Wanita Pengganti Idaman William - Bab 213 Semua Ada Dalam Perhitungannya

Bab 213 Semua Ada Dalam Perhitungannya

William setelah mendengar laporan dari Nanda, dan wajahnya langsung menjadi suram seketika.

Jadi bukan karena Jessy yang tidak bisa punya anak, tetapi dia diam-diam diberi obat anti hamil.

Adapun orang yang menaruh obat itu, dia tidak perlu menebak siapa itu.

Dia tidak berpikir keras, pasti ibunya.

Dia memikirkannya, dan warna mukanya berubah menjadi berat.

Terutama ketika ibunya berulang kali menganggap Jessy yang tidak bisa hamil, dia takut semua ini ada dalam perhitungan dan rencananya.

Jeanne tidak tahu kalau William sudah tahu tentang masalah dalam sup yang biasa dia minum.

Mungkin karena dia terlalu banyak tidur hari ini. Dia membolak-balik badannya di tempat tidur dan tidak bisa tidur. Dia tiba-tiba ingin makan buah.

Dia pergi ke dapur dan memotong sepiring buah. Dia memakannya sendiri.

Kemudian dia memikirkan William yang merawat dirinya selama seharian ini. Sekarang dia bekerja lembur di ruang kerja, dan dia ingin membawakannya buah.

Ketika dia datang ke ruang kerja, dia mengetuk pintu dan masuk.

"Apakah kamu masih sibuk?"

Dia bertanya dengan begitu natural sampai-sampai dia sendiri saja tidak menyadarinya.

William menatapnya, bibir tipisnya rapat, tetapi dia menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Masih."

Suara itu terdengar dingin, membuat Jeanne merasa ada yang tidak beres.

"Kamu kenapa? Mukamu tidak terlihat sangat baik. Apa yang terjadi?"

Dia bertanya dengan penuh perhatian.

William menatap matanya Jeanne yang terlihat khawatir, dan sentuhan kerumitan melewati matanya.

"Tidak apa-apa. Hanya masalah perusahaan."

Jeanne mendengar jawaban asal-asalan ini, mengetahui bahwa dia tidak ingin mengatakannya, dan tidak lagi bertanya terlalu banyak, meletakkan nampan buah di tangannya di atas meja.

"Kalau begitu aku tidak akan mengganggu kamu. Kamu ingat untuk makan buah-buahan ini. Jangan terlalu sibuk sampai larut malam, istirahatlah lebih awal."

William mengangguk.

Jeanne melihat situasi ini dan berbalik untuk pergi.

.................

Keesokan harinya, Jeanne merasa jauh lebih baik. Dia bangun bersama dengan William dan berencana pergi ke perusahaan.

William menatap wajahnya jauh lebih baik dari kemarin, dan tidak mencoba menghalanginya.

Lagi pula, Jeanne sekarang adalah direktur pelaksana perusahaan dan juga kepala desainer. Dia perlu banyak bertanya tentang urusan manajemen.

"Jika kamu merasa tidak nyaman, ingat untuk menelepon aku, jangan dipaksakan."

William mengantarnya sampai ke kantor cabang dan tidak lupa berpesan padanya sewaktu melihat Jeanne turun dari mobil.

Jeanne merasakan kekhawatirannya, hatinya seperti minum madu, sedikit terasa manis.

"Aku tahu."

Dia mengangguk sebagai jawaban, dan William tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia memutar balik mobilnya dan pergi ke kantor pusat.

Jeanne menyaksikan mobilnya menghilang di jalan dan berbalik badan menuju ke perusahaan.

Setelah dua hari absen dari perusahaan, pekerjaan yang terakumulasi, sibuk seperti gasing yang berputar terus sepanjang pagi, tanpa waktu istirahat.

Untungnya, pada siang hari, sebagian besar sudah selesai ditangani, sehingga dia bisa mengatur napas.

Setelah santai, Jeanne merasa ada sesuatu yang salah.

Dia memandang Sesil di sebelahnya dan bertanya, "Sesil, tidakkah kamu pikir ada yang kurang hari ini?"

Sesil yang ditanya olehnya malah merasa bingung.

"Guru, menurutmu apa yang kurang?"

Melihatnya, Jeanne ragu-ragu, "Tidakkah menurutmu terlalu sepi pagi ini?"

Sesil mengedipkan matanya dan mengingat kembali pemandangan di pagi hari. Dia tertawa dan berkata, "Guru, apakah kamu kecanduan dengan Nona Sumi? Karena kamu sudah terbiasa dengan dia yang suka cari masalah, anda sekarang malah merasa tidak terbiasa.

Jeanne mendengar leluconnya, yang mencerminkan bahwa apa yang dia pikir kurang adalah Sumi yang suka mencari kesalahannya.

Saat dia ingin bertanya pada Sumi tentang pekerjaan kantor dua hari ini dimana dia absen, tapi dia sudah mendengar Sesil yang mengambil inisiatif untuk menyebutkannya.

"Sebenarnya, sejak insiden terakhir, Nona Sumi tampaknya telah menyingkirkan sifat judesnya dan jarang mendatangi kita untuk mencari masalah lagi."

Jeanne mengerutkan kening dan terkejut.

Meskipun dia tidak percaya Sumi bisa mengubah emosinya sekaligus, tapi kalau dia lebih tenang ada baiknya juga.

Kalau tidak, dia selalu membuat masalah. Tidak ada kedamaian di seluruh perusahaan.

Setelah itu, Jeanne mengesampingkan masalah ini di belakang kepalanya dan kembali fokus bekerja lagi.

Seperti yang dia pernah dikatakan sebelumnya, desain merek baru telah selesai. Sekarang fokusnya adalah pada lokasi toko.

Jeanne melihat beberapa alamat bagus dan mengajak Sumi untuk memeriksanya sore ini.

"Desainer Sumi, aku pikir alamat ini adalah yang terbaik yang kita bisa pilih. Bagian Utara dan Selatan lalu lintas orang padat, dan cahaya berlimpah, kelihatan dari mana saja, kamu bisa langsung melihatnya."

Setelah mengunjungi beberapa lokasi, Jeanne akhirnya mendapatkan yang favorit dan berkonsultasi dengan Sumi, "Bagaimana menurutmu?"

Karena di masa lalu, Sumi masih sedikit canggung dengan Jeanne, tetapi saat ini, kalau terkait dengan pekerjaan, dia tidak mau mencampur adukkan dengan masalah dan keluhan pribadi, Sumi dengan hati-hati melihat ke dalam toko.

Dapat dikatakan bahwa orang yang kritis seperti Sumi juga tidak dapat menemukan masalah dan kekurangan dengan toko ini.

Seperti kata wanita ini, toko ini memiliki pangsa yang baik di waktu dan tempat. Jika toko fisik terletak di sini, itu akan menjadi titik terang dan menonjol.

"Aku tidak keberatan."

Dia melihat sekeliling dan setuju.

Jawaban singkat ini membuat Jeanne terpana.

Tanpa memikirkan lebih banyak tentang apa yang dikatakan Sesil padanya di siang hari tadi, dia dengan cepat fokus, menghubungi manajer mall, dan menyelesaikan kontrak sewa dengan cepat.

Ketika semua ini selesai, dia berencana untuk membawa kembali kontrak untuk permintaan persetujuan oleh departemen terkait di perusahaan.

Sepanjang jalan, dia melihat-lihat kontrak itu beberapa kali, meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak ada masalah atau celah.

Sumi melihat semua tindakannya.

Meskipun dia tidak menghargai sikap wanita ini, tapi kenyataannya, dia mau tidak mau harus memuji sikap kerjanya yang sangat baik, bahkan lebih fokus dan tenang daripada dia.

Jeanne tidak tahu bahwa imagenya di mata Sumi sudah berubah menjadi lebih baik. Dia kembali ke perusahaan dan menyerahkan semua dokumen yang harus dia serahkan. Dia kembali ke kantornya dan terus mengerjakan tugas lainnya.

Di malam hari, dia habis kerja dan pulang ke rumah, dan William juga sudah berada dirumah.

Setelah mereka habis mandi lalu duduk di ruang makan dan makan bersama.

"Merry, di mana sup hari ini?"

Jeanne melihat ke sampingnya tanpa secangkir sup, dan mau tak mau bertanya.

Tepat sebelum Merry menjawab, William memotongnya dengan berkata, "Aku yang suruh mereka menyingkirkannya. Kamu barusan sembuh dari sakit. Nanda juga mengatakan tidak terlalu baik untuk minum sup yang panas."

Jeanne tertegun. Pada awalnya, dia berpikir bahwa William telah mengetahui resep dalam sup, tetapi ketika dia mendengar apa yang dikatakannya di kalimat terakhir, dia membuang jauh-jauh pikiran itu .

...............

Pada saat yang sama, di keluarga Sunarya.

Alexa sudah dua hari tinggal di rumah baru yang kosong, dan merasa sangat tidak bahagia.

Terutama ketika dia berpikir bahwa William sedang keluar jalan-jalan dengan bahagia bersama dengan Jessy perempuan jalang itu, dia sudah hampir gila.

Khawatir dalam hati Jessy perempuan jalang itu pasti merasa sangat bangga.

Semakin dia memikirkannya, semakin tidak rela, tetapi dia tidak punya pilihan dan tidak bisa berbuat apa-apa dengan William.

Ketika dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, pelayan kecil yang setia padanya datang.

"Nona Alexa, meskipun tuan muda tidak kembali, kita bisa menipu tuan muda kembali dengan trik menyiksa atau melukai diri sendiri."

Alexa mendengar idenya dan matanya bersinar licik dan memikirkan ide itu.

Pukul sepuluh malam, pelayan tiba-tiba lari tergesa-gesa ke rumah utama.

"Nyonya Besar, ada masalah. Nona Alexa terjatuh dan terus berteriak kesakitan dan memegang perutnya."

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu