin telah diketahui oleh Chloe Jian, sang pria terus meminta maaf sekuat tenaga, dan Chloe Jian merasa kesakitan hingga pilu, tapi tetap saja tidak bersedia memaafkannya.

Sebenarnya, Chloe Jian mirip dengan mamanya, sama-sama merupakan orang yang tak sudi merasakan pengkhianatan sedikitpun, dia lebih bersedia mengorbankan diri demi keadilan.

Malam telah larut, Lola Luo telah tidur, sedangkan Chloe Jian terus berguling-guling di kasur tidak bisa tidur.

Perkataan Lola Luo bagaikan terngiang di samping telinganya, Chloe Jian merasa otaknya hampir meledak, kenapa semua orang merasa dirinya harus menerima sang pria?

Dengan menerimanya, lalu dicampakkan setelah dia bosan mempermainkannya, jelas-jelas sudah mengetahui hasilnya dari awal, kenapa harus tidak mempedulikan apapun dan mencobanya?

Tidak, dia tidak ingin membiarkan dirinya berada pada situasi seperti itu, dia akan meremehkan diri sendiri, masalah terkait uang, bisa diatasi oleh dirinya sendiri, hanya perlu melakukan banyak pekerjaan sampingan saja, sama seperti dulu.

Chloe Jian berpikiran seperti ini di bawah bantal, di telapak tangannya yang putih, seakan-akan sedang memegang sebuah hati, dia menyentuh berlian merah muda itu dengan lembut, hatinya malah menghela napas, alangkah bagusnya jika bisa mengubah berlian ini menjadi uang, dengan begitu, segala masalah mendesak bisa diselesaikan.

Tapi, Chloe Jian tahu, dirinya hanya sekedar berpikir sembarangan, karena dia tidak mungkin akan menjual berlian ini.

Di tengah melamunnya, tiba-tiba mendengar deringan ponselnya tanda ada pesan masuk, dia mengambil ponsel dan melihatnya, merupakan pesan di Wechat, yang dikirimkan oleh Colten Huo.

"Sudah tidur?" Dia bertanya.

Meskipun hanya dua kata, tapi malah membuat jantung Chloe Jian berdebar kencang.

Chloe Jian meremas ponsel, matanya menatap layar ponsel, merasa ragu antara ingin membalasnya atau tidak, namun, hingga layar ponsel telah gelap, dia tetap tidak mengetik satu patah kata pun.

Terakhir, dia melemparkan ponsel ke samping, bertelungkup di ranjang dengan perasaan gundah, menggunakan selimut menutupi kepalanya.

Karena tidak mendapatkan balasan, Colten Huo pun tidak kembali mengirimkan pesan terhadap Chloe Jian, Chloe Jian langsung tertidur di tengah kegundahannya, saat terbangun, sudah keesokan harinya.

Chloe Jian melihat cahaya yang menembus tirai jendela, sudah merasa tidak kantuk lagi, mengambil ponsel dan melihat waktu, bersiap-siap bangun dan pergi berjogging, sudah lama dia tidak berolahraga, ototnya mulai terasa kaku.

Jam 06.15, waktu masih begitu pagi, Chloe Jian membuka momen Wechat, langsung terlihat sticker ekspresi kantuk yang diunggah oleh Robin Cheng, di bawahnya terdapat selembar foto, merupakan sekotak obat lambung.

Chloe Jian melihat waktunya, diunggah 3 jam sebelumnya, itu berarti tengah malam sekitar jam 3, dia tidak berpikir panjang, langsung menekan pilihan komentar, menanyakan: "Kenapa makan obat lambung? Lambungmu sakit?"

Robin Cheng membalasnya dengan sangat cepat: "Bukan aku yang makan, melainkan Kakak Keempat!"

Chloe Jian tiba-tiba merasa bersalah, Colten Huo sakit lambung, pasti karena memakan daging tumis cabai dengan kepedasan yang super semalam, Chloe Jian berpikir sejenak, kembali bertanya: "Selain sakit lambung, dia ada merasa tidak nyaman di bagian lain?"

Robin Cheng kembali membalasnya dalam seketika, "Tidak, dia tidak mengatakannya, tapi, biasanya dia memang jarang berbicara, jadi tidak terlihat aneh."

Tanpa perlu menebaknya, Chloe Jian langsung tahu lidah Colten Huo pasti telah membengkak, apalagi dia telah makan begitu banyak sambal, aneh jika tenggorokannya tidak sakit karena mengalami peradangan, jadi dia bukanlah tidak ingin berbicara, melainkan tidak bisa berbicara.

Dia berdiri di samping jendela, menggunakan ponsel mengetuk pipinya, merasa ragu sejenak, lalu membuka pesan obrolan Wechat dengan Colten Huo, "Makanlah pare, bisa meredakan peradangan dengan cepat."

Chloe Jian mengira Colten Huo tidak akan bangun begitu pagi, makanya, dia bersiap-siap untuk keluar setelah dia mengirimkannya, tapi saat belum sempat menyimpan ponsel, langsung menyadari Colten Huo telah membalasnya.

"Pahit! Tidak suka makan."

Chloe Jian melihat beberapa patah kata ini, kenapa kelihatannya seperti sedang bermanja, dia merinding, lalu meraba bulu kuduk yang berdiri di lengannya, kembali membalas, "Kalau begitu, seduhlah teh bunga kamperfuli."

3 detik kemudian, Colten Huo membalas satu kata, "Baik!"

Setelah melihat pesan, Chloe Jian melempar ponsel ke ranjang, mengganti pakaian olahraga, keluar rumah dan pergi berjogging.

Setengah jam kemudian, Chloe Jian selesai jogging, Lola Luo sudah bangun, dan sudah selesai membuatkan sarapan, setelah Chloe Jian selesai mandi, langsung memakai baju kerja, duduk dan makan sarapan, Lola Luo menggerutu terhadapnya, "Tadi, ponselmu telah berdering berulang kali, aku membantumu mengangkatnya, ditelepon oleh seseorang yang bernama Robin Cheng."

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu