Wanita Pengganti Idaman William - Bab 10 Jeanne itu Obatnya William

Bab 10 Jeanne itu Obatnya William

Di saat cahaya malam jernih bagai air, di tengah malam. William duduk, dan menelepon seseorang.


"Halo, kok kamu bisa lagi sehat wal afiat meneleponku? Apa jangan-jangan kamu kambuh lagi?” suara anak muda dan berasal dari atlantik itu terdengar, akhir dari kalimatnya agak khawatir, “kamu ini belum lama baru pulang ya?”


“ya.” William menjawab dengan singkat dan datar, suadanya agak rendah, “Nathan, kali ini berbeda.”kata-kata William membuat Nathan yang berada di ujung telepon satunya terdiam kaget, kondisi William yang seperti ini bukan urusan sehari dua hari saja, bahkan ditambah juga dengan kecenderungan yang memperparah.


Bertahun-tahun Nathan mempelajari psikologi sepenuh hati di luar negeri, akhirnya ia berhasil menjadi psikolog yang ternama dengan reputasi tinggi, sebagian alasannya adalah demi teman baiknya ini. “apanya yang berbeda?”


Setelah diam sejenak Nathan baru bisa kembali berbicara, ia cukup takut kondisi William bisa memburuk. William dapat mendengar adanya kekhawatiran di suaranya, tanpa menutup-nutupi sedikitpun William berkata, “dulu selalu saja aku sendiri melawat kegelapan, di sana seperti ada tangan yang tak terhitung jumlahnya dan tak terlihat, seperti kalau aku sekalinya tidak hati-hati aku akan ditarik mereka ke dalam pusaran hitam yang dalam, tidak ada seorangpun yang dapat membantuku. Tapi kali ini Jessy……dia istri baruku itu……dia, malah membawa perbedaan ke perasaanku. Ini adalah pertama kalinya fenomena seperti muncul di hadapanku, aku merasakan adanya kekuatan dari luar, perasaan seperti itu sungguh hebat. 


Apa kamu tahu mengapa ini bisa terjadi?”

Nathan yang ada di ujung lain telepon agak kaget, “jadi kamu bilang tanpa bantuan obat apapun, tanpa disangka ada orang yang bisa menenangkanmu?”

“bisa dibilang begitu.”William juga merasa sangat aneh, bahkan saat mengucapkan nama Jessy itu di pikirannya masih ada perasaan yang naik turun.

Nathan berdiam diri sejenak, berkata: “alasan rincinya aku juga kurang jelas, aku harus bertemu orangnya duku baru bisa. Kalau ada kesempatan kamu bawalah dia kemari. Atau tunggu sampai aku selesai dengan kesibukkanku, lalu aku akan pergi kesana dan melihatnya. Mau bagaimanapun, sebisa mungkin jangan terus bergantung pada obat-obatan, nanti gawat kalau muncul ketergantungan.


“baiklah, akan aku ingat.” jawab William


“William, ini masalah psikologis, kalau kamu benar-benar mau sembuh, kamu harus mengalahkan ketakutan terdalam hatimu sendiri.” kata Nathan

William mengangguk, “aku paham, terima kasih banyak.”

“kita kan sudah seperti saudara, buat apa sungkan sungkan? Kamu jadi tidak seperti biasanya deh. Kalau ada waktu biarkan aku bertemu istrimu itu ya.” Kata Nathan


Setelah menutup telepon, perasaan William lumayan baik, berdiri di depan jendela yang besar, melihat ke sinar bulan yang dipantulkan vas di dalam vila, mulutnya agak tersenyum. 


Keesokan harinya, lagi-lagi matahari bersinar terik. Setelah William menyantap sarapannya, ia pagi-pagi langsung keluar rumah dan pergi ke kantor.

Jeanne tidak ada kerjaan di rumah, benar-benar kebosanan, juga tidak tahu Jessy dulu menghabiskan waktunya untuk apa. Untung saja rumah William besar taman bunganya indah seakan bunganya saling bersaing untuk jadi yang terindah, bagai hiasan yang berwarna cerah, sangatlah canti.

Di sini juga banyak jenis bunga yang Jeanne belum pernah lihat sebelumnya. Jeanne tidak bisa diam dan melihat saja, tangannya terulur dan memetik setangkai bunga, petal bunga berbagai warna sangat teramat cantik, juga sedikit barum. “benar-benar harum.” Jeanne menutup matanya sejenak, seperti hanyut.


Tidak jauh dari sana ada Alexa yang baru saja turun dari mobil pulang ke rumah William, kebetulan ia melihat Jeanne yang ada di taman bunga, ia tanpa sadar menghentikan langkah kakinya, melihat Jeanne membawa setangkai bunga masuk ke ruang tamu. Melihat Jeanne masuk, banyak pembantu yang sedang bebersih berhenti dan menyapa Jeanne.


Jeanne mengisyaratkan dengan fangannya bahwa mereka tidak perlu terlalu sopan, bertanya: “di mana ya ada vas untuk menaruh bunga?” melihat mereka terdiam, Jeanne mengayun-

ayunkan bunga yang ada di tangannya.


“ada di sini.” seorang pembantu buru-buru maju ke depan. Pembantu yang lain menatap satu sama lain dengan bingung, sejak kapan nona muda ini tanpa disangka berubah jadi begitu 

penurut?Melihat Jeanne dengan tampang gadi polos seperti ini, Alexa hampir saja menghancurkan giginya saking kuatnya ia menggertakkan gigi, orang seperti apa si Jessy itu, tidak ada orang 


yang tahu lebih jelas dari dirinya “mau pura-pura, ya pura-pura saja sana. Sekarang kak William sudah pulang, langsung saja Jeanne berpura-pura jadi polos bersih, kertas pada akhirnya tidak akan bisa membungkus api, kita lihat saja nanti!” Alexa menggerutu marah, beberapa hari ini emosinya selalu saja tidak baik. Terakhir kali saat makan, kemunculan Gregor, Jessy bisa mengbindarinya. Meski kak William marah, tapi ia tidak sepenuhnya membenci Jessy. Bukan hanya itu saja,Jessy kali ini membuat nyawa kak William berada dalam bahaya, tanpa disangka Jessy cuma diomeli beberapa kata saja. Jessy mengandalkan apa sih, kayaknya bukan cuma mendalkan kakek David yang mendukungnya.


Jeanne sama sekali tidak menyangka kalau saat ia sedang menghabiskan waktu dengan memetik bunga, hal sekecil ini, bisa membuat orang membencinya. Jeanne yang sedang serius memetik bunga melihat ke arah ruang tamu, Alexasemakin lama semakin tidak senang, langkahnya berbelok, “oh iya, pergi cari tante. Aku tidak percaya kamu bisa terus pura-pura.” tante yang disebut-sebut Alexa adalah putri kesayangan kakek David. Umurnya hanya lebih tua 3 4 tahun dari William. Mereka berdua tubuh besar bersama-sama, hubungan keduanya sangat amat baik. Alexa biasanya memang suka mencari dan jalan-jalan dengan tantenya ini, hubungan kedua orang tersebut lumayan baik.


Alexa baru saja sampai ke tempat tinggal Marina, langsung melihat Marina yang mengenakan baju berbahan kulit berwarna hitam, dengan memakai kaca mata hitam, dan membawa tas edisi terbatas Herme* yang berhias batu permata, dengan jelas menunjukkan kalau itu baju untuk bepergiannya.


Melihat Alexa datang, Marina yang awalnya mau pergi keluar rumah terdiam, kemudian tertawa sambil bicara: “bukankah ini Alexa? Datangnya cepat juga hari ini” nampaknya suasana hatinya lumayan baik, karena kedatangan Alexa raut wajahnya terlihat setingkat lebih senang,“ayo pergi, aku hari ini janjian sama beberapa teman mau jalan-jalan, Alexa ikut aku saja ya.”


“oh, begitu ya, kalau begitu tante pergi saja deh, aku tidak ikut.” suasana hati Alexa jelas sedang tidak baik, ditambah lagi wajahnya jelas-jelas npak kasihan, mau dilihat bagaimanapun ia seperti habis disalahkan. “kamu kenapa, siapa yang mengganggumu?” melihat Alexa yang seperti ini, Marina tidak bisa menahan diri dan bertanya. Alexa memonyongkan bibirnya sambil mengadu: “siapa lagi kalau bukan karena Jessy!”


“apa lagi yang ia lakukan yang membuatmu marah?”Marina tampak kebingungan, meskipun ia sudah banyak mendengar soal hal-hal buruk yang dilakukan Jessy, tapi ia tidak mau ikut campur dalam masalah orang lain, jadi ia diam saja. Kalau bukan karena William, kemungkinan besar Marina bahkan tidak akan sudi menatap Jeanne.


“ia memang tidak membuatku marah, tapi ia membuat kak William marah, takutnya tante tidak tahu kan? 2 hari yang lalu di malam hari ia membuat penyakit kak William kambuh, hampir saja kehilangan nyawanya!” Alexa nampak penuh kebencian, “kamu bahkan tidak tahu betapa jahatnya wanita itu. Hal seperti ini terjadi, tanpa disangka ia mengandalkan kakek David yang mendukungnya, kejadiannya seperti dianggap tidak pernah terjadi. Kak William ini kan baru pulang sebentar saja, ia langsung kena percobaan pembunuhan seperti ini.


Jeanne dulu juga melakukan begitu banyak kesalahan, aku tak tahu siapa yang membereskan masalah-masalah yang ia timbulkan. Jelas-jelas ia sengaja, tante harus bantuin kak William ya.” mendengarnya Marina jadi terbakar api amarah, William yang tinggal tidak jauh darinya kena hal semacam ini, kakak ipar tanpa disangka malah menutupi hal ini demi wanita jtu. “Jeanne itu setiap saat tidak tahu caranya bersikap baik ya, nampajnya aju benar-benar harus turun tangan dan memberinya pelajaran.” Marina berkata denfan dingin, dengan aura yang ganas menerjang ke arah tempat tinggal Jeanne dan William


“lah? Tante?”Alexa memanggil, melihat Marina yang bahkan tidak menolehkan kepala, ia reflek agak tersenyum, lalu langsung mengikuti sambil berkata, “tante, tungguin aku dong!”

Novel Terkait

Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu