Wanita Pengganti Idaman William - Bab 198 Dia Bukan Milikmu

Dua hari berikutnya, sangat tenang.

Jeanne tidak ingin membuat pesta ulang tahun, jadi tidak memperhatikan masalah ini. Ditambah lagi banyak pekerjaan di perusahaan, jadi dengan cepat terlupakan.

Pada hari ini, tepat ketika dia sedang bersiap-siap pulang kerja, dia mendapatkan telepon dari Julian, membiarkannya pergi bertemu dengan dia.

Dari hati terdalam Jeanne tidak ingin bertemu dengannya, tetapi karena surat perjanjian awal, dia hanya bisa pergi.

“Ada apa?”

Dia pergi ke kafe yang tadi sudah disepakati, duduk dan tanpa menyapa dia langsung membicarakan inti.

Julian melihat sikapnya, langsung mengerutkan keningnya.

“Sikap apa kamu ini, apakah kamu tidak tahu adat menyapa orang?”

Dia bersikap sebagai orang tua ingin menegurnya, tetapi Jeanne dengan tidak sabar menghentikannya.

“Kalau kamu memanggilku datang untuk menegurku, maaf aku tidak memiliki banyak waktu.”

Selesai berkata, dia berdiri ingin pergi.

Julian sangat marah: “Berhenti!”

Jeanne berhenti, mengangkat alis menatap padanya: “Tuan Julian sudah ingin mengatakannya?”

Julian sangat marah, tetapi memikirkan hal selanjutnya, hanya bisa menahan diri.

“Duduk!”

Dia menatap Jeanne dengan marah dan memerintahnya.

Jeanne tidak membantah, duduk mengikuti perkataannya.

Kalau benar-benar menjadi tidak senang, yang rugi adalah dia.

“Katakanlah, ada apa kamu mencariku?”

Sekali lagi dia bertanya dengan nada dingin.

Julian menatapnya dengan tatapan dingin, dan mengatakan tujuan dia datang hari ini.

“Beberapa hari lagi adalah ulang tahun Jessy, setiap tahun, aku akan mengadakan pesta ulang tahun yang sangat meriah untuknya. Setelah dia menikahi keluarga William tahun lalu, bahkan lebih meriah!”

Ketika dia mengatakan ini, dia berhenti sejenak: “Jadi tahun ini pasti tidak boleh berkurang. Terutama William sudah kembali, harus mengadakannya lebih meriah. Pada saat itu, aku akan mengundang para selebritas ibukota. Dengan nama keluarga William, mereka pasti akan hadir.”

Jeanne mendengar dia membicarakan tentang hal ulang tahun, hatinya terasa tidak nyaman.

Sama-sama sebagai putrinya, tetapi yang satu adalah langit dan satu lagi adalah tanah, diperlakukan berbeda olehnya. Dan dia sendiri sama sekali tidak menyadarinya.

Dia memberitahu dirinya sendiri, jangan terlalu peduli, bagaimanapun hal ini dia sudah melihat dengan sangat jelas dari kemarin.

Tetapi dia masih juga tidak tertahankan perasaan ironis dari dalam hati.

Dia memandang Julian dengan acuh tak acuh, dengan nada rendah: “Kamu mengatakan begitu banyak padaku juga tidak berguna. Sekarang aku sudah menikah ke dalam keluarga William. Ini masalah yang harus dikhawatirkan keluarga William. Bagaimana cara mengadakannya, itu semua tergantung pada Nyonya Thea.”

Julian mendengarkan ini, terasa sedikit tidak dapat berkata.

Lalu dia memikirkannya memang seharusnya begitu. Bagaimanapun sekarang Jeanne adalah menantu keluarga William, Keluarga William tentu tidak mungkin tidak campur tangan dalam hal ini.

Jeanne melihat dia menyetujui perkataannya, dia merasa lega karena telah menghentikan pikiran untuk campur tangan terhadap pesta ulang tahun.

Kalau tidak menuruti permintaannya, tunggu Jeanne pulang pasti ditegur oleh nyonya Thea.

Dia berpikir, dan terpikir satu hal lain, dia menjilat bibirnya berkata: “Dan, dihari ulang tahun, aku ingin menjenguk ibu di rumah sakit.”

Julian mendengar ini, alisnya berkerut, tanpa berpikir dia langsung menolak.

“Tidak boleh, kamu jangan lupa statusmu sekarang, dan masalah sebelumnya yang hampir terbongkar!”

Jeanne menggigit bibirnya, ingin berusaha, tetapi perkataan belum sempat dikatakan, langsung dihentikan Julian.

“Lagipula hari itu adalah hari penting bagi Jessy, kamu sekarang berperan sebagai dia, tidak boleh terjadi kesalahan apapun!”

Ketika dia selesai berkata, dia melanjutkan dengan nada seadanya: “Katakanlah, kalau bukan karena status Jessy, bagaimana kamu bisa memiliki pesta ulang tahun yang begitu meriah, aku pikir kamu hanya akan sekali ini saja, nikmatilah, jangan memikirkan hal-hal yang bisa bikin masalah untukku.”

Jeanne mendengar perkataan yang penuh penghinaan, dia sangat marah hingga seluruh tubuhnya bergetar.

Dia mengambil tas, dan langsung berdiri dari sofa, tersenyum dingin pada Julian, “Aku minta maaf, semua ini yang kamu katakan, aku sama sekali tidak menginginkannya!”

Selesai berkata, dia tidak peduli pada wajah Julian yang suram, langsung pergi.

Dia marah di sepanjang jalan pulang ke keluarga William, suasana hatinya tetap sangat buruk.

Terutama memikirkan kata-kata Julian yang menghina, dia sangat marah sehingga tidak berselera makan, langsung pergi ke gazebo di taman bunga belakang.

Dia berpikir, apakah dari awalnya dia sudah bersalah.

Tidak seharusnya datang bertemu pria ini.

Tetapi kalau tidak mencarinya, dia sama sekali tidak memiliki cara lain untuk menyelamatkan ibunya.

Lagipula, ketika dia berjanji pada pria ini untuk menggantikan Jessy, dia sudah tahu bahwa ini adalah kerja sama yang tidak adil.

Jadi sekarang dia mendapatkan penghinaan, itu semua di dalam dugaannya, jadi dia tidak perlu bersedih, bukankah?

Tidak tahu apakah karena kata-kata bujukan ini, kemarahan di dalam hati Jeanne perlahan-lahan berkurang.

Sangat berharap waktu bisa berlalu dengan cepat, dapat membiarkan dia cepat menyelesaikan kerja sama yang memalukan ini.

Dia mengangkat kepalanya menghela nafas melihat pemandangan malam ini.

Pada malam itu, langit dipenuhi bintang, terlihat sangat indah.

Dia menatap ke kejauhan, angin sepoi-sepoi menghembus pergi hal-hal kesal di dalam hatinya.

Tepat ketika dia akan berjalan kembali, dia melihat sesosok tubuh ramping datang ke arahnya.

Hanya terlihat pria itu perlahan-lahan mendekati, memperlihatkan wajahnya yang sempurna.

Lampu jalan di belakangnya menyinari tubuhnya, seolah-olah dia telah melintasi lapisan cahaya keemasan, yang membuat orang tidak dapat mengalihkan tatapannya.

Jeanne menatapnya, hingga pria itu datang di hadapannya.

“Aku mendengar dari pengurus rumah tangga berkata, kamu tidak makan malam lagi, apa yang terjadi?”

Jenne kembali sadar, dalam matanya terlihat sebal.

Padahal melihatnya setiap hari, tetapi bagaimana dia selalu menjadi bingung ketika melihatnya.

Dia berpura-pura tenang berkata: “Tidak ada apa-apa, hanya karena tidak memiliki inspirasi melakukan desain, jadi suasana hati agak buruk.”

William tidak mencurigai, dia mengetahui bahwa seorang desainer jika tidak memiliki inspirasi adalah hal yang sangat menyebalkan.

“Kamu jangan terlalu cemas, pelan-pelan melakukannya, kondisi perusahaan sekarang sudah stabil, jangan terlalu memaksakan dirimu.”

Dia menenangkan, Jeanne tahu bahwa dia peduli pada dirinya, dalam hatinya terasa hangat.

“Aku tahu.”

Dia tersenyum menjawab.

Tepat ketika dia berencana untuk kembali dengan William, dia mendengar William tiba-tiba membicarakan tentang pesta ulang tahunnya.

“Oh ya, ulang tahunmu, aku sudah memerintah pengurus rumah untuk melaksanakannya, apa saja permintaanmu?”

Jeanne tertegun, melihat keseriusan di dalam matanya, dia menggelengkan kepala dengan perasaan di hatinya tak terungkapkan.

“Tidak ada permintaan apapun, biarkan pengurus rumah yang mengaturnya.”

William mendengar ini, alisnya berkerut, sepertinya tidak terlalu puas dengan jawabannya.

Dia selalu merasa bahwa sikap Jeanne terhadap pesta ulang tahun tidak seperti yang tertulis di dalam data.

Tetapi Jeanne tidak terlalu memperhatikan, saat ini dia sedang berada di dalam pikirannya sendiri dan tidak bisa melepaskan diri.

Padahal William mengadakan pesta ulang tahun untuknya, dia seharusnya bahagia, tetapi dia tidak bisa tertawa.

Karena dia tahu bahwa William melakukan ini, karena dia adalah Jessy, bukan karena dia adalah Jeanne.

Dia terpikir ini, hatinya terasa kecewa.

Tunggu, Jeanne apa yang membuatmu kecewa? Untuk apa terasa menyedihkan?

Dia merasa bahwa dirinya benar-benar sakit parah dan terlalu konsen dalam berperan, dia tahu bahwa ini bukan miliknya, tetapi dia memikirkannya.

Jeanne, jangan pikirkan lagi, semuanya ini bukan milikmu!

Tidak peduli William ataupun pesta ulang tahun, semuanya tidak seharusnya dia pikirkan.

Dan dalam beberapa tahun terakhir, dia dan ibunya juga melewatinya seperti itu. Mengapa sekarang menjadi begitu rakus?

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu