Wanita Pengganti Idaman William - Bab 7 Kamu Mau Membahayakan Nyawanya !

Bab 7 Kamu Mau Membahayakan Nyawanya !

Satu sore setelah kejadian itu,Jeanne tidak bertemu dengan William lagi.

Tidak lama setelah selesai makan malam, Jeanne tidur lebih awal. Di tengah malam, tenggorokkannya serasa seperti terbakar, membuatnya merasa sangat kehausan. Ia mengumpulkan tenaga untuk bangkit dan beranjak turun, mau mengambil dan meminum segelas air hangat di dapur. Saat melewati ruang belajar, ia melihat bahwa lampunya masih menyala.


Langkah Jeanne terhenti, ia juga sudah tersadar dari rasa kantuknya. Ia mendorong pintu dengan sedikit tenaga, yang terlihat pertama kali adalah William yang duduk di belakang meja. Di hadapannya ada setumpuk berkas-berkas, di sisinya juga terletak sebuah pen bermerk, sangat jelas bahwa dari tadi ia terus-terusan bekerja di sini, hanya saja ia kecapekan dan tertidur. Ternyata menjadi orang yang berkuasa tidak mudah juga ya! Jeanne berjalan mendekat, sampai ia bisa melihat samping wajah William yang sempurna, hampir nampak sepolos anak kecil, bahkan pada saat tidur saja, ia mengernyitkan alisnya berulang kali, membuat orang tidak tahan. Jeanne mengambil nafas perlahan-lahan, tidak berani berisik dan membangunkan William, dengan mengendap-endap ia mengambil selimut, dan menyelimuti badan William, segera setelahnya iapun mengendap-endap pergi keluar.


Sesaat sebelum Jeanne keluar dari ruangan itu, ia menoleh dan melihat William lagi, lalu mematikan lampu ruang belajar, ia bergumam: “selamat tidur, mimpi yang indah ya!” karena sorot cahaya yang ada di ruangan tiba-tiba menjadi gelap, William mengusap-usap matanya karena tidak terbiasa, kedua bola matanya perlahan terbuka.


Hanya ada kegelapan yang mampu dilihat mata william……pupil matanya menciut, ia merasa di hadapannya ada sebuah jaring besar berwarna hitam, yang akan segera menangkap dan menelannya. Nafasnya terhenti sejenak, bangkit berdiri dengan tiba-tiba, tindakkannya jadi kacau, nafasnya juga berubah jadi sangat cepat, kaki dan tangannya jadi dingin bagai es, punggungnya sudah basah dengan keringat dinginnya. Ia mau bersuara memanggil bantuan, tapi bagaimanapun suaranya tidak bisa keluar, ia kemudian terkapar di lantai, akhirnya ia hanya bisa berusaha sebisa mungkin menggapai meja, bagaikan menggapai satu harapan terakhirnya.


BUK! Suara yang sangat jelas dan nyaring, Jeanne yang baru saja keluar dari ruang belajar langsung saja terkejut. Suara ini datang dari ruang belajar yang ada William, ia buru-buru memutar badannya kembali ke ruang belajar dan menekan tombol lampunya. Dalam sekejap lampu di ruangan tersebut menyala terang, Jeanne langsung mendapati William yang terkapar di lantai. “William, apa yang terjadi padamu?” ia segera lari ke sisinya dan memeluk William.


Pada akhirnya William tidak sempat melakukan gerakan lain, ia malah dipeluk erat-erat oleh Jeanne. Melihat William yang sedikit kejang-kejang, seakan-akan baru saja syok, Jeanne jadi tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya bisa memeluknya, menenangkannya dengan suara yang lembut, “sudah tidak apa-apa, sudah tidak apa-apa sekarang. Ada aku, ada aku, William!”


“aku pasti akan selalu menemanimu……tidak perlu takut, tak apa-apa……”Jeanne tidak paham, pada saat ini, apa yang menyebabkan kondisi William yang seperti ini. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan William, dengan tangannya di dada William, membantu melancarkan nafasnya. Tapi nafas William yang berada dalam pelukannya semakin lama semakin tidak lancar, wajahnya berubah jadi pucat pasi, seperti wajah orang yang tenggelam...Jeanne jadi sangat ketakutan, ia memutar otak soal pengetahuannya tentang penyelamatan pertama. “benar, benar, nafas buatan.”


Pikiran Jeanne menemukan titik terang, ia juga tidak terlalu mempedulikan banyak hal pada saat itu, buru-buru ia menunduk dan mencium bibir William, senafas demi senafas membantu memberi nafas buatan untuk William. Sedetik demi sedetik, Jeanne dapat merasakan dengan jelas kondisi William yang nampaknya sudah jauh lebih tenang, bahkan nafasnya sudah normal kembalin hatinya juga jadi jauh lebih tenang, lalu ia mendekat ke William lagi, “William, bagaimana perasaanmu?” mendengar suara Jeanne, William membuka matanya, menengok dan melihatnya sekilas, segera setelah itu ia kembali pingsan.“William?William?”Jeanne meneriakkan namanya beberapa kali, melihat ia tidak ada reaksi sama sekali, hatinya semakin tidak tenang, ia buru-buru lari keluar, “pengurus rumah! Pengurus rumah!” suaranya terdengar dengan jelas di koridor, lampu di koridor langsung menyala terang, pengurus rumah yang tinggal di lantai satu itu dengan cepat keluar dari kamarnya. Tidak jauh dari sana juga ada beberapa pembantu yang berjaga malam, semua berjalan kesini. “nona muda?” pengurus rumah melihat Jeanne lalu bertanya “apa yang terjadi?” di tengah malam begini, semua orang sedang tidur lelap. Ditambah lagi dengan segala perbuatan dan sikap Jessy, di rumah ini tidak banyak yang suka dengannya, pengurus rumah juga hanya sedang melakukan tugasnya saja. Jeanne tidak mempedulikan hal-hal semacam itu, lalu memberitahu “William terkapar di ruang belajar!”


”apa?” mendengar hal itu, pengurus rumah sangat terjejut, lalu bertanya“apa penyebabnya?”

”aku juga tidak tahu.” jawab Jeanne.

Pengurus rumah sudah langsung berlari secepat mungkin sampai ke ruang belajar dan mengecek kondisi William. Tidak lama kemudian, pengurus rumah keluar lagi dari ruangan, seperti bukan orang yang sama, wajahnya berubah jadi tegas dan memberi perintah pada pembantu “telepon dokter Mattheo dan minta dia kesini“ kemudian sekitar 15 menit kemudian, Jeanne melihat seorang dokter yang masuk dengan mengenakan jubah dokter berwarna putih. Di belakang dokter itu ikut beberapa asisten yang membawa kotak perlengkapan.


“dokter Mattheo!” pengurus rumah segera menyambut, kurang lebih menjelaskan kondisi William. Jelas sekali bahwa dokter Mattheo sudah berpengalaman, ia segera masuk ke ruang belajar, dan menyuruh semua orang menunggu di luar. Setelah 10 menit kemudian, dokter Mattheo akhirnya keluar lagi, berkata: “sudah tidak masalah sekarang, untung saja ia ditemukan sesegera mungkin, aku sudah memberinya satu suntikan. Tapi, ia sudah lama sekali tidak kambuh, apa kalian sudah menjalankan pesanku dengan benar?”


Pengurus rumah saat itu tidak bisa menjawab, lalu melihat ke arah Jeanne, berkata: “ini... aku juga tidak terlalu jelas masalahnya, nona muda yang pertama kali menyadari kondisi tersebut.” Jeanne yang daritadi sudah ketakutan, buru-buru menjawab: “a....aku juga tidak tahu situasinya, aku hanya melihat William yang sedang tidur, lalu aku ingin menyelimutinya, saat mau keluar, aku sekalian mematikan lampunya, tanpa kusangka....” tapi sebelum Jeanne selesai bicara, ia melihat raut wajah pengurus rumah dan dokter Mattheo yang berubah. Sebelum kedua orang itu sempat membuka mulut dan menjawab, terdengar suara yang sangat panik datang dari pintu masuk. “apa, apa yang terjadi pada William?” saat semua orang 


mendengar itu, mereka melihat seorang pasangan suami istri paruh baya yang berjalan masuk. Meskipun yang laki-laki sudah berumur 40 tahunan, tapi karena ia menjaga kesehatannya dengan baik, ia terlihat seperti umur 30 tahunan, kewibawaannya masih tetap ada seperti sebelumnya.


Sedangkan istrinya, mengenakan rok tradisional, seluruh badannya beraura kemewahan dan walau sudah berumur ia masih terlihat menawan. Hanya saja pada saat itu, wajah mereka dipenuhi dengan kekhawatiran.


Kedua orang yang datang itu ternyata adalah orang tua William. Jeanne sama sekali tidak menyangka kalau pingsannya William, dapat menyebabkan masalah sebesar ini, saat itu juga 

ia merasa tidak tenang.

Pengurus rumah langsung menyambut sambil berkata: “nyonya, tuan muda sudah diberi suntikan, sekarang kondisinya sudah jauh lebih baik.” nyonya Thea baru menghela nafas dan merasa lebih tenang, kemudian bertanya, “William kan baru saja kembali? Kenapa saat kondisinya baik-baik saja penyakitnya bisa kambuh lagi?” pengurus rumah melihat Jeanne sekilas, ia nampak agak ragu-ragu. Hati Jeanne langsung merasa tidak enak. Pengurus rumah mendekati telinga nyonya Thea, dengan suara kecil berbicara beberapa kalimat, selesai bicara, nyonya Thea langsung berwajah dingin, tanpa banyak bicara ia menampar pipi Jeanne, sambil marah berkata:“aku sudah bilang kalau wanita sepertimu menikahi William, bukan hal yang bagus. Baru saja William pulang, kamu sudah membuatnya celaka seperti ini, kamu mau membahayakan nyawanya ya?”

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu