Wanita Pengganti Idaman William - Bab 60 Terlalu Percaya Diri

Bab 60 Terlalu Percaya Diri


Mendengar kata-kata ini, Jeanne membalik kepalanya, langsung melihat pelayan itu, dia baru saja menjawab pertanyaan dari William.


Jeanne menilai pelayan itu, dan bisa menebak isi hatinya,mengerutkan alis dan berkata: “siapa namamu?”


 “Nyonya boleh panggil aku Merry.”


Merry menjawab dengan tersenyum.


Jeanne mengangguk, kemudian mengangkat tangan menyuruhnya untuk turun, dan sendirian duduk di sofa.


Meskipun William sudah pergi tetapi Jeanne tahu masalah ini belum selesai.


fakta dari masalah juga tidak selesai begitu saja.


Di rumah Kakek, Hati Alexa di penuhi dengan kecemburuan melihat William begitu melindungi Jeanne dalam masalah ini.


wanita pelacur itu pasti menggunakan cara licik untuk membius kak William, kalau tidak kak William tidak mungkin begitu melindunginya, bahkan melawan kata-kata tante Thea.


Sedang berpikir, dia tidak sabar ingin merobek wajah asli jessy, dan melihat bagaimana caranya menggoda pria.


Namun, dia menahan dorongan hatinya.


nyonya Thea yang masih berada di sampingnya, sehingga Alexa tidak boleh merusak penampilan baiknya di depan nyonya Thea.


Oleh karena itu, ia mengepal tangannya dengan erat,kebencian di matanya yang sudah bisa menetes darah, dan tidak lupa juga ia menghibur nyonya Thea.


 “Tante, jangan marah dengan kakak William.”


Nyonya Thea mendengar kata-kata ini, terlihat sangat senang dengan hiburan Alexa, dan berkata dengan rasa bersalah: “saya tidak marah, tetapi kamu diperlakukan tidak adil.”


“Tidak ada yang tidak adiil, aku bersedia berbuat apapun demi kak William, hanya saja takut kakak William tidak tau maksud baik kita.”


Alexa berpura-pura membuka mulut dengan patuh, dan kemudian membincangkan tentang masalah dimana William yang selalu melindungi Jessy.


Nyonya Thea mendengar kata-kata ini, wajahnya langsung memburuk.


“Aku akan mencari cara lain.”


Setelah Alexa mendengar, matanya penuh dengan penerangan.


Cara ini, Jeanne bahkan tidak tahu.


Dia sedang duduk di ruangan tamu dan kemudian berbalik ke kamar tidur melanjutkan desainnya.


Bagaimanapun, William sudah membantu dia menyelesaikan masalah hari ini.


Saat ini, dia belum bisa membalas kebaikan William, William sangat membutuhkan desain-desain ini, tidak ada salahnya Jeanne menggambar lebih banyak lagi untuknya.


Memikirkan tentang itu, dia langsung menggambar di dalam kamar seharian, dan hasilnya sangat lumayan.


Dia sangat senang melihat hasil desain ditangannya.


Ketika William pulang dari kantor, dia segera menyerahkan gambar desainnya ke William.


 “William, ini adalah gambar desain aku sore tadi, cobalah lihat apakah kamu membutuhkannya.”


William mendengarkan kata-kata ini, langsung mengambil dan melihat gambar desain itu.


Saat dia melihat, matanya bersinar dan menakjubkan.


Tidak seharusnya aku rahasiakan, Jeanne sangat berbakat dalam aspek desain.


Di kertas ini, masing-masing dari desain terlihat beberapa goresan pensil, tetapi detailnya sangat menarik perhatian orang, terutama catatan di bagian sebelah, yang memberi keterangan kain dan dekorasi apa yang harus digunakan, hingga membuat orang sangat penasaran dengan produk jadinya.


Dan Desainnya juga sangat inovatif, jadi mengatakan dia seperti seorang master desain tidak lebih baginya.


Meski begitu, ekspresi wajah William masih terlihat polos.


Dia juga tidak lupa bagaimana cara Jeanne mendapatkan perkerjaan ini.


Demi mencegah ketamakan Jeanne, dia sengaja meletakkan desainnnya, secara bisnis ia berkata: “desainnya bagus, pertahankanlah.”


Jeanne tidak tahu isi pikiran William dan melihat dia tidak menunjukkan masalah dari desain, Jeanne memikir desainnya mungkin dapat di gunakan olehnya, tiba-tiba dia menghela nafas lega.


 “Ya, aku akan terus berkerja keras.”


Jeanne menanggapinya dengan senyuman.


William memandang senyuman di wajah Jeanne, matanya melotot dan langsung berkata: “oiya, aku sudah mentransfer saham, dan perusahaan baru sudah siap di dirikan, besok kamu sudah boleh melaporkan diri ke perusahaan.”

Mendengar kata-kata ini, Jeanne bengong kemudian mengangguk kepala dan berkata: “baiklah saya tahu.”


Sedang berkata, jeanne teringat masalah siang tadi, dirinya masih belum berterima kasih pada pria, ia menambahkan: “itu, Terimakasih sudah membantu aku.”


Ketika mendengar kata-kata ini, gerakan tangan William terhenti.


 “Aku tidak membantu kamu, hanya saja aku membantu yang benar.”


Dia berkata, mencemooh Jeanne dan melanjutkan: “dan, bagaimanapun ibuku adalah orang tua kamu, jika bertemu kemudian hari, cobalah simpan sedikit emosimu.”


Jeanne bengong dan kemudian sadar, matanya terlihat sangat kacau tetapi tidak membantahnya.


 “Aku tahu.”


Selesai berkata, kedua bibirnya tertutup erat,dan matanya penuh dengan penghinaan sendiri.


Jelas terlihat dia terlalu percaya diri.


Dia berpikir William akan membantunya di siang hari, itu sepenuhnya karena perlindungan terhadapnya, saat ini itu hanya terlihat sekadar membantu.


Tetapi bagus juga ini, setidaknya masalah yang akan terjadi ke depannya, ada orang yang bisa mengatakan yang adil, sehingga dia tidak sendirian menghadapinya.


Memikirkan tentang itu, dia juga teringat masalah yang disampaikan oleh Julian, dia terlihat ragu-ragu dalam waktu sementara.


Jelas ini bukan saatnya yang tepat untuk berbicara tentang masalah ini.


William yang sudah tidak puas dengannya, jika ia mengatakan masalah ini lagi, bagaimana pria itu membayangkannya.


Takutnya akan lebih memandang buruk pada dia.


Memikirkan tentang ini, dia menahan ekspresinya penuh dengan kata-kata, dan melanjutkan makan dengan tenang.


Setelah makan, William langsung pergi ke ruang belajar mengurus bisnisnya tanpa mengatakan apapun.


Jeannne melihat bayangan dia hilang dari koridor, Jeanne baru bangkit dan kembali ke kamar.


Setelah kembali ke kamar, dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi Julian.


Julian menerima panggilannya, berpikir bahwa masalah yang disampaikan sudah terlaksana, ia langsung tidak sabar mengangkatnya.




“Masalahnya sudah terlaksana?”


Kata-katanya penuh dengan kesenangan.


Jeanne mendengar dan matanya penuh dengan tawa.


Ini adalah ayah yang baik, dalam matanya hanya ada keuntungan dan tidak pernah memikirkan keadaan anaknya.


Sedang berpikir, dia menurunkan kelopak mata, dan berkata dengan dingin: “aku belum menyampaikan, aku hanya ingin memberitahumu sekarang bukan waktu yang tepat untuk membahas masalah ini, dan aku akan membahasnya setelah masuk ke perusahaan.”


Ketika Julian mendengar kata-kata itu, ia tiba-tiba menyimpan ekspresi senyumnya dan langsung memburuk.


 “Apa waktu yang tepat, aku lihat itu hanya alasan dari kamu, masalah ini kamu mesti segera melakukannya.”


Selesai berkata, dia langsung menutup telepon dan tidak memberikan kesempatan pada Jeanne untuk membuka mulut.


Jeanne melihat panggilan yang ditutup ayahnya, menggigit erat bibirnya, dan langsung melemparkan teleponnya ke samping, tidak peduli dengan kata-kata ayahnya kemudian berbaring di tempat tidur untuk beristirahat.


……..


Keesokan harinya, karena harus melapor ke perusahaan, Jeanne harus bangun pagi bersiap-siap.


Luka di kakinya sudah lebih baik.


Namun, Jessy tidak memiliki pakaian kerja, jadi dia hanya bisa memilih gaun yang bagus, merias sedikit wajahnya, baru turun ke lantai bawah.


***Lantai bawah***


William melihat Jeanne  dengan riasan sederhana, matanya terlihat cerah.


Dia merasakan wanita di depannya ini selalu bisa memberi perasaan baru untuknya.


Jeanne bahkan tidak merasakan keanehan dari mata William, melihat William yang  sedang menatap dirinya, dia langsung menyapa dan duduk di meja makan.


Tidak ada satu pun dari mereka berbicara selama makan.


Sampai selesai makan, Jeanne siap pergi ke perusahaan, William langsung memanggilnya.


 “Aku akan mengantar kamu pergi hari ini, anggap saja membawamu mengenali jalan, dan kemudian hari biarkan supir rumah yang mengantarmu, atau kamu yang menyetir sendiri.”


Jeanne mengangguk dan menujukkan bahwa dia paham.


William melihat situasi ini, kemudian memikirkan sesuatu dan melanjutkan: “dan juga, setelah masuk perusahaan, kita harus berpura-pura tidak saling kenal.”


Dia sedang berkata, langsung menatap ke Jeanne dan khawatir dia akan kesal.


Siapa tahu Jeanne tidak keberatan sama sekali dengan kata-kata William tadi.


Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu