Wanita Pengganti Idaman William - Bab 15 Buang Juga Ranjangnya

Bab 15 Buang Juga Ranjangnya


William menatap Jeanne dengan ada yang mengganjal, apa kamar mereka boleh dimasuki sembarangan oleh orang lain? Melihat wajah william yang sama sekali tidak senang, Jeanne bicara dengan pasrah, “kondisinya sudah separah itu, mau bagaimana lagi”


Ditambah lagi menurut perasaannya sebagai sesama perempuan, mabuknya Alexa itu 80 persen dibuat-buat saja. Karena Alexanya juga mau ribut, kenapa tidak sekalian biarkan saja dia, lihat tindakan gila apalagi yang masih bisa ia lakukan.


Omongan Jeanne masuk akal juga, William melihat kembali ke Alexa yang sudah terbaring dengan acak-acakan di ranjang, William mengernyitkan alisnya berulang kali, ia juga sudah malas mengurusi orang mabuk.


Tanpa ekspresi ia berbalik badan dan memberi perintah kepada pembantu yang ada di sebelah pintu, “bersihkan Alexa, besok pagi buang saja spreinya.” setelah menyelesaikan kalimatnya William lagi-lagi dengan benci menambahkan satu kalimat lagi, “ranjangnya juga buang saja!”


William yang nampak seperti tidak bisa didekati itu membuat para pembantu bahkan tidak berani bernafas dalam-dalam. Melihat hal itu, Jeanne menarik-narik William dengsn pelan, “ayo pulang saja.”


Tuan muda ini benar-benar tidak mudah dilayani, buang ranjanglah apalah, sungguh terlalu berlebihan. Jeanne awalnya masih ingin bicara beberapa kata, tapi saat berhadapan dengan wajah tampan William, ia peka dengan situasinya dan menutup mulutnya rapat-rapat. Semua orang perlahan-lahan kembali ke kamar masing-masing. Di dalam kamar tidur utama, Alexa yang awalnya terlelap dengan seketika langsung duduk di atas ranjang.


Kedua kakinya menginjak lantai, jaro tangannya meremas sprei dengan amat kuat. Tampangnya masih suram seperti masih agak mabuk gimana gitu.


Kamar tidur ini, sedari dulu Alexa sudah ingin tinggal di dalam sini. Tapi bukan tinggal dengan cara seperti ini. Jelas-jelas ia sudah merencanakan baik-baik, mengambil kesempatan pura-pura mabuk setelah acara kumpul-kumpul alumni dan mengusir Jessy wanita rendahan itu. Saat itu juga ia bisa memanfaatkan kesempatan dan tidur bersama kak William. 


Kemudian setelah mereka berdua sudah terlanjur melakukannya, ia bisa mencari tante Thea dan minta ia membuat keputusan untuknya.


Tapi semua yang terjadi sekarang ini melenceng dari perkiraannya. Tanpa ia sangka kak William lebih memilih untuk tidur di kamar tamu demi wanita rendah itu. Dia bahkan mau membuang ranjangnya, membuang ranjang!


Apa ini karena William curiga ia tidak suci? Apakag ia tidak lebih baik dari Jessy wanita jalang itu? Seperti ada bara api yang membara di dada Alexa, perlahan apinya menyebar sampai ke kepalanya.


Atas dasar apa? ATAS DASAR APA?

Ia tidak rela, benar-benar tidak rela.


Nama ini sudah seperti mantra saja, Alexa pergi menyapu barang yang ada di meja dengan tangannya, melempar vas bunga yang ada di tengah meja ke lantai, seperti ia sudah gila。


Prang! Vas bunga pecah berkeping-keping. Seperti masih merasa belum cukup Alexa mau mencari hal yang lebih bisa melepas amarahnya. Siapa sangka karena jalannya terlalu terburu-buru, cahaya ruangan juga redup, Alexa terpeleset dan jatuh ke depan, ia terjatuh kencang di lantai, tangannya kebetulan kena pecahan dari vas bunga yang baru saja ia lempar. Alexa berteriak dengan sangat kencang karena pengaruh rasa sakit dari tusukkan itu.


Jeanne dan William yang sejak awal tidur di kamar sebelah, jadi kaget setelah mendengar suara kekacauan dari kamar utama. William tampak tenang dan kembali ke kamar utama. 


Jeanne buru-buru mengikutinya keluar menahan kantuk. Saat mereka berdua sampai, pintu kamar sudah dibuka oleh pembantu. Hanya saja mereka semua berdiri agak jauh menjaga jarak, cuma ada Alexa duduk sendirian di tengah, melihat tangannya sambil bengong.


Tangannya sangatlah putih, membuat tetesan darah yang mengalir di tangannya terlihat semakin jelas. Melihat hal itu, William buru-buru maju dan menggenggam tangannya untuk menghentikan pendarahan, dengan khawatir ia bertanya, “bagaimana keadaanmu sekarang?”


William menggunakan kekuatan yang sangat besar, ia berharap dapan menekan pembuluh darah Alexa dan mengurangi jumlah darah yang keluar. Pembantu yang disekitar juga terdiam saking syok, kemudian mendengar William berkata, “masih bengong saja? Cepat ambil kotak obat!”


“oh iya.” pembantu tersebut buru-buru memberikan kotak obat ke William. Tadi saat mereka menyadari kalau Alexa terlukax mereka sudah membawa kotak obatnya ke sini.


Siapa sangka Alexa sama sekali tidak membiarkan mereka menyentuhnya,. Mereka tidak menyangka luka Alexa begitu parah, melihat tampang William yang begitu khawatir, mereka merasa sangat takut.


“kenapa kamu begitu ceroboh?” William bertanya sambil menghentikan pendarahan Alexa, “bagaimana perasaanmu sekarang?”

Alexa fokus menatap William untuk sesaat, berteriak sambil menangis,“sakit sekali! kak William, apa aku akan mati begini saja”


Alexa menangis tersedu-sedu, seperti ia benar-benar tidak bersalah. William mengernyitkan alisnya dan menarik Alexa yang tadinya ada di lantai untuk berdiri, “ayo, aku antar kamu ke 


rumah sakit.” kata William

“aku juga ikut!”Jeanne mengambil jaket dari gantungan baju, buru-buru mengikuti mereka. Apalagi inj masalah yang terjadi di rumah, baru saja mereka berdua mengantar Alexa ke rumah sakit, belum sempat bernafas mereka sudah melihat nyonya Thea yang datang buru-buru dengan wajah penuh kekhawatiran, “dimana Alexa? Bagaimana keadannya sekarang? 


Kenapa ia bisa terluka saat keadaannya baik-baik saja?”


“hari ini kami pergi ke acara kumpul alumni, Alexa terlalu banyak minum, jadi terluka karena tidak hati-hati” William menjelaskan secara singkat, sambil tangannya mengelus-elus dahi.

“terluka karena tidak hati-hati” nyonya Thea tidak bisa marah ke putranya, melihat Jeanne di sisinya, ia mengeluh: “Alexa itu sudah seperti adik perempuan kandungnya William. Kamu kan kakak iparnya, tidak tahu caranya menjaga orang ya?”


Jeanne mengernyitkan alisnya, apa hubungannya dengan dia? Tidak perlu melimpahkan semua kesalahan pada dirinya kan? Ia menjawab dengan ekspresi datar “nona Alexa mengusirku dari kamar, dia tidak berharap aku menjaganya.”


“kamu masih berani menjawab?”nyonya Thea marah sampai memegang dadanya erat-erat, masih terus menyulitkan Jeanne. Saat itu William langsung berteriak menghentikannya, ama! 


Masuk duluan lihat keadaan Alexa gih!” mendengan putranya berkata seperti itu, nyonya Thea baru sadar, mengempaskan nafasnya, melewati Jeanne dan langsung masuk ke kamar rawat.


William dan Jeanne mengikuti di belakangnya, saat masuk kamar rawat mereka langsung melihat Alexa yang duduk bersender pada ranjang rumah sakit, baru saja sadar setelah meminum sup penghilang mabuk dari dokter, bahkan luka di tangannya sudah terbungkus rapih. Di sampingnya ada seorang dokter yang sedang merapihkan alat-alat medis yang tadi 

digunakan.

“gimana? Sudah tidak masalah kan?” saat masuk ke ruangan William langsung bertanya pada Alexa.


Alexa berkata dengan agak malu-malu, “aku sudah tidak apa, terima kasih kak William.”

“baguslah.” William menjawab, suaranya langsung tertutupi oleh nyonya Thea yang berada di belakangnya. Ia maju dan segera memeluk Alexa, “Alexa, sakit ya? Masih ada yang sakit tidak?


William melihat mamanya sekilas, kemudian bertanya pada dokter yang berdiri di samping, “dok, kapan boleh keluar rumah sakit?”

“sakitnya tidak terlalu parah, tidak perlu rawat inap.” dokter itu melihat Alexa sekilas, berkata dengan wajah tanpa ekspresi.


William baru saja mau mengucapkan terima kasih, siapa sangka tiba-tiba Alexa menggenggam kepalanya sambil meneriakkan “sakit, sakit!”

“ini sakitnya dimana sih? Aduh, jangan buru-buru keluar rumah sakit deh, cek dulu lagi.” nyonya Thea benar-benar khawatir. William khawatir kalau terlalu khawatir ia akan kenapa-napa, jadi ia terus berjaga di belakangnya.


Jeanne berdiri di satu sisi dan mengamati dengan dingin, di ruangan ini seluruh anggota keluarga William mengelilingi di sekitar Alexa. Seperti mereka itu sati keluarga, sedangkan 


Jeanne hanyalah orang luar saja. Perasaan seperti ini membuat Jeanne merasa agak kesepian.

Alexa melihat hal itu, hatinya semakin merasa bangga, “Jessy, kamu masih mau melawan aku?”

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu