Wanita Pengganti Idaman William - Bab 333 Anda Ingin Mengusir Saya

Sekarang Jeanne juga tiba-tiba mengerti suatu hal.

Sebelumnya Moli memaksanya tetap tinggal, sama sekali bukan karena panik ingin menolong William, melainkan menginginkan dia mati!

Mengingat hal ini, ada hawa dingin yang terpancar dari mata Jeanne.

Dia memaksa dirinya untuk tenang, berjongkok disudutan, menunggu sampai Musa selesai melampiaskan semuanya, dan sudah sepenuhnya pergi, ia baru menghela nafas panjang sambil duduk terjatuh di lantai.

Angin sepoi-sepoi bertiup, membuatnya tiba-tiba mengigil.

Sekarang dia baru sadar punggungnya dibasahi oleh keringat dingin yang entah sejak kapan mengucur.

Dia istirahat sebentar, menunggu orang Hans datang.

Namun entah sudah berapa lama ia menunggu, tidak ada seorangpun yang datang, hatinya mulai panik, terutama mengingat luka yang dialami William.

Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu 10 menit lagi, jika dalam 10 menit Hans tidak muncul, maka ia akan pergi sendiri.

Lalu Jeanne menunggu kurang lebih 10 menit namun masih juga tidak melihat kedatangan Hans, ia pun tidak berencana untuk menunggu lagi, ia berlari kearah yang berlawanan dengan arah Musa pergi.

Melihat jalanan di senja hari hanya ada dia seorang yang berlari, sekeliling yang tenang membuat hatinya yang berdebar terdengar begitu jelas.

Seharusnya tempat yang begitu sunyi membuat Jeanne merasa ketakutan, namun yang ia khawatirkan sekarang hanyalah William, ia sama sekali tidak mempedulikan semua ini.

Dan entah sudah berlari berapa lama, ketika ia sudah terengah-engah sampai tidak sanggup berlari lagi, akhirnya ia melihat ada beberapa mobil di kejauhan.

Ia terlihat sangat senang, dan tanpa berpikir panjang ia langsung berlari menghampiri.

Supir yang mengendarai mobil melihat orang yang tiba-tiba muncul, Hans yang duduk disamping supir juga langsung mengenali Jeanne ketika melihatnya muncul.

“Berhenti!”

Matanya terbelalak, bawahan yang menyetir segera menginjak rem.

Dan bisa dikatakan teriakan Hans ini tepat waktu.

Mobil berhenti tepat sebelum menyentuh lutut Jeanne.

Jeanne mendengar suara rem yang memekakkan telinga, lalu merasakan sentuhan ringan di lututnya, wajahnya langsung pucat pasi.

Sekarang dia sangat menyesal sikap gegabahnya tadi.

Jika bukan supir yang mengendarai mengerem tepat waktu, sekarang dia pasti sudah terpental.

“Nyonya muda, anda tidak apa-apa?”

Hans segera tersadar, ia buru-buru turun dari mobil dan bertanya dengan panik.

Jeanne mendengar suaranya, baru sadar dan mendongak, “Hans!”

Dia merasa tenang, ia menggenggam erat tangan Hans dengan panik, berkata dengan cemas : “Aku tidak apa, cepat cari Moli, William terluka.”

Mendengar ucapan ini, wajah Hans langsung menjadi serius.

……

Disaat bersamaan, rumah sakit pribadi dibawah naungan Group Sunarya.

Moli mengebut mobil untuk mengantarkan William masuk UGD.

Dokter dan suster sudah mendapat perintah dari atasan untuk menjaga rahasia selama proses pengobatan.

Mereka mengeluarkan peluru yang bersarang di bahu William, lalu menjahit lukanya, setelah itu baru mengantarkan orangnya keluar.

“Bagaimana kondisi tuan muda?”

Moli melihat William didorong keluar, langsung mneghampiri dan bertanya.

“Presdir sudah melewati masa kritis, pelurunya sudah dikeluarkan, setelah efek obat biusnya habis ia akan sadar.”

Dokter menjawab dengan jujur, Moli merasa sangat lega.

Moli membantu suster membaringkan William dengan benar diatas ranjang apsien, lalu ia tetap tinggal didalam ruangan pasien untuk menjaga William.

Meskipun William yang terbaring di ranjang pasien terlihat pucat dan mengkerutkan alisnya, namun itu semua sama sekali tidak memperngaruhi ketampanannya, malah terlihat tetap tampan untuk ukuran orang sakit.

Moli menatapnya cukup lama sampai terlena oleh ketampanannya.

Satu jam kemudian, obat bius William perlahan hilang.

Bulu matanya bergerak perlahan, seketika tatapannya terlihat bingung.

“Tuan muda, anda sudah sadar!”

Moli melihat dia sadar, buru-buru menunduk dan memperhatikannya : “Lukanya masih sakit? Perlu saya panggilkan dokter?”

William menatapnya, tatapan bingungnya langsung menghilang, langsung berubah jadi serius.

Dia tidak mempedulikan Moli, langsung berontak untuk bangun dari ranjangnya.

“Tuan muda, apa yang anda lakukan?”

Moli melihatnya seperti itu, segera mencegahnya.

“Minggir!”

William mendorongnya dengan tegas, lalu berniat mencabut jarum infus ditangannya.

Moli panik, ia segera menahan tangan William.

“Tuan muda, tidak boleh dicabut!”

“Minggir! Jangan mencegahku mencarinya!”

William menepisnya keras sambil membentaknya.

Moli langsung mengerti, tuan mudanya berencana mencari Jessy, rasa iri kembali membanjiri hatinya, namun ia tetap menahan semua perasaan itu dan membujuknya.

“Tuam muda, nyonya muda tidak akan kenapa-kenapa, barusan Hans sudah menelepon, dia sudah menemukan nyonya muda!”

Setelah William mendengar perkataan ini, ia pun berhenti memberontak.

Dia menatap Moli dengan tajam dan dingin, berkata dengan penuh kemarahan : “Moli, apakah karena aku terlalu memaklumimu, sehingga membuatmu melupakan statusmu!”

Mendengar ucapan ini, Moli tersentak.

Dia tahu tuan mudanya ingin membuat perhitungan dengannya mengenai hal yang tadi.

Kenyataannya memang begitu.

Meskipun sebelumnya William pingsan, namun kesadarannya masih ada.

Dia mendengar pecakapan mereka berdua dengan jelas.

“Meninggalkan Jessy ditempat seperti itu, beraninya kamu?”

Menghadapi pertanyaan William yang begitu tegas, Moli menggigit bibirnya, “Ketika itu aku melihat tuan…….”

Dia ingin menjelaskan, namun belum selesai mengatakannya, William sudah memotong ucapannya.

“Aku tidak ingin mendengar alasan apapun, setelah misi kali ini selesai, aku mau kamu pergi keluar negeri, jangan sampai aku melihatmu lagi!”

Moli mengangkat kepala dengan sangat terkejut, tatapannya penuh dengan rasa tidak percaya, wajahnya langsung menjadi pucat.

“Tuan, anda ingin mengusir saya?”

Begitu ucapan ini terlontar, Jeanne masuk dari luar dengan tergesa-gesa.

“William!”

Melihat William yang sudah sadar, rasa khawatir yang menghantuinya akhirnya bisa menghilang.

William melihatnya baik-baik saja juga merasa tenang.

“Kamu tidak terluka?”

William bertanya dengan penuh perhatian.

Jeanne menggeleng menandakan ia baik-baik saja.

Tiba-tiba ia teringat luka ditubuh William, bertanya dengan khawatir : “Bagaimana denganmu, dimana yang terluka?”

William tidak ingin membuat Jeanne khawatir, tersenyum sambil berkata : “Yang penting kamu baik-baik saja, hanya luka kecil, kamu tidak perlu khawatir.”

Moli mendengar ucapan ini, ia merasa tidak setuju.

Dia membuka mulut ingin mengatakan sesuatu, namun melihat lirikan tanda peringatan yang dilemparkan William, sekujur tubuhnya langsung gemetar, perkataan yang sudah diujung lidah akhirnya ia telan kembali.

Tentu saja Jeanne juga melihat gerakan mereka berdua.

Dia tahu William tidak ingin ia khawatir, sehingga dia tidak lagi bertanya, melihat wajahnya yang masih pucat, keningnya juga masih mengeluarkan keringat dingin, ia memapahnya dengan perasaan perih keatas ranjang untuk berbaring.

“Jika terluka, berbaring dan beristirahatlah, jangan memaksakan diri.”

William mendengar ucapan yang dikatakan Jeanne dengan penuh perhatian, ekspresi dingin diwajahnya perlahan memudar, lalu berbaring sambil tersenyum.

Jeanne melihatnya begitu menurut dan langsung berbaring, ia pun bangkit berdiri, melihat Moli yang masih berada diruang pasien, alisnya mengkerut.

“Sedang apa kamu masih berdiri disana? Tidak lihat kalau William ingin istirahat? Keluar!”

Mendengar ucapan ini, ekspresi Moli kembali terlihat buruk.

Dia membuka mulut hendak melawan, namun mengingat William.

Akhirnya ia hanya bisa melihat kearah William, berharap William bisa membiarkannya tetap disana.

Namun William sama sekali tidak menghiraukannya, tatapannya lurus tertuju kearah Jeanne.

Seketika ekspresinya sangat buruk hingga titik paling maksimal, rasa iri membakar seluruh hatinya, namun apa daya, ia hanya bisa berbalik dan pergi.

Dia keluar dari ruang pasien, ia tidak rela pergi begitu saja, ia menatap pintu kamar pasien cukup lama.

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu