Wanita Pengganti Idaman William - Bab 499 Anemia Parah

Keesokkan harinya, Jeanne dan William bangun pagi bersama.

Wajah Jeanne masih tetap pucat dan tidak enak dilihat.

“Aku dengar anak buah Julian datang jemput kamu pulang, begitu malam pulang kesana, untuk apa ?”

William menatap wajah Jeanne dan mencari tahu.

Jeanne terkejut, berusaha menutupi : “ Tidak ada apa-apa.”

“ Tapi muka kamu pucat dari semalam sampai sekarang.” William mengerutkan kening.

Jeanne merasa bersalah, menundukkan kepala dan berkata : “mungkin semalam terkena angin malam,jadi masuk angin, istirahat sebentar juga pulih.”

William menatap wajah Jeanne dengan dalam “ kalau begitu, kamu istirahat dirumah saja beberapa hari ini.”

Jeanne istirahat selama beberapa hari di rumah, tapi keadaannya tidak membaik.

Jeanne tetap lemas, lemah dan pusing.

Malah pada tengah malam hari kedua, Jeanne demam tinggi.

William kaget dan terbangun dengan suara erangan Jeanne, ketika merasakan suhu panas badan Jeanne yang tinggi, lalu membuka matanya Jeanne dan terlihat sangat merah, napas Jeanne tidak teratur, dahinya keluar keringat dingin.

“Jessy, bangunlah.”

“…………….”

Jeanne hanya mengerutkan kening tidak menanggapi.

Wajah William langsung berubah, secepatnya kebawah untuk minta pengurus rumah tangga mengambilkan obat penurun panas.

“Jessy, bangunlah,minum obat ini.”

William membantu Jeanne bangun dan berkata dengan lembut.

Karena demam tinggi, Jeanne masih tidak begitu sadar, semangat untuk bertahan hidup Jeanne masih ada, jadi dia segera minum obat dari William.

Walau begitu, William masih khawatir, mengambil air dingin untuk menurunkan panas.

William melepaskan baju Jeanne, kulit putih Jeanne terlihat semuanya, tapi tentu saja William tidak berpikiran yang tidak-tidak sekarang, fokus membasuh tubuh Jeanne dengan air dingin.

Tidak tahu berapa lama, suhu tubuh Jeanne akhirnya turun juga.

William bernapas lega, sesudah beres-beres, William kelelahan dan tertidur di samping Jeanne.

………………..

Keesokkan paginya, sinar matahari menembus jendela, angin pagi yang segar masuk ke dalam kamar.

Jeanne membuka kelopak matanya, serasa terbangun dari mimpinya.

Walau saat ini masih lemas, tapi sudah ada sedikit semangat.

Ketika Jeanne melihat ke samping, dia terharu melihat William tertidur di sampingnya.

Walau semalam Jeanne demam tinggi, tapi Jeanne tetap tahu kalau William menemaninya terus sepanjang malam.

Tidak tahu apakah karena Jeanne terlalu fokus memandang William, akhirnya William terbangun dan membuka matanya.

“Kamu sudah bangun, masih terasa tidak enak ?”

Suara William masih serak karena baru bangun langsung bertanya, langsung menyentuh dahi Jeanne :” Hm..sudah tidak panas, nanti makan obat lagi, takutnya bisa panas lagi.”

“Oke.” Jeanne patuh dan mengangguk.

William melihat Jeanne begitu patuh, tidak bisa menahan diri untuk mencium keningnya, “ kamu istirahat saja, aku akan turun minta juru masak siapkan bubur untuk kamu.”

Hati Jeanne terasa manis seperti baru minum madu, menatap William dengan terharu.

Setengah jam kemudian, William membawa nampan dengan bubur masuk ke kamar.

Jeanne kaget :”hari ini kamu tidak usah ke kantor ?“

Jeanne mengira sudah begitu lama, William seharusnya sudah ke kantor.

“ Beberapa hari ini keadaanmu tidak begitu baik, aku khawatir kamu seorang diri di rumah.”

William sambil berkata itu, sambil menyuapkan bubur ke Jeanne,” Hat-hati, masih panas.”

Jeanne menikmati pelayanan dan perhatian dari William, dalam hatinya terasa hangat dan manis seperti gulali, yang rasanya lembut dan manis.

Seharian ini, William menjaga Jeanne di sampingnya.

Jeanne duduk di ranjang sambil baca buku, William duduk di meja kerja merevisi beberapa dokumen.

Walau mereka tidak berkomunikasi, tapi suasana sepeerti ini, membuat mereka terasa damai dan hangat.

Menjelang malam, William memeriksa keadaan Jeanne lagi, “ suhu tubuh sudah normal, kelihatannya tidak akan panas lagi, bagaimana perasaanmu sekarang ?”

“ Selain masih lemas, yang lainnya tidak apa-apa.”

Jeanne berpikir dan bertanya :”apa sekarang aku sudah boleh mandi ?”

Karena panas, William memaksa Jeanne hanya boleh berbaring di tempat tidur, tidak buka AC, membuat badan Jeanne terasa pengap dan berkeringat.

William mengerutkan kening : “ kamu sudah lemas selama beberapa hari ini, tidak perlu aku panggil Dokter Nanda kesini untuk periksa kamu ?”

Jeanne kaget, menggelengkan kepala : “ tidak usah merepotkan Dokter Nanda, sekarang sudah lebih mendingan, mungkin karena habis demam panas, maka badanku masih lemas, sudahlah, aku pergi mandi dulu, tolong minta pengurus rumah tangga masuk untuk mengganti seprei ranjang.”

William menatap pintu kamar mandi sampai tertutup, dengan wajah penuh tanda Tanya, dia turun ke bawah memanggil pengurus rumah tangga.

Dalam kamar mandi, Jeanne tahu dia sedang anemia parah, juga tidak berani berendam terlalu lama.

Hanya berendam sekitar 10 menit, ketika ingin bangun, tiba-tiba merasa pusing.

“ Aduh …..sakit !”

Jeanne tergelincir, jatuh kembali ke bak air mandi, lutut membentur tepian bak, sakit sampai mengeluarkan air mata.

Diluar kamar mandi, William mendengar suara teriakan Jeanne, secepatnya ke kamar mandi,” Jessy, apa yang terjadi ?”

“ Ah……kamu kenapa masuk ? cepat keluar, aku masih belum berpakaian.”

Jeanne panik dan kembali berendam dalam bak air, kedua tangan menutupi dadanya.

William melihat Jeanne tidak apa-apa, hanya bernapas lega.

Ketika tatapan William jatuh pada tubuh Jeanne, sinar matanya langsung berubah.

Dalam bak air, pipi Jeanne memerah, tubuhnya juga kelihatannya memerah karena berendam di air hangat, terlihat bagian yang tembus di dalam air, membuat William menelan ludah.

William menatap dalam-dalam, terpana seperti tersengat listrik.

Tentu saja, Jeanne bisa menyadari perubahan sinar mata William, Jeanne tahu William mulai nafsu, segera sadar, pura-pura terlihat malu-malu dan berkata : “ kamu…kamu lihat apa, cepat keluar, aku sudah mau bangun dari bak air ini.”

William mendengar itu malah melangkah ke depan.

“Kamu mau apa ?”

Jeanne mundur sedikit, tapi baik air tidak besar, tidak bisa lebih mundur lagi.

“ Aku akan gendong kamu keluar.”

William membungkukkan badannya, tidak memberikan kesempatan kepada Jeanne untuk melawan, langsung menggendongnya naik.

Ketika Jeanne terangkat, tangan Jeanne langsung melingkar ke leher William secara alami, dan menempel erat ke badan William, untuk menutupi bagian tubuhnya.

Tapi Jeanne tidak tahu, reaksi ini malah membuat William lebih nafsu.

Tercium wangi sabun yang lembut, wangi yang tercium dari hidung William semuanya adalah wangi khas tubuh Jeanne, William tentu saja tidak bisa menahan diri dan mengendalikan dirinya lagi.

William melangkah keluar dan meletakkan Jeanne ke tempat tidur dan menindihnya.

Suasana di kamar itu langsung berubah menjadi romantis.

Jeanne seperti selembar daun yang terdampar di lautan besar, tidak bisa melawan ombak besar, hanya bisa mengikuti arah ombak membawa dirinya, kadang naik kadang turun,dan tenggelam dalam lautan itu.

…………………..

Di saat yang sama, rumah sakit khusus keluarga Gunarta.

Tidak tahu akan kedatangan orang besar darimana, suasana di rumah sakit itu menjadi sangat tegang.

Tidak lama kemudian, konvoi mobil hitam mewah dengan rapi memasuki parkiran rumah sakit.

Sesudah itu, lift di koridor terbuka, sekumpulan orang berjalan keluar.

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu