Wanita Pengganti Idaman William - Bab 35 Saya Tidak Bermaksud Jahat

Bab 35  Saya Tidak Bermaksud Jahat

 

Tepat setelah makan siang, pria tua itu menyuruh orang menjemput Jeanne dan pergi bersama untuk ketemu teman-temannya.

 

Mobil sampai di sebuah tempat minum teh dan berhenti. Jeanne bergegas dan dengan hati-hati membantu kakek keluar dari mobil.

 

Melihat wajahnya Jeanne  yang gugup, dia berkata sambil tersenyum, "Aku bukan porselen kuno yang sangat berharga."

 

Tapi dia kelihatan suka diperlakukan seperti itu.

 

"Kakek memang berharga, Anda adalah orang tua besar yang disegani semua orang," Jeanne dengan bibir manisnya berkata dengan manja.

 

"Kamu gadis yang manis dan pintar."

 

Kakek dibikin tertawa dan menggandengnya dengan satu tangan untuk masuk ke dalam. sambil berkata, "Kali ini, Pak Tua Kin pasti sudah menunggu lama."

 

Rumah tempat minum teh ini tidak besar, tetapi antik. memiliki banyak dekorasi dan pesona yang kuno.

 

Begitu masuk, ada aroma teh yang menyengat, menyebar di seluruh rumah teh dan menyegarkan suasana.

 

"Tuan Besar David Sunarya!"

 

Ketika Jeanne dan kakek berjalan masuk, salam terdengar bersahut-sahutan, bahkan manajer kedai teh ini berdiri di pintu untuk menyambut mereka.

 

Jelas, kakek adalah tamu yang sering berkunjung ke sini.

 

Kakek mengangguk. "Pak Tua Kin telah tiba?"

 

Manajer itu mengangguk. "Tuan Kin sudah lama di sini. Di kamar nomor 1, dia memintaku untuk menunggumu di sini."

 

"Haha, Pak Tua Kin ini sangat perhatian."

 

Kakek tertawa beberapa kali. "Aku tidak perlu disambut seperti ini."

 

Saat dia selesai mengatakan itu, dia menggandeng Jeanne ke lantai dua.

 

Manajer itu menatap Jeanne dengan tatapan heran.

 

Mereka semua tahu identitas kakek, yang merupakan tokoh terkenal di ibukota , tidak ada yang tidak tahu dan tidak mengenalnya.

 

Tapi saya belum pernah melihat Tuan Besar David membawa siapa pun, kali ini malah dengan seorang gadis muda dan lembut, tetapi juga penampilan mereka juga kelihatannya yang sangat intim.

 

Manajer itu spontan memandang tinggi Jeanne.

 

Lantai dua adalah area VIP yang sangat tenang. Hanya terlihat beberapa pelayan dengan seragam putih yang sibuk dalam keheningan.

 

Melihat kakek dan Jeanne muncul, dengan sigap mereka menyambut dan membawa mereka ke sebuah ruang VIP.

 

Ketika masuk, mereka melihat seorang lelaki tua berambut abu-abu sudah menunggu di sana, raut muka masih bersemangat, dengan kelihatan sibuk dan hati-hati dengan alat menyeduh teh warna ungu yang berukuran kecil.

 

Kamar yang elegan ditutupi dengan lapisan aroma teh, menghirup aroma ini, orang-orang jadi lebih santai dan lega.

 

"Akhirnya datang juga."

 

Melihat kakek  masuk, lelaki tua itu berdiri.

 

Dua teman lama saling bertukar sapa, dan kelihatan jelas mereka sering keluar bersama untuk minum teh dan mengobrol.

 

"Izinkan aku memperkenalkan menantu cucuku, Jessy."

 

Kakek dan kakek Kin berbicara sebentar dan memperkenalkan Jeanne.

 

"Kakek Kin!" Jeanne menyapa dengan ramah di sampingnya.

 

Kemudian kakek Kin memandang gadis muda itu dengan cermat dan melihat bahwa wajahnya sangat bersih dan jernih, kulitnya putih dan mulus, matanya jernih dan jelas, pakaiannya sederhana dan sopan, dan dia kelihatannya adalah anak yang sangat baik.

 

Mau tak mau mengangguk, tertawa, "Pak Tua , kamu pintar pilih menantu untuk cucumu, benar-benar bagus."

 

Dapat dilihat bahwa dia sangat menyukai gadis muda ini.

 

Di ruang besar yang dingin ini, sudah ada pelayan yang sudah selesai menyiapkan catur. Di papan catur, ada hitam dan putih ,permainan yang disukai sambil minum teh.

 

Kedua lelaki tua itu sangat sigap dan sibuk dengan warna catur masing-masing . catur sudah diletakkan di tempat yang tepat.

 

Pada usia senja mereka, mereka telah melihat banyak hal.

 

Tidak akan berdebat untuk yang tidak penting , tidak akan seceroboh anak muda.

 

Jeanne melihat ke papan catur dengan dagu di tangannya. Dia tidak mengerti ini sama sekali. Setelah sekian lama, dia menjadi semakin bosan.

 

Tapi dia selalu tahu diri, hanya diam dan tidak berisik.

 

Kakek membawanya keluar. Ingin mengajaknya bersantai. Jeanne tidak akan merusak tujuan baik kakek.

 

Takut anak muda ini akan bosan menonton permainan catur di sini, kakek  menyarankan, "Gadis kecil, disini dikelilingi jalan-jalan tua,bernuansa khas. Kamu bisa berkeliling. Saya khawatir permainan catur kita ini tidak akan berakhir dalam waktu yang singkat."

 

"Ya, Jessy pergi jalan-jalan. Tidak usah menemani kita yang sudah tua ini main catur."

 

"Ketika kita masih muda, kita malah tidak bisa duduk diam" kata kakek Kin.

 

"Benar , Kaum muda harus hiperaktif dan energik, kalau tidak, apa yang harus mereka lakukan ketika mereka sudah tua?

 

Kakek menjalankan permainan catur putihnya dan memakan catur hitam milik kakek Kin. "Pak Tua Kin makan salah satu dari kalian, Jessy, cepat pergi jalan-jalan!"

 

Jeanne tersenyum dan berdiri. "Kalau begitu aku akan jalan-jalan dan kembali lagi nanti. aku akan sekalian membawakan makanan ringan."

 

"Oh, gadis ini sangat perhatian pada kita."

 

Kakek tertawa sangat keras sehingga dia tidak bisa menutup mulutnya. "Belum terlambat untuk membeli ketika kamu sudah cukup jalan-jalannya. Jangan khawatir, santai saja."

 

Jeanne mengangguk. "Aku tahu, kakek."

 

Sesudah itu, dia mengikuti pelayan ke lantai bawah dan mengganti sepatu sebelum pergi.

 

Jalanan ini sangat ramai, pejalan kaki lalu lalang.

 

Ada beberapa pusat perbelanjaan di sana. Jeanne memasuki yang terdekat. Setelah itu, dia menjadi semakin bosan. akhirnya, dia singgah ke kafe terbuka di lantai paling atas. Temukan tempat untuk mengistirahatkan kakinya.

 

"Mau pesan apa, nona?"

 

" Cappuccino." Jeanne dengan santai menanggapi pelayan ,sesudah pelayan pergi , dia merasa ada sebuah bayangan yang perlahan mendekatinya.

 

Dia mengangkat kepalanya dan menatap bayangan itu. Dia melihat seorang pria jangkung, yang tidak tahu kapan dia datang padanya dan menatapnya sambil tersenyum.

 

"Halo, bisakah aku mengganggumu sebentar?"

 

Jeanne agak terkejut. Dia jelas tidak mengenal pria di depannya.

 

"Ada apa ya?"

 

Jeanne ragu-ragu sejenak dan bertanya.

 

"Apakah Anda Nona Jessy?"

 

kenal dengan Jessy?

 

Jeanne dengan cermat mencari di otaknya tentang informasi yang diberikan oleh Julian. Tampaknya tidak ada orang ini.

 

Dia tidak yakin, "Apakah kita saling kenal?"

 

"Tidak, aku minta maaf, aku mungkin tidak sopan!"

 

Ketika dia berbicara, dia menyerahkan kartu nama warna hitam dan keemasan.

 

"Namaku Danil, saya spesialis dalam bidang mode dan fashion , saya adalah presiden Direktur Group perusahaan Keluarga Bonhem saat ini."

 

Jeanne agak terkejut dan meraih kartu namanya.

 

Dia juga pernah mendengar tentang keluarga Bonhem.

 

Bisnis keluarga Bonhem adalah kelompok paling awal di industri garmen.

 

Bahkan sekarang persaingan sangat ketat pun, industri garmen Bonhem juga tetap menguntungkan.

 

Jeanne secara alami juga memperhatikannya, tetapi tidak menyangka bahwa suatu hari, orang dari keluarga Bonhem akan muncul di depannya seperti ini.

 

Dia mengambil kartu itu dan berpikir pertemuan ini bukanlah kebetulan.

 

"Saya tidak tahu Tuan Bonhem ada perlu apa dari saya?"

 

Danil tersenyum dan duduk di depannya.

 

"Nona Jessy tampaknya sangat berhati-hati dan waspada" Dia berhenti dan berkata, "Sebenarnya, saya tidak bermaksud apa-apa yang buruk. Saya hanya ingin mempekerjakan Anda untuk bekerja sebagai desainer di perusahaan kami."


Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu