Wanita Pengganti Idaman William - Bab 479 Apa Dia Mengganggumu

Perusahaan Sunarya, setelah sibuk semalaman, William dengan lelah mengelus-elus dahi di tengah alisnya.

2 hari ini makan dan tidur hampir semuanya di kantor.

Tidak tahu juga di Negara G sana bagaimana situasinya, berita William kembali ke dalam negeri diketahui orang sana, tiba-tiba berusaha pulih kembali dan meluncurkan serangan proyek.

Terpaksa, William hanya bisa memonitor secara jauh, mengarahkan tim proyek disana untuk merespon.

“Nyonya Muda situasinya bagaimana?”

William terpikir Jeanne yang ada di rumah sakit, perhatian bertanya.

“Ukh……Nyonya Muda kemarin sudah langsung keluar dari rumah sakit.”

Hans terdiam sejenak, menjelaskan situasi Jeanne di sana.

William mengernyitkan alisnya: “sudah keluar dari rumah sakit? Kemarin kamu kenapa tidak memberitahu aku?”

Maksud kritikannya sangat amat jelas, membuat Hans merasa sangat disalahkan.

“Waktu itu sedang mengurus masalah kantor, aku sibuk sampai lupa.”

Hans bergumam menjelaskan, William juga tahu tidak bisa menyalahkan Hans.

Lagipula kan 2 hari yang lalu situasinya tidak mudah untuk mereka memecah konsentrasi.

“Ya sudah, kamu libur saja sehari, pulang dan istirahat baik-baik.”

William dengan suara dingin memberi perintah, selesai bicara mengambil kunci di meja dan berjalan ke arah luar.

Mengambil kesempatan ini menyelesaikan masalah, ia juga harus pergi mengurus masalahnya dengan Jessy.

Hanya saja saat naik mobil ke rumah, tidak menyangka bertemu kekosongan, karena Jeanne tidak di rumah.

“Mana Nyonya Muda?”

William memanggil pengurus rumah bertanya.

“Nyonya Muda berkata pergi melepas stres dengan temannya.”

Pengurus rumah ragu-ragu menjawab, sesuai dugaan langsung melihat William wajahnya muram.

Karena sebelumnya ada masalah, ia menebak kalau takutnya Tuan Muda sangat amat keberatan Nyonya Muda keluar dengan teman.

Tapi ia juga tidak bisa menahan Nyonya Muda.

William tidak tahu pemikiran pengurus rumah, memandang matanya, suasana hatinya kacau, bicara lagi bertanya: “mana Moli?”

“Nona Moli di kamar.”

Pengurus rumah merespon, segera dengan hati-hati sekali melihat ke arah William, “perlu memanggil Nona Moli keluar?”

William tidak bicara, namun maksud wajahnya sangat amat jelas.

Pengurus rumah paham dan pergi memanggil Moli.

Tidak lama kemudian, Moli langsung berjalan keluar dari kamar.

“Tuan, Anda sudah kembali.”

Moli melihat William, menyapa dengan matanya penuh senyum.

Pada saat Moli ingin menunjukkan sisi istri baiknya sendiri, kata-kata William seperti menyiramnya dengan air dingin.

“Aku bukannya suruh kamu ikuti Nyonya Muda? Kenapa kamu bisa di rumah.”

Raut wajah Moli kaku saat melihat William, hatinya penuh rasa iri dan tidak rela.

Kenapa terjadi masalah seperti itu, Tuan masih mau sama wanita rendahan itu.

Moli menggertakkan gigi, matanya bersinar redup merespon berkata: “Nyonya Muda tidak mau aku ikut, aku khawatir Nyonya Muda marah padaku seperti sebelumnya masalah kecelakaan, jadi tinggal di rumah saja.”

William dengan dingin melihat Moli, seperti sedang memeriksa kata-katanya sungguhan atau palsu.

Moli panik dilihatnya, tapi tetap menatap William pura-pura tenang.

Setelah beberapa detik, William seperti percaya kata-kata Moli, menarik kembali pandangannya berbalik badan dan pergi ke lantai atas.

William sambil berjalan sambil mengeluarkan telepon genggam menghubungi Jeanne, namun telepon malah tidak tersambung.

Hanya karena Jeanne sama sekali tidak mendengar, tapi di pandangan William, dikira wanita ini sedang marah padanya, wajahnya jadi muram dan menelepon nomor telepon lain.

“Hans, caritahu Nyonya Muda di tempat apa.”

Hans meskipun tidak yakin, tapi tetap menerima perintah dan melaksanakan.

Semua ini Jeanne tidak tahu, saat ini ia sedang di bar sibuk minum alkohol.

“Jeanne, kamu kenapa, mengajakku keluar minum-minum, akhirnya aku diabaikan di sebelah, lagipula kamu minum sendirian, apa ada masalah.”

Shanon melihat Jeanne minum segelas demi segelas, khawatir berkata .

Jeanne mengangkat gelas alkohol, melihat ke arah Shanon, sedikit mabuk, segera setelahnya bersuara agak terisak, “Shanon, aku sedih.”

Shanon melihat Jeanne menangis, sepenuhnya panik, buru-buru mengambil tisu dan menghapus air matanya .

“Jeanne, sebenarnya apa masalahnya?”

Jeanne menggelengkan kepala, masalah ini tidak bisa diberitahu ke orang lain.

Juga karena ini, Shanon sangat panik, sendirinya berpikir sembarangan: “Jeanne, apa ada orang yang mengganggumu, kamu kasih tahu aku siapa orangnya, aku bantu kamu pukul dia!”

Jeanne mendengar kepanikan Shanon, hatinya sangat terharu.

“Tidak ada orang yang menggangguku, hanya saja belakangan ini tekananku tinggi, ingin melepaskan emosi saja.”

Shanon tidak begitu percaya kata-kata Jeanne, Shanon bisa melihat Jeanne sedang mencona menghanyutkan masalahnya dengan alkohol.

Shanon berpikir, mengambil alasan ke toilet dan menelepon Ivan.

“Ivan, Jeanne suasana hatinya buruk, ia dan aku di bar 7962 minum, gimana kalau kamu datang melihatnya, aku lihat Jeanne lumayan sedih.”

“Aku sudah tahu, aku segera ke sana.”

Ivan selesai bicara segera menutup telepon.

Shanon menyimpan telepon genggamnya kembali ke ruang VIP.

“Shanon, sini temani aku minum.”

Jeanne melihat Shanon, mengundang dengan wajah ditutupi bekas air mata.

Shanon melihat, diam-diam menghela nafas, mendekat menemani Jeanne minum.

Untung saja di belakang Jeanne tidak minum alkohol sendirian untuk menghanyutkan kesedihannya.

2 orang mengobrol.

Tidak lama kemudian, Ivan datang.

“Jeanne.”

Ivan melihat Jeanne yang bau alkohol, mengernyitkan alis saat memanggil.

“Ivan, kamu kenapa ke sini?”

Jeanne melihat melihat Ivan, bertanya dengan terkejut, segera setelahnya tidak menunggu Ivan menjawab, mengundang berkata : “karena kamu sudah datang, sini minum bareng.”

Ivan tidak merespon Jeanne, melihat ke arah Shanon.

Shanon menggeleng dengan penuh tidak berdaya, segera berjalan ke sisi Ivan, dengan suara pelan berkata: “suasana hati Jeanne buruk, tapi karena masalah apa, dari awal sampai akhir tidak bersedia kasih tahu aku, kamu tanya sana.”

Ivan mendengarnya, sedikit mengernyitkan alisnya, pandangannya kembali pada Jeanne, melihat bekas air mata Jeanne yang belum kering, tidak tahu juga terpikir apa, matanya terlihat sakit hati.

“Ya aku tahu.”

Ivan sambil bicara, jalan ke arah Jeanne.

“Ivan, minum.”

Jeanne melihat Ivan datang, melambaikan gelas alkohol mengundang lagi.

Ivan juga tidak menolak, duduk dan minum bersama-sama.

Awal mulanya, Ivan tidak bertanya apa-apa, mencari topik dan ngobrol, membuat Jeanne perlahan membuat santai suasana hati.

3 orang bicara banyak, dari sekarang bicara ke topik itu, kembali bicara topik ini lagi, senyuman di wajah Jeanne akhirnya terbebas.

Namun pada waktu itu, Shanon karena ada masalah mau tidak mau pergi duluan.

“Ivan, aku pergi dulu, Jeanne harus kamu rawat baik-baik, malaman harus antar Jeanne pulang.”

Sebelum Shanon pergi, mengingatkan lagi dengan tidak tenang.

Ivan mengangguk: “tenang saja, aku akan merawatnya dengan baik.”

Shanon mengangguk, baru pergi.

Seiring Shanon pergi, di ruang VIP hanya tersisa Jeanne dan Ivan 2 orang .

Ivan melihat orang yang sudah mabuk, matanya penuh dengan rasa sayang.

“Jeanne, jangan minum lagi, kamu sudah mabuk.”

Ivan berjalan mendekat merebut gelas alkohol Jeanne, membuat Jeanne sangat tidak senang.

“Apa salahnya mabuk, apapun tidak perlu dipikirkan, juga tidak perlu sedih.”

Tidak tahu juga apa karena Ivan tahu masalah-masalah Jeanne itu, Jeanne tidak menutupi apa-apa di depan Ivan.

Ivan mendengar kata-kata ini, tidak tahu kenapa kepikiran sebelumnya pria yang terlihat di sisi Jeanne, meraba bibir dan berkata : “apa pria itu mengganggumu?”

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu