Wanita Pengganti Idaman William - Bab 426 Tidak Tahu Malu

William melihat penampilan Jeanne yang patuh, hati bangkit suatu perasaan bersalah.

Dia menggandeng tangan Jeanne duduk di ruang makan, melambai tangan membiarkan kepala pengurus rumah menghidangkan makanan, berkata dengan nada suara menenangkan: “Masalah anak, kamu jangan stres, secara alami saja.”

Jeanne mencibir, tetap mengangguk tanpa berkata.

William juga tidak peduli, karena dia sudah menyuruh Kepala pengurus rumah menghentikan sup herbal dari rumah utama sebelumnya.

Memikirkan ini, dia memegang erat tangan Jeanne, tersenyum berkata: “Beberapa lama ini terjadi banyak masalah dan kamu juga terluka, mulai sekarang kamu merawat diri yang baik, aku percaya tidak lama kemudian pasti akan mengandung, kalau tidak aku akan berusaha lagi.”

Perkataan sampai akhir, dia menatap Jeanne dengan penuh bermakna.

Jeanne tentu mengerti maksud dari perkataannya, wajahnya melintasi ekspresi tegang, dan mulai memerah.

“Pagi-pagi sudah bersikap nakal, tidak tahu malu!”

Dia memelototi William dengan marah, meskipun wajahnya sudah lega namun hatinya masih terasa tidak nyaman.

Tidak ada yang lebih jelas daripada dirinya, dia tidak mungkin dapat mengandung.

Dia juga masih makan obat penahan kehamilan yang diantar Nyonya Thea di dalam sup herbal atas nama kakek.

Dan semua ini tidak diketahui William, dia melihat senyuman di wajah Jeanne, kekesalan dalam hatinya barulah terlepaskan.

Kemudian keduanya makan bersama dengan harmonis.

Setelah makan, William duluan mengantar Jeanne ke perusahaan, lalu baru memutar arah menuju perusahaan William.

Hari ini pergi ke perusahaan, karena Jeanne ingin membuat sampel dari gambar desain.

Setelah selesai memilih bahan kain, dia selalu sibuk di dalam kantor, bahkan lupa untuk makan siang.

Kalau bukan William yang meneleponnya, dia diperkirakan masih sibuk bekerja.

“William, ada apa?”

Jeanne mengangkat telepon dengan penuh senyuman.

“Sudah makan?”

Terdengar suara William yang lembut di dalam telepon.

Jeanne tanpa sadar mengeluarkan lidahnya, dia takut diomeli William, jadi membohonginya dengan niat kebaikan: “Sudah makan!”

William tidak tahu dia sedang berbohong, mendengar ini alisnya meregang, dan mengatakan masalah serius: “Bagus kalau sudah makan, aku tiba-tiba harus keluar kota melakukan perjalanan bisnis, sekitar seminggu, ketika aku tidak berada di rumah kamu harus menjaga baik dirimu. Aku akan menyuruh Moli melindungimu.”

Jeanne mendengar ini, senyuman di wajahnya tertegun.

“Perjalanan bisnis.....aku tahu, aku akan menjaga baik diriku, kamu juga harus memperhatikan kesehatanmu, makan yang teratur.”

Meskipun Jeanne kecewa, tetapi juga mengingatkannya dengan perhatian.

Keduanya mengobrol sebentar di telepon, William memiliki sesuatu yang harus ditangani, terpaksa harus memutuskan panggilan.

Jeanne memegang erat ponselnya, terpikir seminggu selanjutnya tidak bertemu William, tiba-tiba terasa melakukan apapun serasa ada yang salah.

Dia melihat pada bentuk sampel di sebelahnya yang belum selesai, menghela napas, dan memaksa dirinya untuk kembali semangat terus bekerja.

Dan kesibukan ini berlangsung sampai sore, waktu pulang kerja.

Setelah mengemas dia meninggalkan perusahaan, dan terlihat Moli yang berdiri di tepi jalan.

Karena sebelumnya William telah memberitahunya di dalam telepon, jadi Moli datang mengantar jemput dirinya, dia juga tidak menolak.

Tetapi dirinya tidak menolak, tidak berarti Moli juga tidak menolak.

Moli menunggu Jeanne mendekati, wajahnya cemberut dan masuk ke dalam mobil.

Jeanne melihat situasi ini, alisnya berkerut, meskipun tidak nyaman, dia tetap masuk ke mobil.

Awalnya dia berencana memberitahu Moli tidak perlu datang kalau tidak ingin menjemputnya, siapa sangka kata-katanya belum sempat dikatakan, ponsel di tubuhnya berdering lagi.

Ketika mengeluarkan ponselnya, melihat nomor yang muncul di layar ponsel, dia mencibir dan mengangkat.

“Ada apa?”

Nada suara yang dingin keluar dari mulutnya, membuat Moli yang di depan terasa kaget.

Diam-diam dia mengamati Jeanne melalui kaca spion, dia ingin mengetahui panggilan dari siapa.

Jeanne tidak memperhatikan tatapannya, seluruh tubuhnya konsen menghadapi Julian yang di dalam telepon.

Benar, panggilan ini ditelepon oleh Julian, dia ingin Jeanne kembali.

“Apa yang tidak boleh dibicarakan dalam telepon?”

Jeanne tidak ingin kembali, berdasarkan pengalaman sebelumnya, dia mengetahui tidak akan ada hal baik.

Tentu saja, alasan di begitu menolak, karena takut Julian memberitahunya berhenti kerja sama.

Sayangnya kekhawatirannya, Julian sama sekali tidak tahu.

Mendengar Jeanne menolak, Julian penuh dengan ketidaksabaran, berkata dengn nada rendah: “Akumeyuruhmu kembali, kamu cukup kembali, untuk apa banyak beromong kosong? Atau kamu tidak ingin mengetahui kondisi Ibumu?”

Jeanne menggerakan bibirnya, dia tentu ingin mengetahui kondisi ibunya.

Akhir-akhir ini meskipun Julian tidak mencarinya, dia merasa senang dan santai, namun kekhawatiran dalam hatinya tidak berkurang.

“Aku tahu, aku akan pergi sekarang.”

Akhirnya, dia setuju.

Dia mengambil ponsel yang telah ditutup, matanya penuh kekhawatiran.

Tidak tahu untuk apa Pria ini memanggilnya ke sana.

Hatinya mengkhawatirkan, tetapi tidak lupa menyuruh Moli memutar arah.

Ketika Moli mendengar pergi ke rumah Julian, sudut mulutnya sedikit mencibir, tetapi lebih banyak keraguan.

Meskipun waktu dia kembali agak pendek, namun masalah dan orang yang berhubungan dengan Tuan dia mengetahuinya dengan jelas.

Di luar tersebar hubungan Jessy dan ayahnya sangat baik, tetapi mendengar nada suara keduanya berbicara, terasa agak kaku.

Dia memikirkan dan matanya bersinar, sudut mulutnya juga terangkat senyuman yang penuh makna.

Belasan menit kemudian, keduanya tiba di rumah Julian.

Julian tahu Jeanne diantar oleh orang keluarga William, untuk menunjukkan hubungan pasangan ayah dan putri yang baik, dia sengaja menyambut di luar pintu.

“Jessy, kamu telah kembali.”

Dia menatap Jeanne turun dari mobil, maju dan menyambut dengan hangat.

Jeanne melihat Julian yang begitu antusias tiba-tiba dia tidak biasa, tetapi segera kembali sadar, dia tahu dia ingin berperan, jadi mengangguk dengan biasa: “Papa.”

Julian mengerutkan kening, sangat jelas tidak puas dengan sikap Jeanne.

Tetapi ketika dia melihat Moli yang turun dari mobil, dengan cepat dia menekan ketidakpuasannya, membawa Jeanne memasuki Vila.

“Kamu jarang sekali kembali, aku sudah menyuruh dapur membuatkan makanan yang kamu sukai, nanti temani papa meminum dua gelas.”

Jeanne tidak berkata, karena dia tahu Julian tidak butuh jawaban.

Perkataan yang dia katakan ini hanya untuk didengar supir keluarga William dan Moli.

Dan kenyataannya memang seperti begitu.

Moli melihat keduanya pergi menjauh, secara alami ingin mengikuti tetapi terhalang oleh kepala pengurus rumah.

“Maaf, Tuan besar kami ingin membicarakan sedikit urusan rumah, tidak nyaman kalau ada orang luar, sudah menyiapkan meja makan di ruang tamu sebelah, kami persilakan Nona ikut ke ruang sebelah.”

Moli mengerutkan kening, melihat Kepala pengurus rumah yang di depan, kemudian melihat ke Jeanne yang telah menjauh, akhirnya setuju.

Mumpung orangnya di keluarga Julian, tidak mungkin akan terjadi sesuatu.

Dan Jeanne mengikuti Julian memasuki ruang tamu, Julian segera menarik jarak dengannya, membiarkannya dan pergi sendirian ke ruang makan.

Jeanne juga tidak peduli, mengikuti di belakangnya, mempertanyakan dengan dingin: “Kamu memanggilku kembali, apa lagi yang ingin kamu lakukan?”

Julian mendengar ini, langkahnya menjadi lambat namun tidak berhenti: “Selesai makan baru kita bicarakan lagi.”

Jeanne mengerutkan kening, tidak tahu mengapa, samar-samar hatinya terasa tidak tenang.

Dia melihat sosok punggung Julian yang hampir hilang, akhirnya menggertakkan giginya mengikuti.

Pada saat ini, di atas meja telah dipenuhi hidangan, hal yang membuat Jeanne kaget adalah semua makanan-makanan itu kesukaannya, bukan selera Jessy.

Dia terkejut, dan ketidaktenangan dalam hatinya semakin membangkit.

Novel Terkait

Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu