Wanita Pengganti Idaman William - Bab 207 Hidup Merana

Bab 207 Hidup Merana

Jeanne ditarik tanpa peringatan, dan kembali sadar setelah beberapa langkah.

Dia melihat pada sosok punggungnya yang tinggi di depan mata, dan mengalihkan tatapannya.

Tetapi terlihat tatapan ganas Alexa yang sedang memelototinya.

Dia mengangkat alisnya, dengan bangga dia mengangkat sudut bibir padanya, dan mengikuti William pergi.

Alexa secara alami terlihat senyumannya yang memprovokasi, dia sangat marah hingga paru-parunya hampir meledak.

Tetapi karena Kakek berada disini, jadi dia hanya bisa menahannya.

Tetapi dia bersumpah di dalam hatinya, menunggu masalah ini diselesaikan, dia pasti akan membuat wanita murahan ini hidup merana.

Disisi lain, Jeanne belum mengetahui bahwa karena tindakannya telah membangkitkan kemarahan Alexa.

Dia mengikuti William meninggalkan ruang tunggu, sepanjang jalan William berwajah suram, lumayan mengerikan.

“sudah, jangan marah lagi.”

Dia membujuknya, membuat William melihat kearahnya.

William melihat Jeanne yang tenang, alisnya berkerut.

“Terjadi masalah seperti ini, apakah kamu tidak marah?”

Jeanne terasa nada suaranya yang tidak puas, dia tertegun dan kemudian tersenyum berkata: “Siapa bilang tidak marah.”

Dia berkata, nada suaranya berubah, berkata dengan tak berdaya: “Tetapi masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan marah, daripada menyiksa diri, mending tenangkan hati.”

William mendengarkan alasannya yang miring, tersenyum dingin: “Kamu sabar sekali.”

Jeanne mengangkat bahu: “Mumpung kamu juga sudah mengatakannya, tunggu tiga minggu, tiga minggu kemudian, semuanya akan terungkap jelas, dan aku percaya padamu.”

Dalam kalimat terakhir, dia menatap mata William dan mengatakannya sekata demi sekata.

William melihat matanya yang serius, tidak tahu kenapa hatinya tersentuh.

Wanita bodoh ini......

Dia mengangkat sudut bibirnya, melihat wanita di depannya, dan memandang ke pesta yang ramai, tiba-tiba dia merasa menyebalkan.

Dia menarik dasinya, menundukkan matanya melihat Jeanne, matanya memancarkan perasaan yang tidak dimengerti Jeanne.

Jeanne tertegun melihatnya, telinga terdengar suaranya yang ceria.

“Hari ini adalah ulang tahunmu, tetapi terjadi masalah yang tidak menyenangkan seperti ini, ayo aku membawamu berjalan-jalan keluar.”

Jeanne kembali sadar, terpikir masalah tadi, benar-benar tidak memiliki suasana hati untuk tetap berada di sini.

Tetapi dia melihat ke pesta di depannya, dengan khawatir dia berkata: “Kita pergi seperti ini, apakah mama dan mereka tidak mengatakan sesuatu nanti?”

William mendengus dingin, tidak menjawabnya, dan langsung menariknya berjalan keluar.

Jeanne melihat situasi ini. Dia mengerti maksudnya, dia langsung membuang semua perasaan tidak nyaman di dalam hatinya.

Dia dengan diam mengikuti William keluar dari hotel.

Awalnya dia mengira pria ini paling membawanya berjalan-jalan ke mall terdekat, siapa sangka pria ini mengendarai mobil ke tempat yang lumayan jauh, dia melihat jalan di luar yang gelap, dan mulai penasaran.

“Kemanakah kita pergi?”

William memutarkan kepala melihatnya, berkata dengan misterius: “Kamu akan tahu kalau sudah tiba.”

Selesai berkata, dia sepertinya terpikir sesuatu, dan berkata: “Kalau merasa lelah, kamu boleh bersandar dan tidur sebentar.”

Jeanne melihat ini, dia benar-benar terasa lelah, jadi dia bersandar di kursi dan memejamkan matanya untuk beristirahat sebentar.

William melihat wajahnya yang tertidur pulas, dia memperlambatkan kecepatan mobil, dan disaat yang sama dia meningkatkan suhu di dalam mobil.

Dan semua ini Jeanne tidak mengetahui.

Dia awalnya hanya ingin beristirahat sebentar, dia juga tidak tahu apakah karena William berada di sampingnya dan membuatnya terasa nyaman, dia malah tertidur lelap.

Tidak tahu berapa lama terlewati, William mengendarai mobil ke puncak gunung, dan kemudian berhenti melihat pada orang disebelahnya.

Melihat Jeanne bersandar tertidur di kursi tanpa perlindungan, wajahnya yang lembut terlihat seperti jeli, memancarkan aroma yang manis, dan membuat orang ingin menggigitnya.

William tidak sengaja tertarik melihatnya, dan Jeanne yang tertidur lelap, selalu merasakan ada yang sedang menatap pada dirinya.

Lalu, dia membuka matanya dan melihat wajah yang mendekat, dia terkejut.

“Hey..... William, Apakah kamu tidak tahu seperti ini sangat menakutkan orang!”

Menunggu dia melihat jelas orang di depannya kemudian dia berteriak marah.

William kembali sadar, wajahnya sedikit kaku tetapi dia berubah dengan cepat.

“Siapa yang tahu kamu mendadak bangun.”

Dia berkata dengan dingin, tetapi nada suaranya ada senyuman yang tak tersembunyikan.

Sepertinya melihat Jeanne kaget, membuat suasana hatinya membaik.

Tentu saja Jeanne terlihat perubahannya.

Dia dengan tidak senang mendorong William dan ingin keluar dari mobil, tetapi kaget melihat pemandangan di depan matanya.

“Kenapa kamu datang ke pegunungan?”

William melihat kejutan di dalam matanya, mengangkat alisnya berkata: “Bukankah katanya semua wanita suka melihat bintang?”

Dia berkata, dan mengangkat kepalanya melihat ke atas, terlihat langit bagai kain hitam, banyak bintang menggantung di atas, bersinar terang sangat indah.

Jeanne secara alami kagum dengan adegan ini.

Tadinya yang masih ada stagnasi dalam suasana hati saat ini telah banyak berkurang.

Satu-satunya hal yang kurang adalah dia hanya mengenakan gaun saat ini, dan berada di ruangan terbuka, tidak lama kemudian, dia merasakan kedinginan dan menggigil.

Dan pada saat ini, sebuah jaket dengan suhu hangat dikenakan padanya.

Jeanne menatapnya dan melihat William mengenakan kemeja putih dan berdiri di sebelahnya dengan memasukkan tangan ke dalam sakunya.

Dia melihat dan fokus, kemudian tertawa.

“Apa yang kamu tertawakan?”

William mendengar suara tawaannya, menatapnya dengan bingung.

Jeanne mengedipkan matanya, tersenyum: “ehmm.....tidak ada apa-apa, hanya merasa tidak berani percaya ini bukan mimpi.”

William mengangkat alisnya, matanya penuh kebingungan.

Jeanne tersenyum berkata: “Bukankah kamu membawaku untuk melihat bintang? Aku merasa ini tidak mirip dengan sifatmu dan kelakuanmu.”

William mendengar ini, dia tersenyum.

“Hal ini, Terkadang aku memiliki sesuatu untuk dipikirkan dengan tenang, aku juga akan datang ke sini.”

Jeanne mendengar perkataan ini, tidak tahu mengapa, hatinya sangat senang.

Apakah ini termasuk dia telah menemukan tempat rahasianya William?

Dia memikirkannya dan waktu berlalu tanpa menyadarinya.

Setelah beberapa saat, hari semakin malam, dan ulang tahun milik Jessy telah berlalu.

Jeanne menghembus angin sejuk, dan tidak menahan bersin.

“Pilek?”

William menatapnya dengan khawatir.

“Seharusnya tidak.”

Jeanne mengatakan.

William menggerakkan bibirnya, dan memutuskan untuk pulang.

Jeanne tidak menolak, karena waktu sudah malam.

Tepat ketika mereka tiba di kota, Jeanne terasa lapar.

“oh.....Aku sedikit lapar, bagaimana kita pergi untuk makan sesuatu?”

William tidak menolak, bertanya: “Apa yang ingin kamu makan?”

Jeanne mendengarkan ini, dia menundukkan kepalanya dan mulai berpikir.

Pada waktu ini, sudah banyak restoran yang sudah tutup.

“Lupakan saja, tidak ada restoran yang buka pada saat ini. Ayo kembali dan masak sendiri.”

Dia menyerah dan berkata, siapa tahu William tidak kembali kerumah, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon.

Saat dia menutup telepon, dia mengendarai mobil dan membawa Jeanne ke sebuah restoran berkelas.

Restoran terlihat sangat elegan, dan mewah tetapi tidak kehilangan gaya.

Dan yang terpenting di dalam restoran hanya mereka berdua, dan tampilan di sekeliling terlihat seperti didekorasi ulang, menyalakan banyak lilin, dan disekitarnya tersebar bunga mawar.

William menggandeng tangan Jeanne selangkah demi selangkah berjalan duduk di pertengahan restoran, dan pelayan yang telah menunggu mulai mengantarkan makanan.

Saat hidangan selesai diantarkan, seorang pemain biola datang dan memainkan musik ringan yang indah.

Jeanne tertegun melihat semua ini, dalam hatinya tersentuh oleh semua ini yang seperti mimpi.

Terutama melihat pria tampan di hadapannya, hati yang awalnya tenang mulai bergelombang.

Kalau bisa, dia berharap mimpi ini dia tidak akan terbangun.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu