Wanita Pengganti Idaman William - Bab 355 Berperan Sebagai Ayah Yang Baik

Ketika William sampai di stasiun kereta api, keadaan disana sudah dibereskan oleh Julian.

Disana ada banyak orang yang sedang membicarakan mengenai hal yang baru saja terjadi, sedangkan tempat di mana Jeanne terluka, juga sedang dibersihkan oleh bibi petugas kebersihan.

Tetapi udara di sekelilingnya masih samar-samar tercium bau amis darah.

"Hans, coba kamu cari tahu apa yang baru saja terjadi disini, sekalian suruh orang untuk memeriksa rumah sakit mana saja yang baru saja menerima pasien dalam keadaan terluka."

William mendengar pembicaraan di sekitarnya, lalu saat dia melihat bekas darah yang berwarna gelap itu, dia memerintahkan Hans dengan mata yang terlihat muram.

Hans menuruti perintah William, dia segera menyuruh bawahannya, setelah itu dia juga berjalan ke arah kerumunan orang.

Saat Moli melihat punggungnya yang menjauh, hatinya yang penuh dengan racun sangat berharap kalau orang yang terluka itu adalah Jeanne.

Di saat yang bersamaan, Julian yang ikut dengan mobil ambulans juga sudah tiba di rumah sakit.

Jeanne dikirim ke UGD untuk diselamatkan.

Di tubuh Jessy juga ada beberapa luka, setelah diobati, dia langsung melangkah ke koridor.

"Pa, bagaimana dengan wanita itu?"

Saat Julian melihatnya datang, dia tidak menjawab pertanyaannya, sebaliknya dia malah memeriksa tubuh Jessy dengan penuh perhatian.

"Bagaimana denganmu? Apakah dokter sudah memeriksamu?"

"Aku sudah diobati sebentar, barusan aku mendapatkan informasi kalau William sedang kemari, jadi aku tidak bisa lama-lama berada di sini."

Saat dia melihat Julian tidak menjawab pertanyaannya, dia juga tidak bertanya lagi, dia membicarakan hal yang lain.

Saat Julian mendengar William mau datang kemari, dia mengerutkan keningnya.

"Saat ini kita tidak boleh membiarkannya melihat dirimu, begini saja, aku akan mengirimmu pergi ke rumah sakit perusahaan kita terlebih dahulu, kamu periksakan dirimu disana dengan baik, pastikan tidak ada masalah apa pun."

Jessy tidak menolak.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu."

Tidak lama setelah Jessy pergi dari sana, William sudah sampai di rumah sakit.

Dia bergegas melangkah ke depan UGD, saat dia melihat lampu merah yang tergantung di depan ruang gawat darurat menyala, wajahnya langsung muram, dia menatap Julian dan bertanya : "Bagaimana dengan Jessy?"

Saat Julian melihat wajahnya yang cemas, matanya terlihat bersinar : "Masih belum tahu, dokter sedang menyelamatkannya."

Saat William mendengar suaranya yang tenang, dia selalu merasa ada hal yang tidak beres, tetapi saat ini dia tidak sempat mempedulikan hal ini, dia bertanya sekali lagi.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Jessy bisa terluka?"

Julian tentu saja tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, dia berbohong : "Aku mendapatkan informasi kalau orang-orang itu membawa Jessy dan ingin membawanya pergi dengan menggunakan kereta api, karena itu aku segera membawa orang-orangku kesana, ingin menghentikan mereka, tetapi aku tidak menyangka kalau orang-orang itu sangat hebat, mereka menangkap Jessy dan mengancam kami, aku juga tidak berdaya, hanya bisa berusaha menyelamatkan Jessy, kami juga tidak menyangka kalau mereka akan menusuk Jessy demi menghalangi kami untuk mengajar mereka."

Setelah William mendengarnya, wajahnya benar-benar berubah sangat muram.

Julian berpura-pura tidak melihatnya, dia terus berkata : "Tetapi kamu tenang saja, aku sudah menyuruh orang untuk terus melacak mereka, aku juga sudah lapor polisi, mereka pasti tidak akan bisa kabur."

William hanya meliriknya, dia tidak yakin terhadap orang-orangnya.

"Hans, kamu bawa orang untuk membantu pihak kepolisian, kamu harus menangkap mereka semua!"

Dia memerintahkan dengan suara yang keras, seluruh tubuhnya penuh dengan aura membunuh.

Karena orang-orang ini sudah melukai Jessy, maka dia tidak berencana untuk melepaskan mereka dengan mudah.

Hans menuruti perintahnya, dia segera pergi untuk mengirim orang membantu pihak kepolisian.

Saat Moli melihat William yang terlihat penuh dengan aura yang mengancam, hatinya dipenuhi dengan iri hati.

Dia menatap lurus kearah ruang gawat darurat, sangat berharap Jessy segera mati di atas meja operasi.

Tidak tahu apakah karena doanya berhasil.

Dia melihat pintu ruang gawat darurat yang dari tadi tertutup dengan erat tiba-tiba terbuka, suster bergegas keluar dari dalamnya.

"Siapa yang merupakan keluarga dari pasien?"

"Saya!"

William melangkah maju dengan suara yang berat.

Julian terlambat selangkah, matanya menatap punggung William dengan tatapan yang dalam.

"Apa yang terjadi kepada pasien yang di dalam?"

William sama sekali tidak memperhatikan keanehan Julian, dia menatap suster dan bertanya dengan cemas.

"Luka pasien sangat dalam, rahimnya hampir saja tertusuk, saat ini pasien kehilangan banyak darah."

Suster memberitahu keadaan Jeanne, sekaligus dia juga tidak lupa tujuannya keluar dari sana, "Saat ini rumah sakit kekurangan pasokan darah dengan golongan darah AB, jika segera dipindahkan ke rumah sakit lain juga butuh waktu satu hari, siapa di antara kalian yang bergolongan darah AB atau O juga boleh, kita harus membuat pasien melewati masa kritisnya terlebih dahulu."

Saat William mendengarnya, tatapan matanya langsung mengarah kepada Julian.

"Golongan darahku B, tidak bisa."

Julian mengangkat tangannya dengan tidak berdaya.

William hanya bisa mengarahkan pandangan matanya kepada Hans dan Moli.

Meskipun demikian, golongan darah mereka berdua juga bukanlah yang suster butuhkan saat ini.

Melihat hal ini, suster tanpa sadar mulai cemas : "Semuanya bukan, bagaimana ini? saat ini sedang dilakukan transfusi darah kepada pasien, jika pasokan darahnya tidak mencukupi, maka besar kemungkinan penyelamatan terhadap pasien akan gagal dikarenakan oleh kekurangan darah."

Setelah mendengarnya, bola mata William terlihat mengencang, bahkan bernafas pun menjadi sulit.

Benaknya dipenuhi dengan perkataan suster soal penyelamatan pasien yang gagal.

Dia tidak berani membayangkan hari-harinya tanpa Jessy kelak.

"Persediaan darah di rumah sakit masih dapat bertahan berapa lama?"

Dia memaksakan dirinya untuk tetap tenang dan bertanya kepada suster.

"Paling lama setengah jam!"

"Baiklah, dalam setengah jam ini, kalian harus berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkannya, setengah jam kemudian, aku akan menyuruh orang untuk mengirimkan kantung darah yang cukup!"

Dia memerintahkan dengan suara yang keras.

Awalnya suster merasa sedikit tidak yakin, tetapi saat melihat cara berpakaian William yang tidak seperti orang biasa, dia mengangguk dan masuk ke dalam ruangan penyelamatan.

Setelah William melihatnya masuk ke dalam ruang penyelamatan, dia berteriak : "Hans, segera gunakan seluruh kemampuan dari keluarga Sunarya, dalam waktu setengah jam, aku mau melihat kantung darah yang cukup!"

Hans tahu kalau keadaannya sangat serius, dia tidak berani berlama-lama, setelah mendapatkan perintah dia langsung melaksanakannya.

Saat Moli melihat demi menyelamatkan Jessy, William tidak segan-segan menggunakan seluruh pengaruh dari keluarga Sunarya, rasa cemburu di hatinya serasa ingin membeludak keluar.

Dia mengepalkan tangannya dengan sangat erat, kuku-kukunya terasa menusuk telapak tangannya, rasa sakit inilah yang membuatnya mampu tidak menunjukkan emosinya.

Kenapa wanita itu begitu beruntung, meskipun sudah seperti ini, dia tetap belum mati juga?

Dia menggerutu di dalam hatinya, tidak ada yang menyadari ada yang aneh dengan ekspresinya.

Selama setengah jam berikutnya, mereka bisa dibilang seperti sedang melakukan lomba lari dengan malaikat maut.

Untungnya Hans dapat melaksanakan tugasnya, dalam waktu setengah jam, dia menggunakan pesawat pribadi keluarga Sunarya untuk mengantar kantong darah yang dibutuhkan, karena itulah penyelamatan Jeanne dapat berhasil.

"Meskipun penyelamatan pasien sudah berhasil, tetapi masih tidak dapat dipastikan apakah lukanya akan mengalami infeksi atau tidak, dibutuhkan pengamatan lebih lanjut."

Dokter keluar dari dalam ruangan penyelamatan dengan Jeanne.

Dia memberitahu keadaan Jeanne secara singkat.

Saat William melihat Jeanne yang terlihat pucat di atas ranjang, hatinya terasa sangat sakit, bahkan dia sangat menyalahkan dirinya sendiri.

Jika saja dia mendapatkan informasinya lebih awal, dan juga tiba di sana lebih awal, maka tidak akan terjadi hal yang seperti ini.

Dia mengantar Jeanne sepanjang jalan sampai ke dalam kamar pasien, sampai suster selesai mengatur semuanya, barulah dia perlahan-lahan merasa tenang kembali.

Julian melihat ekspresinya yang tegang, matanya terlihat sedikit bersinar, lalu dia berkata dengan suara yang berat : "Untung saja Jessy tidak apa-apa, kamu juga tidak perlu khawatir lagi."

William merapatkan bibirnya dan tidak mengatakan apapun.

Julian mengerutkan alisnya, dia sangat tidak senang terhadap pengabaian yang didapatkannya.

Matanya menyapu kearah Jeanne yang sedang terbaring di atas ranjang, kesabarannya perlahan-lahan menipis.

Biar bagaimanapun Jeanne hanyalah sebuah alat bagi dirinya, Jessylah yang benar-benar merupakan putri yang dia sayangi, jika bukan karena wanita ini sekarang menggunakan identitas Jessy, jadi dia perlu berperan sebagai seorang ayah yang baik, dia sudah ingin pergi mencari Jessy dari tadi.

Apakah Jessy saat ini sudah sampai di rumah sakit?

Semakin dipikirkan, dia semakin tidak ingin terus berada disini, jadi dia meminta diri untuk pergi terlebih dahulu.

"Karena Jessy sudah tidak apa-apa, besok aku akan datang kembali untuk melihatnya."

William mengerutkan keningnya, meskipun dia merasa sangat heran, tetapi dia tidak menghentikannya.

Novel Terkait

Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu