Wanita Pengganti Idaman William - Bab 458 Membantumu Mengajarinya

Wajah Jeanne terlihat muram, menurutnya pria yang bernama Musro Hasto inilah yang bersikap kasar terlebih dahulu, jika dia meminta maaf, bukankah itu artinya William terlihat lemah?

"Karena aku sudah datang kemari, jika tidak ada hal yang lainnya lagi, maka aku pergi dulu!"

Dia melirik wajah muram Musro dan Julian, untuk menghindari masalah, dia langsung undur diri dan ingin pergi dari sana.

Setelah berkata seperti itu dan ingin pergi dari sana, Julian memarahinya.

"Berhenti, siapa yang mengijinkanmu untuk pergi, sebelum perjamuannya berakhir, jika tidak ada persetujuan dariku, kamu tidak boleh pergi dari sini!"

Jeanne sangat marah, dia memelototi Julian.

"Apa hakmu melarangku?"

Julian menyeringai, dia maju selangkah dan berbisik di dekat telinga Jeanne dengan menggunakan suara yang hanya dapat didengar oleh mereka berdua : "Ingat ibumu."

Selesai bicara, dia mundur kembali dan berpura-pura membantu Jeanne merapikan gaunnya : "Kamu ini yah, benar-benar emosian, papa hanya memarahimu begitu saja tidak nurut."

Melihat sikap pura-puranya itu, Jeanne merasa sangat jijik sampai-sampai ingin menepis tangannya.

Dia mendengus pelan lalu menarik kembali gaunnya, kemudian berbalik dan pergi meninggalkan Julian dan juga Musro kearah aula perjamuan.

Julian menatap punggungnya yang menjauh, matanya terlihat muram.

Musro melihat kearah kedua ayah dan anak itu, dia berkata sambil tersenyum : "Direktur Julian, kelihatannya sifat semua putrimu sangat liar, terlebih yang ini, kelihatannya anda harus mengajarinya dengan baik."

Musro terpaksa berkata kalau reaksi Jeanne ini membuat dirinya teringat dengan wanita yang tidak bisa dilupakannya itu, matanya samar-samar memancarkan cahaya.

Saat Julian mendengarnya, dia menoleh dan menatap Musro balik, dia tidak melewatkan cahaya yang terlihat di matanya.

"Dia hanyalah seorang gadis naif, bagaimana mungkin bisa dia adalah putri dari seorang Gunarta, jika kamu tertarik, kamu bisa membawa dan mengajarinya."

Begitu kata-kata itu diucapkan, dia melihat mata Musro langsung bersinar cerah dan penuh minat.

"Kalau begitu, aku akan membantumu untuk mengajarinya."

Julian tidak mengatakan apapun, dia berbalik dan pergi dari sana.

Tetapi dia tidak tahu ketika Musro sedang mengatakan hal itu, orang yang terpikir di benaknya adalah Jessy, wanita yang dia cintai sesungguhnya.

Bisa dibilang, jika bukan karena Jessy sudah bersama dengan tuannya, membuatnya hanya bisa melihat, tetapi tidak bisa menyentuhnya, dia pasti sudah dari dulu meniduri wanita jalang itu.

Sekarang dia akhirnya bisa menemukan seorang wanita yang wajahnya mirip dengan wanita jalang itu, niat jahat di hatinya tidak bisa dikendalikan lagi.

Kebetulan dia juga bisa memberikan pelajaran bagi William, berani-beraninya dia mempermalukannya berulang kali.

Sambil berpikir, dia menatap Jeanne dengan pandangan menilai.

Di dalam aula perjamuan, punggung Jeanne terasa dingin, dia mengira kalau disini dingin, jadi dia berencana duduk di ruangan istirahat sambil menunggu acaranya selesai.

.........

Di saat yang bersamaan, rumah keluarga Sunarya.

Setelah William selesai bekerja, dia melangkah ke kamar tidur.

Dia mengira Jeanne mungkin sudah tidur, tetapi dia tidak menyangka saat dia masuk ke dalam kamar, dia tidak menemukan siapapun diatas ranjang.

"Jessy?"

Dia memanggilnya dengan pelan, meskipun demikian, tidak ada orang yang menjawabnya.

Dia mengerutkan keningnya dan berjalan keluar kamar.

"Nyonya muda dimana?"

Dia menyuruh kepala pelayan untuk mencari Moli dan bertanya kepadanya.

Pertanyaannya membuat Moli menjadi sedikit bingung.

"Bukankah nyonya muda ada di dalam kamar?"

Dia ingat kalau tadi dia melihat Jeanne kembali ke kamar.

Awalnya dia mengira kalau wanita itu tidak akan keluar lagi, jadi dia tidak menjaganya di ruang tamu dan langsung kembali ke kamar untuk istirahat.

"Dia tidak ada di dalam kamar."

William meliriknya dengan dingin, membuat Moli sedikit gemetar, hatinya menjadi semakin tidak tenang karena perkataannya.

"Tidak mungkin, jelas-jelas aku melihat nyonya muda sudah kembali ke kamar, setelah itu baru aku pergi dari sana."

Dia menjawabnya dengan tegang, William sama sekali tidak mempedulikannya, dia mengarahkan tatapannya kepada kepala pelayan.

"Nyonya muda sebenarnya pergi ke mana?"

Saat kepala pelayan mendengar hal itu, dia segera teringat akan situasi di malam ini.

"Tuan muda, saya sudah ingat, kira-kira jam 8 malam, nyonya muda keluar dengan mengenakan gaun pesta malam."

William mengerutkan keningnya.

"Gaun pesta malam? Apakah kamu tidak menahannya dan bertanya dia mau pergi kemana?"

Kepala pelayan mengusap keringat dingin di dahinya dan menjawab : "Saya sudah bertanya, nyonya muda berkata kalau nyonya muda mau pergi ke Royal Flower, hanya pergi sebentar saja, jadi nyonya muda meminta saya untuk tidak mengganggu anda."

Begitu William mendengar kata Royal Flower, matanya memancarkan cahaya suram.

Menurut sepengetahuannya, hanya perusahaan Yansen sajalah yang mengadakan perjamuan di Royal Flower pada malam ini, kelihatannya dia menghadiri perjamuan ini.

Saat memikirkannya, dia tiba-tiba teringat soal Jeanne yang sebelumnya muncul di depan pintu ruang baca.

Sepertinya saat itu dia ingin memintanya pergi bersama, namun karena melihatnya sedang sibuk, dia tidak jadi mengatakannya.

Untuk sesaat, dia merasa kesal dan tidak berdaya.

Wanita ini, apakah dia tidak tahu kalau dirinya akan merasa khawatir jika dia pergi keluar sendirian?

"Baiklah, kalian semua pergi saja."

Setelah itu, dia melihat arlojinya.

Sudah jam setengah 11, seharusnya perjamuannya sudah hampir selesai.

Dia langsung berjalan keluar tanpa berpikir sama sekali.

Saat Moli melihat punggungnya yang menjauh, dia langsung tahu kalau tuan mau pergi menjemput wanita itu, jadi dia meminta untuk ikut dengannya.

"Tidak perlu."

William langsung menolaknya, setelah pembantunya mengambilkan mobilnya, dia langsung naik dan pergi dari sana.

Moli menatap bayangan mobilnya yang menghilang dari pandangannya, rasa iri di matanya tidak bisa ditutupi sama sekali.

Apa yang sebenarnya wanita itu miliki sehingga membuat tuan melanggar prinsipnya berkali-kali demi wanita itu!

Jeanne tidak tahu kalau William sudah datang untuk menjemputnya, dia juga tidak tahu kalau apa yang William lakukan membuatnya semakin dibenci oleh Moli.

Saat melihat orang-orang berbondong-bondong meninggalkan tempat perjamuan, dia segera meletakkan gelas anggurnya dan pergi mencari Julian.

"Karena sudah bubar, sekarang aku sudah boleh pergi bukan?"

Julian meliriknya dengan dingin, ekor matanya menyapu kearah Musro yang mempunyai niat jahat yang sedang berdiri tidak jauh dari sana, lalu mengangguk : "Pergilah!"

Persetujuannya yang begitu cepat itu membuat Jeanne tertegun.

Dia mengira kalau dirinya ingin pergi, dia harus berdebat dulu dengannya, dia tidak menyangka kalau akan begitu lancar.

Meskipun dia merasa ada yang tidak beres, tetapi dia benar-benar tidak ingin tinggal disini lebih lama lagi.

Selain itu dia juga khawatir kalau William yang berada di rumah akan merasa khawatir jika dia sudah selesai bekerja dan tidak melihatnya di rumah.

Saat memikirkan hal itu, dia segera pergi dari sana.

Begitu dia keluar dari aula perjamuan, di luar hotel ada supir yang menunggunya, nanti begitu dia masuk mobil, dia sudah bisa pergi dari sini.

Dari sini ke luar hotel hanya berjarak belasan meter, seharusnya tidak akan terjadi masalah apapun.

Sayangnya pemikiran biasanya selalu indah, namun kenyataannya malah tidak seindah itu.

Saat melihat Jeanne sudah hampir mencapai pintu depan, sepasang tangan yang kuat langsung menghalangi jalannya.

"Nyonya muda Sunarya, kenapa sebelum pergi tidak menyapa seseorang terlebih dulu, cara bertamu yang seperti ini bisa membuat tuan rumah merasa tidak senang."

Jeanne melihat ke arah asal suara, lalu dia melihat Musro berdiri di antara kedua pengawalnya.

Dia melangkah ke depan Jeanne dan mengisyaratkan pengawalnya untuk mundur.

Jeanne menatapnya, matanya penuh dengan kewaspadaan, dia tanpa sadar memperlebar jarak di antara mereka berdua.

"Apa yang kamu inginkan?"

Saat Musro melihat wajahnya yang penuh dengan kewaspadaan, senyuman di wajahnya terlihat semakin lebar.

"Tidak ingin berbuat apa-apa, hanya merasa begitu bertemu dengan nyonya muda Sunarya, aku merasa seperti sudah mengenal anda, mohon agar nyonya muda Sunarya ikut ke kamar denganku untuk berbincang-bincang sebentar."

Begitu Jeanne mendengar hal itu, dia langsung mengerutkan keningnya dengan sangat dalam.

"Aku tidak ada waktu, suamiku masih sedang menungguku di rumah!"

Dia langsung menolaknya, setelah itu dia ingin memutari Musro dan pergi dari sana, namun dia sekali lagi dihalangi oleh pengawal Musro.

"Minggir!"

Rasa tidak aman yang dirasakan Jeanne semakin membesar, dia berteriak kepada pengawal itu.

Pengawal Musro tetap tidak mengacuhkannya, sebaliknya Musro tertawa pelan dan berjalan ke samping Jeanne dan mengejeknya : "Nyonya muda Sunarya, aku dari dulu selalu menghargai wanita cantik, sebaiknya kamu menuruti ucapanku, agar kamu tidak harus menderita kesakitan."

Bagaimana mungkin Jeanne bisa tidak mendengar ancaman dari ucapannya, matanya penuh dengan amarah.

"Kamu berani!"

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu