Wanita Pengganti Idaman William - Bagian 332 Aku Ingin Pergi Bersamamu

William membawa Jeanne ke jalanan gunung yang berkelok-kelok, dan akhirnya berhasil menjauh dari orang yang mengikuti mereka.

“Jessy, lihat apakah masih ada orang yang mengejar?”

William berkeringat dingin sambil berbicara.

Karena Jeanne begitu tegangnya, sama sekali tidak memperhatikan, sebaliknya berbalik dan mendengarkan omongan William.

“William, sepertinya orang-orang itu sudah tidak mengejar lagi.”

William mendengar perkataan ini sangat terasa lega.

“kita berjalan kedepan, Hans hampir datang.”

Selepas dia bicara, mengajak Jeanne kembali berlari, akan tetapi tidak tergesa-gesa seperti sebelumnya.

Jeanne mengangguk, mengikuti William berlari keluar dari hutan, sampai di jalan raya.

Pada saat yang bersamaan, datang sebuah mobil dari kejauhan dan berhenti di depan mereka.

Jeanne terkejut, William tersenyum manis, dengan sekuat tenaga melindungi Jeanne dibelakangnya.

“Tuan, akhirnya menemukan Anda.”

Terlihat Moli dengan senang turun dari kendaraan, tetapi saat dia melihat cara William melindungi Jeanne, senyum yang ada di wajahnya berubah menjadi dingin.

William tidak memperhatikan perubahannya, hanya mendengar dia menghela nafas.

“Moli, kamu……”

Belum selesai William bicara, tubuhnya jatuh terguling kedepan.

Jeanne dan Moli keduanya terkejut.

“Tuan.”

“William.”

Keduanya secara bersamaan menuju William , tetapi pada akhirnya Jeanne tidak bisa menandingi Moli.

Jeanne telat selangkah, hanya bisa memandangi William dalam pelukan Moli, raut wajahnya seketika suram.

“Tuan, sadarlah.”

Moli sama sekali tidak mempedulikan ekspresi Jeanne, tetap memeluk William dengan kuatnya.

Saat itu juga, dia baru menyadari wajah William begitu pucat, terlebih saat dia mencium aroma darah yang menyengat, dan juga tangannya menyentuh bagian yang basah dan lengket, membuat pupil matanya terasa ketat serasa ingin meneteskan air mata.

Jeanne tidak mengetahui kejadian yang diketahui Moli, Dia melihat Moli memeluk William sepertinya tidak memerlukan pertolongan apapun, perasaannya gelisah, terlebih saat William jatuh pingsan.

“William……”

Jeanne ingin melihat keadaan William, bahkan tangan yang belum sempat menyentuh William, sudah di singkirkan oleh Moli.

“jangan sentuh Tuan!”

“ss——”

Jeanne tidak ada pegangan, seketika didorong ke bawah oleh Moli, tangan kirinya tergores di tanah.

“apa yang kamu perbuat?”

Ekspresinya tidak menunjukkan rasa takut memandang Moli.

Tatapan Moli dingin dan tajam tertuju pada Jeanne, jelas-jelas Jeanne sama sekali tidak mengetahui permasalahan Tuan yang terluka.

Moli memikirkan permasalahan ini, marah dan cemburu.

Tidak perlu dijelaskan pun sudah bisa ditebak, demi wanita ini Tuan rela terluka, serta demi tidak membuatnya khawatir, menahan semuanya, tidak perlu ada penjelasan sedikitpun.

“aku tidak berbuat apa-apa, tapi demi kebaikan Tuan, aku akan membawa Tuan pergi, kamu disini menunggu Hans dan yang lainnya kembali.”

Selepas bicara, memeluk William dan langsung naik ke kendaraan.

Jeanne kurang merasa nyaman, dengan segera berdiri, mengikuti: “aku pergi bersama kamu.”

Omongannya terhenti, Jeanne baru memperhatikan wajah William, hatinya bergetar.

“Willliam kenapa?”

Moli tersenyum dingin: “Jessy, kamu sekarang baru perhatian kepada Tuan, bukankah sudah terlambat?”

Jeanne melamun, Moli juga tidak ingin buang buang waktu, dengan segera mencari pertolongan.

Dia memeluk William naik ke kendaraan, tapi ia tidak ingin Jeanne memegang William meskipun William dalam keadaan pingsan.

Jeanne yang berjalan kedepan dengan sempoyongan, sudah pulih dari kepanikan, melihat Moli beranjak pergi, dia berkata: “Aku ingin pergi bersamamu.”

Jeanne kurang yakin William pergi dengan Moli, bergegas mengikuti naik kendaraan.

Moli semula melihat William pingsan tapi Jeanne masih memegang erat seketika langsung marah.

Saat itu juga melihat kecemasan Jeanne, amarahnya tak tertahankan lagi.

“apa gunannya kamu ikut, kamu bisa berbuat apa selain mengeluh pada Tuan?”

Selepas berbicara, dengan kuatnya memisahkan gandengan tangan keduanya, sekuat tenaga menyingkirkan Jeanne.

“kamu menyingkir!”

Omongannya terhenti, Moli juga tidak memperhatikan Jeanne, menaikkan William kedalam mobil dan menutup pintu, berputar ke kursi mengemudi, menutup pintu, naik ke mobil dan menutup pintu, dilakukan dalam bersamaan, cemburu pada Jeanne dan pergi.

Jeanne melihat mobil berjalan semakin jalan semakin jauh, raut wajahnya penuh kerumitan dan dan amarah.

Dia ingin mengejar, akan tetapi mana mungkin hanya dengan dua kaki bisa mengimbangi roda empat.

Bahkan karena lari terburu-buru, tergesa-gesa dan terjatuh .

Moli mengendarai mobil, melihat Jeanne terjatuh karena mengejarnya, membuat ujung bibirnya menggerutu, semakin menambah kecepatan mobilnya dan pergi.

Jeanne terjatuh dijalan, pandangannya melihat mobil menjauh dan tidak terlihat, tidak ada cara lain selain bangkit kembali.

Meskipun dia mencoba mempedulikan dirinya sendiri, tidak ingin mempedulikan darah yang ada di tangannya, tertegun melamun.

Dia bisa memastikan, barusan terjatuh, meskipun dirinya terluka, akan tetapi tidak berdarah.

Akan tetapi darah kering yang ada di tangannya berasal dari mana ?

Saat itu dia memikirkan sesuatu, ekor matanya mengarah ke tempat dimana William terjatuh dan terdapat warna gelap.

Pada saat itu juga, dia baru menyadari William terluka.

Dia begitu terkejut, dia juga baru menyadari mengapa Moli begitu memperlakukan dia, pada saat itu juga dia mengkhawatirkan tentang William.

Bahkan dia tidak mengetahui kapan William terluka!

Pada saat itu juga, dari arah belakangnya dia mendengar suara langkah kaki.

“kalian bantu aku mencarinya! Jangan biarkan orang itu lari!”

“baik!”

Jeanne mendengar suara Musa, perasaanya bangkit kembali.

Jangan biarkan dia tertangkap kembali!

Berpikir, dia melihat ke sekeliling, berencana menuruti perkataan Moli, mencari tempat untuk bersembunyi, menunggu Hans dan bertemu dengannya.

Akhirnya, di sudut bukit dia menemukan tempat untuk bersembunyi.

Dalam pikirannya dia juga tidak ingin mengingat-ingat yang sudah lalu, hanya berjongkok dan bersembunyi, Musa dan yang lainnya keluar dari hutan.

Terlihat orang-orang itu memegang senjata di tangan mereka, dibawah sinar rembulan yang dingin, dan menjepit Jeanne menghirup udara yang dingin.

Tidak ada cara lain, karena yang dia lihat senjata yg ada di tangan mereka adalah pistol!

Dengan cepat dia membungkam mulutnya, takut akan suaranya sendiri dan menarik perhatian mereka.

Musa dan yang lainnya tidak menemukannya, masing-masing menyebar dan mencari.

Jeanne yang berada di posisi ini, tidak bisa dan tidak berani bergerak.

Terlebih saat dia melihat ada yang berjalan ketempat persembunyiannya, jantungnya terasa sampai ke tenggorokan, bahkan nafasnya terhenti.

Beruntung orang-orang itu tidak menemukannya, setelah mencari-cari, berbalik dan mencari ketempat lain.

Jeanne yang berada di tempat persembunyian, Dia diam-diam memperhatikan mereka yang sudah pergi sekitar 30 menit yang lalu, ingin bergerak pun tidak ada keberanian.

Beruntungnya pada saat itu pencarian mereka berakhir.

“Bos, orangnya tidak ketemu!”

Orang-orang tersebut kembali menemui Musa dan memberikan laporan.

Musa mendengar kalimat ini, pandangannya mengarah ke perbukitan, wajahnya suram dan dia marah !

“sampah, tidak berguna!”

Dia melampiaskan ke orang-orang yang ada di sekitarnya, kalau bukan karena di Negara ini tidak bisa dengan mudah membunuh orang, saat itu juga kenginginannya membunuh pasti ada!

Jeanne melihat amarah Musa dari kejauhan, matanya penuh ketakutan.

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu