Wanita Pengganti Idaman William - Bab 118 Beda Tujuan

Bab 118 Beda Tujuan


Wajah nyonya Thea terlihat agak ragu saat mendengarkan ide Marina. Pantas saja sebelumnya adiknya itu bilang tergantung Thea mau melakukannya atau tidak.


Lagian kan sekarang si Jessy itu masih menantunya keluarga William, kalau malu besar, masalah itu menyangkut seluruh keluarga William. Ditambah lagi kalau sampai masalahnya membesar, ia juga sangat khawatir pada saatnya nanti sulit membereskannya. 

Terutama di kakek David sana, tidak peduli bagaimanapun Jessy itu pilihan kakek, kalau sampai ribut parah, sulit juga untuknya. Kepikiran hal-hal ini, ia membicarakannya. 

“apa yang perlu dikhawatirkan dari hal itu, pada saatnya nanti biarkan saja papa lihat Jessy wanita rendahan itu punya hubungan tidak jelas dengan pria lain, apa kamu rasa papa masih akan melindunginya?” sambil bicara, mata Marina bersinar dengan jahat.


Sejak William ribut dengan Marina demi wanita itu, Marina sudah tidak bisa tahan kalau wanita itu terus tinggal di kediaman William. Melihat nyonya Thea yang masih ragu tidak bisa mengambil keputusan, matanya jadi gelap, ia merasa perlu memanas-manaskannya lebih lanjut.


“ditambah juga, kak kamu rasa sesuai dengan sikap Jessy yang suka menggoda itu, kamu bisa pastikan kalau ia hamil nanti itu darah daging dari keluarga William? Yang sebelum-sebelumnya tidak usah dibicarakan deh, William tidak ada di dalam negeri, sekarang sekarang ini saat William sudah kembali, Jessy seperti sebelumnya tidak merubah dirinya walau apapun yang terjadi, diam-diam bertemu pria lain saja sudah dilakukan di dalam rumah, kamu rasa kalau ia melahirkan anak itu, bibit darah daging dari William?” 


Mendengar kata-kata Marina itu, nyonya Thea seketika terguncang. Jessy wanita itu mengkhianati William, sudah melampaui batas kesabaran Thea, tidak usah dibicarakan lagi soal Jessy yang mau mengusik keturunan darah daging keluarga William.


Thea sama sekali tidak akan membiarkan wanita itu membahayakan nama dan reputasi William. 


“masalahnya diurus seperti kata kamu saja, aku akan mengurus acara donasinya.” Thea menjawab dengan suara berat, Marina sendiri senang, kemudian membicarakan detil acara donasi dengan Thea. 


.......


Di rumah baru sini, Jeanne masih tidak tahu akan bahaya yang datang mendekat. Setelah kembali ke kamar, meskipun mulutnya bilang kalau ia tidak peduli soal masalah William mendapatinya dengan Bernard, tapi hati Jeanne tidak tahan dan terus mengingatnya. Tidak tahu juga apa maksud dari pria itu sesungguhnya, sampai sekarang juga William belum bertanya dan menyulitkan.


Jeanne duduk di tempat kerjanya sambil pikirannya kemana-mana, naskah desain di tangannya malah tidak bertambah segarispun. Di saat yang sama Jeanne juga sesekali melihat ke arah pintu. Tapi di luar tenang sekali, membuat sorot matanya yang diam-diam agak berharap itu berubah jadi kecewa.


Segera setelahnya Jeanne baru menyadari kalau sikapnya itu tidak benar, ia menggelengkan kepalanya dengan kuat kuat. Buat apa Jeanne kecewa, William tidak peduli ya kebetulan dong, kurang-kurangi pertengkaran mereka juga.


Ditambah lagi pria itu juga tidak suka sama Jeanne, menikah dengannya, hanyalah semata-mata menjalankan dan menyelesaikan perintah yang diberikan kakek padanya. Berpikir seperti itu, Jeanne tidak bisa menahan ujung bibirnya yang naik dan mencemooh dirinya sendiri.


Jeanne memaksakan diri supaya kembali tenang, fokus ke naskah desain yang ada di tangannya. Begitu saja, tidak tahu juga sudah berapa banyak waktu yang lewat, pengurus rumah datang dan memberitahu kalau sudah waktunya menyantap makan malam.


Jeanne mengangguk, merapihkan barang-barangnya sedikit, kemudian berjalan ke luar kamar. Tidak menyangka baru saja Jeanne berjalan sampai ke tangga, ia langsung tak sengaja bertemu dengan William yang kebetulan juga mau turun.


Langkah kaki Jeanne terhenti, ia refleks melihat ke wajah William, seperti ingin melihat menembus wajahnya dan mengetahui suasana hatinya saat itu. William sama sekali tidak tahu kalau Jeanne masih mempedulikan masalah tadi itu, melihat Jeanne yang berhenti, alis William agak mengernyit, ia berkata dengan tidak paham: "kenapa berhenti?”


Nada bicara William datar seperti biasanya, tidak ada tanda-tanda kalau ia marah, membuat Jeanne menghela nafas lega walau di saat yang sama ia merasa agak tertekan.


Jeanne juga tidak bisa menjelaskan kenapa ia sendiri bisa merasa seperti itu.


“ini aku jalan kok.” Jeanne meraba bibirnya, menjawab.


Segera setelahnya mereka berdua turun ke lantai bawah, baru saja duduk, pembantu sudah menyajikan makanan dengan rapih di meja.


Saat sedang makan, setelah mereka berdua menyantap sarapan mereka, pembantu menuangkan lagi sup kesehatan di hadapan Jeanne. Jeanne juga menenggak dan meminum supnya seperti biasa. Hanya saja kali ini, baru saja Jeanne meminum seteguk, rasa obat sehat yang kental itu menyebar di mulutnya dan membuat perutnya melawan.


“ukh.......” wajah jeanne sepenuhnya menderita, ia menutupi mulutnya dengan tangannya dan bangkit berdiri kemudian lari ke arah kamar mandi.


“nona muda baik-baik saja?” melihat kondisi itu, pembantu mengejar di belakang dan terus mengkhawatirkan Jeanne.


Melihat tampak belakang mereka yang pergi, mata William sedikit bersinar redup, segera setelahnya ia juga ikut bangkit berdiri dan berjalan ke sana. Tidak menunggu William mendekat, sudah terdengar suara muntahan dari dalam kamar mandi. Beberapa waktu kemudian, suara itu baru berhenti, Jeanne berjalan keluar dengan wajah yang pucat pasi.


Bukan salah Jeanne juga sampai sesakit itu, memang sesungguhnya rasa tadi terlalu kuat sehingga memicu ketidakcocokan di perutnya. Melihat wajah Jeanne yang pucat pasi, William meraba bibirnya dan berkata: “nanti aku minta Hans untuk buat janji dengan dokter, kamu pergi cek kesehatanmu.”


“tolong ya.” Jeanne kira William itu menyuruhnya cek kondisi sistem pencernaannya, ia berterimakasih dengan senyuman, tidak tahu kalau cara pikir William sama sekali tidak sama dengannya. 


Saat ini William malah berpikir, selang waktu dari periode haid wanita ini, sudah mau sebulan, kurang lebih juga sudah waktunya hamil. Sedangkan saat ini wanita ini juga muntah-muntah kebetulan itu juga salah satu dari tanda kehamilan, membuat William tambah berpikir.


Jeanne sama sekali tidak berpikir ke arah sana, ia santai sejenak, kembali makan lagi sedikit saja, kemudian langsung kembali istirahat di kamar. Sampai ke hari kedua, Jeanne tidur sampai terbangun dengan sendirinya kemudian turun untuk makan, ia menyadari kalau ternyata William ternyata ada di rumah.


Melihat tampangnya sih sepertinya William sedang menunggu untuk menyantap sarapan dengan Jeanne.

“apa kamu sudah merasa baikan?” William tidak melihat kalau Jeanne kaget, melihat Jeanne turun ke bawah, ia bertanya dengan penuh perhatian.


“yah lumayan.” 


Meskipun Jeanne merasa sangat aneh, tapi ia tidak berpikir terlalu banyak, kemudian duduk di meja makan. Lagian William kan bos besar, kalau mau meliburkan diri sendiri ya boleh saja.


Berpikir seperti itu, Jeanne makan dengan tenang. Saat sedang makan, terngiang lagi suara William di telinganya. “selesai makan, kamu naik lagi ganti baju, nanti aku antar kamu ke rumah sakit.”


Jeanne terdiam, kedua matanya cantik mempesona itu melihat William dengan terkejut, seperti tidak menyangka kalau William tidak akan melakukan hal seperti itu.


“tidak perlu, masalah kecil seperti ini, mana perlu kamu antar aku sendiri, aku bisa sendiri kok, kamu pergi kerja saja di kantor?” Jeanne mah tidak mau kalau William ikut pergi. Atau bisa dibilang Jeanne tidak ingin menerima niat baik apapun dari pria ini, kalau tidak, saat sudah menerima terlalu banyak, Jeanne pasti akan lupa identitas dirinya, menghasilkan suasana hati yang buatnya sendiri terasa asing.


William sama sekali tidak tahu pemikiran dalam hati Jeanne, mendengar Jeanne menolak, ia menghentikan gerakan tangannya dan menatap Jeanne dengan dingin.


Jeanne awalnya masih ingin bersikeras ngotot, tapi karena dipelototi oleh bola mata William yang seperti dalam tak berujung, Jeanne jadi merasa kulit kepalanya serasa perih. Pada akhirnya Jeanne juga tidak bisa tahan lagi, ia terpaksa mengiyakan sambil menggertakkan gigi. 


“baiklah, kalau kamu mau antar ya antar saja.” melihat Jeanne sudah menyetujui, William menghembuskan nafas dingin dan kemudian lanjut menyantap makanannya lagi.


Jeanne malah agak kehilangan nafsu makannya. Tidak lama kemudian, William makan makanannnya di mangkuk sampai habis, melihat di mangkuk Jeanne masih sisa banyak, William mengernyitkan alisnya, tapi juga tidak memburu-burukan Jeanne.


“kamu pelan-pelan saja makannya, aku tunggu kamu di luar di mobil ya!” selesai berbicara, William berbalik badan dan pergi ke luar.


Melihat tampak belakang William yang beranjak pergi, mata Jeanne terlihat rumit, semakin tidak ada nafsu makan. Tapi saat memikirkan William yang ada di luar, Jeanne berusaha menghabiskan beberapa suap lagi, naik ke atas untuk ganti baju.


“aku sudah selesai, yuk pergi.” Jeanne mengganti pakaiannya dengan pakaian santai yang mudah untuk cek nanti, sembari naik mobil ia berbicara.


William malah tidak langsung memberi perintah ke supir, malah mengamati Jeanne dari kepala sampai ujung kaki sekilas.


“ada apa?” melihatnya, Jeanne bertanya dengan tidak paham, Jeanne kira ada bagian apa gitu yang salah, ia menunduk dan mengecek.


“tidak ada apa-apa, yuk pergi.” tentu saja William tidak akan memberitahu Jeanne, William sedang melihat apakah Jeanne merias diri atau memakai sepatu yang berbahaya. Memang kan barang-barang itu bisa berbahaya untuk ibu hamil.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu