Wanita Pengganti Idaman William - Bab 491 Harus Membunuh Mereka

Jeanne selesai bicara kalimat ini sebenarnya langsung menyesal.

Secara logika bicara, saat William bilang bicara baik-baik, Jeanne seharusnya langsung ikut dan menjelaskan secara jelas salah pahamnya.

Tapi tidak tahu kenapa, kalimat di bibirnya itu langsung berubah jadi nada bicara yang muncul secara sembarang karena merasa disalahkan.

Mungkin, karena kata-kata yang mencabik hati, yang William sebelumnya katakan, membuat Jeanne sulit lupa.

William juga sudah menebak, matanya terlihat kesal, meraba bibir dan jalan ke hadapan Jeanne.

“Aku tahu sebelumnya aku bicara sangat banyak kata-kata yang keterlaluan, aku minta maaf padamu, waktu itu aku kacau karena marah.”

“Kacau karena marah langsung boleh bicara kata-kata yang keterlaluan itu ya?”

Jeanne matanya memerah mempelototi William, matanya terlihat sangat disalahkan.

William hanya merasakan jantungnya seperti diremas sebuah tangan besar yang tidak berbentuk, sangat sedih.

William menarik Jeanne ke pelukannya dan menenangkan dan berkata: “memang aku yang salah, tidak seharusnya bicara kata-kata yang keterlaluan itu.”

Jeanne malu, malah dipeluk erat William.

“Jangan bergerak, biarkan aku peluk sebentar, aku sudah beberapa hari tidak peluk kamu.”

Suara yang lelah, membuat Jeanne jadi ragu.

Jeanne membiarkan William memeluk, dirinya sendiri tidak penah begitu kangen pelukan ini.

Hawa di kamar, berubah jadi agak tenang.

Tak tahu juga berapa lama, William baru melepaskannya.

William meluruskan Jeanne, membiarkan Jeanne melihat William, bicara soal awal mula konflik mereka berdua.

“Aku tahu kamu dan Moli bermasalah, juga karena ini muncul banyak salah paham, sangat tidak puas pada Moli, tapi Moli sudah sangat lama mengikuti aku, biasanya awalnya selalu berpikir demi aku, mungkin saja beberapa cara kerjanya tidak benar, membuatmu tidak senang, menyinggungmu, kamu sebenarnya juga tidak perlu hitungan dengannya, kamu itu majikan, Moli hanya seorang pengawal.”

Hati Jeanne agak dingin.

Jeanne awalnya mengira William mau memberi Jeanne penjelasan, akhirnya malah berakhir seperti ini.

“Apa Moli menganggap aku sebagai majikan?”

Jeanne tertawa dingin dan mendorong William.

Mungkin saja di matanya William, Moli itu bawahan yang kompeten.

Tapi Jeanne tahu jelas, Moli sama sekali bukan bermaksud atasan dan bawahan saja, bahkan demi ini di belakangnya juga tidak tahu sudah berbuat berapa banyak hal yang menyusahkan hidup Jeanne.

Lupakan saja kalau biasanya Moli sangat menjengkelkan, kali ini bahkan mencemarkan Jeanne di depan Nyonya Thea.

Terutama setiap kali William kena masalah, menghilang, wanita ini selalu sengaja tidak memberitahu Jeanne, membuat Jeanne takut dan selalu was-was, sekarang bahkan menggunakan kesempatan mereka tidak ada, berani masuk ke kamar tidur.

Bisa dibilang, hati Moli, dari awal sudah terlalu jelas.

Jeanne kesal dan sangat ingin membicarakan semua ini, tapi pada akhirnya, Jeanne tetap jadi tenang.

Bukannnya Jeanne tidak mau buat perhitungan, tapi Jeanne tahu, Jeanne bicarapun William juga tidak akan percaya, paling banyak ya setengah percaya setengah ragu.

William memegang alisnya melihat wajah Jeanne yang berubah-ubah, seperti berjanji William berkata: “kamu adalah majikannya Moli!”

Jeanne mengangkat ujung bibirnya mencemooh.

Mata William mendalam, “kenapa, merasa yang aku katakan itu salah?”

Jeanne dengan pasti melihat William sekilas, benar atau tidak, dalam hati Jeanne sebenarnya sudah ada hasilnya.

Jeanne juga tidak ingin bermasalah soal ini lagi dengan William, karena masalah di antara mereka sama sekali bukan ini.

“Masalah ini aku bisa tidak memperhitungkan, tapi aku tanya kamu, aku sama Moli, sebenarnya kamu percaya siapa?”

“Tentu saja aku percaya kamu.”

William menjawab setelah berpikir, Jeanne malah tersenyum.

“Percaya aku?”

“Kamu tidak percaya?”

“Aku memang tidak bisa percaya, kalau kamu percaya aku, pada awalnya langsung tidak akan karena 2-3 kalimat mereka lalu salah paham padaku, bahkan tidak memberiku kesempatan menjelaskan.”

Jeanne mengedipkan matanya dengan kejam, memaksa masuk air matanya yang hampir keluar dari matanya.

Jeanne melihat William yang agak terdiam, tidak mempedulikan lagi, berbalik badan mengambil barang yang ia bereskan, bersiap pergi.

William menyadari pergerakan Jeanne, refleks menarik dan menahan pergelangan tangan Jeanne, “kamu mau kemana?”

Jeanne baru mau memberontak, telepon genggamnya berdering.

Jeanne melihat sekilas William, mengeluarkan telepon genggam menyadari itu nomor telepon asing.

“Wanita bodoh, kenapa kamu belum pulang? Mau membuat Tuan Muda mati kelaparan ya?”

Telepon tersambung, langsung terdengar suara Willy mengaum.

Jeanne mengernyitkan alis, dengan agak merasa bersalah melihat William sekilas.

William tidak mendengar dengan jelas, ditambah lagi suaranya melalui HP, agak berubah, membuat William tidak menyadari yang telepon itu seorang pria.

William melihat Jeanne dengan wajah tanpa ekspresi, semakin membuat Jeanne gugup dan takut.

“Hei, wanita bodoh, bicara!”

Willy tidak dapat respon, melihat sekilas telepon genggam dengan aneh.

Jeanne kembali sadar, matanya terlihat tidak sabar, “aku tidak ada waktu untuk pulang, kalau kamu lapar langsung pesan makanan dari luar sendiri saja!”

Jeanne selesai bicara, langsung menutup telepon.

……

Di saat yang sama, di kota lama.

“Wanita bodoh ini tanpa disangka berani menutup teleponku!”

Willy terdiam sambil melihat telepon genggam, lama sekali baru merespon, pandangannya berpindah dan tertuju pada meja yang penuh dengan makanan enak.

Ini Willy sendiri……telepon dan suruh koki hotel bintang 5 khusus antarkan!

Awalnya masih ingin menghargai wanita itu dengan makanan dan minuman, akhirnya wanita itu tidak tahu terima kasih, menutup teleponnya pula.

“Tidak pulang ya sudah, aku makan sendiri!”

Willy dengan tidak bersemangat berjalan sendirian ke depan meja, sedang bersiap duduk dan makan, masuk seorang pria dari luar.

Ini bawahan Willy, setelah Jeanne pergi tidak berapa lama, langsung menghubungi.

“Tuan Muda, Tuan Besar suruh aku tanya kapan anda pulang?”

Gerakan Willy mengambil lauk terhenti sejenak, menekan alisnya dan berkata: “aku sementara tidak pulang, tinggal di sini beberapa hari.”

“Tapi di sini sangat tidak aman, Tuan besar tidak akan setuju, lagipula Tuan besar sangat mengkhawatirkan Anda, berharap Anda sesegera mungkin pulang.”

“Bukannya aku sudah menghubunginya? Khawatir apa dia? Ditambah lagi, sekarang juga bukan waktu yang pas untuk aku pulang.”

Willy sambil bicara, menyipitkan matanya dengan bahaya, sampai muncul aura jahat di sekeliling tubuhnya, “Aku sampai setua ini belum pernah diperlakukan begitu, periksa, sebenarnya siapa yang berani berbuat seperti ini, tunggu sampai diperiksa jelas, aku pasti membunuh mereka.”

Pria itu tahu Tuan Mudanya emosinya sepenuhnya terpicu, mengangguk, “aku paham.”

Willy menghembuskan nafas dengan pelan, lalu seperti terpikir apa lagi, memerintah lagi dengan berkata: “omong-omong, kamu suruh orang periksa siapa wanita itu, hari itu kenapa dia bisa kebetulan lewat di gang itu.”

Pria itu mengangguk, berbalik badan pergi .

……

Kediaman Sunarya, setelah Jeanne ditahan William, langsung tahu malam ini Jeanne tidak mungkin bisa pergi.

Mereka berdua berpisah dengan tidak senang, seluruh rumah baru terselubungi dengan tekanan.

Jeanne awalnya bertindak secara reflek merasa tersalahkan dan mengunci diri di rumah baru, tapi kemudian setelah tenang, baru tidak bisa menahan diri dan menyesal.

Jeanne bisa melihat, William juga ingin mengurus masalah di antara mereka berdua, hanya saja sama sekali tidak tahu inti masalah mereka berdua.

Jeanne berpikir macam-macam, waktu juga tanpa terasa sudah malam.

William selesai mengurus kerjaan kembali ke kamar.

Jeanne tahu William sudah kembali, sepenuhnya mau tidak mau jadi kaku, refleks ingin pura-pura tidur, ingin menghindari.

Gerakan kecil Jeanne tidak lepas dari pengawasan mata William, William melihat sekilas Jeanne dalam-dalam, tidak membuka kedok Jeanne, berbalik badan pergi ke kamar mandi.

Tidak lama kemudian, dari dalam kamar mandi terdengar suara air, suara aliran airnya membuat hati Jeanne kacau.

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu