Wanita Pengganti Idaman William - Bab 403 Rasa Iri Dalam Hati Semakin Memuncak

Zoey melihat mereka yang terkejut, berkata sambil berpangku tangan : “Kenapa tidak mungkin, sebelumnya aku sudah mengatakan pada kalian, case ini klien sendiri yang menunjuk kalian untuk membuat desainnya, perusahaan bisa mengambil case ini juga karena kalian bisa bekerja sama, sekarang kalian tidak bisa bekerja sama, tentu saja pihak klien tidak akan memberikan case ini pada kita, dan akan dianggap melanggar kontrak.”

Jeanne dan Celica tidak menyangka masih ada masalah seperti ini, hanya bisa menutup mulut tanpa berkata apapun.

Zoey melihat rekasi mereka, ia tahu kalau mereka sudah goyah.

Bagaimanapun uang ganti rugi sebesar tiga kali lipat tidak mungkin sanggup mereka bayar.

Dia berpikir sejenak lalu berkata : “Jessy, aku tahu kamu memilih mundur karena prinsipmu berlawanan dengan Celica, kalau begitu kalian tetap membuat desain kalian masing-masing, dan sketsa yang kalian buat juga pisahkan, hingga waktu penyerahan desain tiba, biarkan klien yang memilih desain siapa yang paling mereka suka, bagaimana?”

Jeanne mendengar ucapannya, langsung menengok kearah Celica.

Celica mengkerutkan bibir, “Aku tidak ada komentar.”

Jeanne melihat kondisi, juga ikut mengangguk dan menyetujui.

“Jika setuju, kalian semangatlah.”

Zoey mengatakan beberapa kata yang menyemangati.

Celica tidak sabar mendengarnya, ia beralasan masih ada urusan lain dan pergi terlebih dahulu.

Zoey melihat Celica yang keluar, meskipun tidak senang, namun ia tidak mengatakan apa-apa, lalu berpesan pada Jeanne, lalu memintanya kembali bekerja.

Siapa yang menyangka begitu Jeanne keluar dari kantor Zoey, ia melihat Celica yang berdiri di lorong, seolah sedang menunggunya.

Namun ia berpura-pura tidak melihatnya, langsung pergi.

Celica melihat Jeanne yang tidak memperdulikannya, menggertakkan giginya dengan kesal.

“Jessy, kali ini sebaiknya kamu mengeluarkan karya yang bisa membuatku mengakui kehebatanmu, jika kamu menyebabkan perusahaan kehilangan klien, aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah meskipun ada William dibelakangmu.”

Setelah mengatakannya, ia langsung menabrak Jeanne sambil berlalu menuju ke kantornya.

Jeanne melihat dirinya yang berlalu, sungguh kehabisan kata-kata untuk berkomentar.

Namun ucapan wanita ini mengingatkannya untuk menggambar sketsa dengan sebaik-baiknya.

Mengingat ini, ia melangkah besar dan naik mobil kembali ke kediaman Sunarya, mulai masuk kedalam dunia desainnya.

Malamnya, jarang sekali William bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan pulang lebih awal.

Melihat sudah jam makan malam namun ia belum melihat Jeanne sama sekali, ia melihat kearah kepala pelayan sambil bertanya dengan heran.

“Dimana Nyonya muda?”

“Nyonya muda masih bekerja di kamar.”

Kepala keluarga melapor dengan penuh hormat.

William mengkerutkan alis, berbalik lalu naik ke lantai atas.

Namun ketika ia masuk kamar, ia melihat Jeanne sedang menggambar sketsa dengan sangat serius sampai tidak menyadari kehadirannya.

Tampangnya yang begitu serius membuat orang yang melihatnya begitu terpukau.

William membuka jas yang ia kenakan, lalu berjalan kebelakang Jeanne.

Melihat Jeanne yang mengkerutkan alis begitu ketat seolah sedang menemui permasalahan yang begitu rumit.

Sketsa yang sudah ia gambar setengah jadi, diatasnya ada banyak garis yang samar, menunjukkan kebimbangannya dalam membuat sketsa ini.

“Coba hilangkan hiasan disini, lalu ganti dengan kancing.”

Meskipun ia tidak begitu mengerti desain, namun karena mendirikan anak perusahaan dibidang ini, membuatnya membaca cukup banyak buku juga desain.

Ditambah lagi kebimbangan Jeanne yang terlihat begitu jelas, membuatnya mengeluarkan pendapatnya.

Jeanne terkejut, meskipun tahu dia sudah kembali, namun ia tidak sempat menyapa.

Karena ide yang diberikan William ini, membuat pikirannya yang samar seketika mendapat pencerahan, ia langsung menggambar inspirasi yang muncul dikepalanya.

William melihatnya yang seperti ini, tidak mengganggunya lagi, melainkan menunggunya disamping sampai ia selesai bekerja.

Begitu menunggu 1 jam pun berlalu.

“Sudah jadi!”

Jeanne mengangkat sketsa sambil berseru dengan senangnya.

Begitu William mendengar seruannya, ia langsung meletakkan majalah ditangannya dan menghampirinya.

“Jika sudah selesai, cepat turun dan makan.”

Jeanne melihat nadanya yang dingin, ingatannya seketika muncul, membuatnya merasa tidak enak hati.

“Terima kasih.”

Tentu saja William tahu ucapan terima kasih ini untuk ide yang ia ingatkan, ia berkata sambil berkata : “Ucapan terima kasih di mulut, tidak terasa niat baiknya.”

Setelah mengatakannya, ia mengetatkan wajahnya dan berbalik untuk pergi.

Bagaimana mungkin Jeanne tidak tahu apa yang ia pikirkan.

Jeanne segera menariknya, lalu dengan satu langkah besar mendaratkan ciuman di bibir William.

Dan ciuman kecil ini bagaimana mungkin bisa memuaskan William.

Dai langsung merangkul Jeanne yang hendak melarikan diri, mengunci kepalanya dan menciumnya lebih dalam lagi.

Bibir keduanya saling bertautan, keharuman Jeanne membuatnya semakin bersemangat.

Dia tidak berhenti menciumi Jeanne sampai hampir kehabisan nafas dan terengah-engah.

Dan ketika ia melepaskannya, sekujur tubuh Jeanne sudah lemas dan wajahnya merah padam.

Wajahnya yang malu-malu hampir saja membuat jiwa liar William bangkit.

Untungnya ia berhasil mengontrolnya.

Dia merangkul Jeanne turun kebawah.

“Tuan muda.”

Moli menyapa William dengan senang.

Namun ketika pandangannya mendarat di Jeanne, wajah bahagianya seketika hilang, hatinya bagai tertusuk-tusuk.

Melihat ekspresi Jeanne, bagaimana mungkin dia tidak tahu apa yang mereka lakukan diatas.

Dan karena ia tahu, rasa iri dalam hatinya semakin memuncak.

Kenapa, kenapa setelah begitu banyak kejadian yang terjadi, tuan muda masih saja begitu baik pada wanita ini?

Dia mengepalkan tangannya dengan erat, berusaha menahan emosinya meledak.

William tidak menyadarinya, ia mengangguk dengan dingin sambil membawa Jeanne menuju ruang makan.

Setelah duduk Jeanne baru kembali kekenyataan.

Melihat pria tampan didepannya, bagaikan habis menghisap madu, rasanya begitu manis.

Keduanya makan sambil mengobrol dengan santai.

Namun akhirnya entah kenapa topiknya berubah kearah pekerjaan di kantor, Jeanne bertanya : “Hari ini pulang begitu cepat, apakah masalah kali ini sudah hampir selesai?”

William mengangguk : “Sudah hampir selesai, progresnya cukup lancar.”

Mendengar ucapan ini, rasa khawatir dalam hati Jeanne berkurang banyak, dia teringat pada Keluarga Munica yang menjadi musuh keluarga Sunarya sekarang, lalu bertanya.

“Apakah Keluarga Mu masih mengincar kita?”

William mengangguk : “Kondisi terbaru perusahaan mereka terus berusaha menaikkan harga saham perusahaan incaran mereka.”

Jeanne mengkerutkan alis : “Dinaikkan berapa?”

“Untuk sementara harganya sudah menembus angka 250.000, berdasarkan cara mereka menaikkan harga, kelihatannya harganya masih bisa naik.”

William menjawab dengan nada serius.

Mendengar ini Jeanne tidak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar.

Meskipun ia tidak mengerti masalah keuangan, namun ia tahu garis besarnya.

“Begitu menaikkan langsung setinggi itu, dana yang dikucurkan tidak sedikit, apakah mereka tidak takut akan berakhir pailit?”

William juga entah terpikirkan apa, ia berkata dengan mata bersinar : “Mungkin mereka berpikir kalau mereka tidak mungkin kalah.”

Jeanne mendengar ucapannya langsung mengerti.

Benar juga, siapapun yang melihat pasti merasa gabungan serangan dari Keluarga Munica dan Keluarga Sinarmas yang bersamaan ini, pasti akan membuat Keluarga Sunarya tidak sanggup melawan mereka.

Namun kenyataannya tidak seperti itu.

Jeanne berpikir sejenak, lalu menghela nafas : “Dulu ketika baru mengenal Sierra, aku tidak menyangka kedua keluarga bisa bermusuhan sampai seperti ini.”

William melihat sikapnya, terlihat bingung harus bagaimana.

“Bagaimanapun aku melihat, kenapa aku tetap merasa kamu sedang bersimpati pada Sierra?”

Jeanne seperti tersumbat, tidak tahu harus mengatakan apa lagi.

Memang ada rasa simpati, namun ia lebih merasa apa yang Sierra lakukan hanya membohongi dirinya sendiri.

Bagaimanapun masalah perasaan tidak akan bisa dipaksakan.

Dia suka, tidak, mungkin saja mencintai William, namun tidak seharusnya menghalalkan segala cara untuk menekannya.

Hubungan yang didapatkan dari hasil paksaan, bukanlah cinta, melainkan penyiksaan.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu