Wanita Pengganti Idaman William - Bab 405 Sama Sekali Tidak Pantas Untuknya.

Malamnya, William membawa Mogan kembali kerumahnya.

Jeanne sebelumnya sudah pernah bertemu dengan Mogan, setelah menyapa dan berbasa basi sebentar, ia meninggalkan mereka lalu pergi mencari kepala pelayan untuk mengatur kamar untuk Mogan.

William mengajak Mogan masuk ke ruang kerjanya, tidak lama Moli mendengar kabar ini juga langsung datang.

“Mogan, kapan kamu kembali, kenapa aku tidak mendengar tuan membicarakannya.”

Dia langsung duduk diseberang Mogan dan bertanya sambil tersenyum.

“Baru tiba tadi siang, katanya kamu terluka, bagaimana lukamu?”

Moli melambaikan tangan sambil berkata dengan tersenyum : “Sudah lumayan pulih, namun Tuan khawatir ada efek samping sehingga memintaku beristirahat beberapa hari.”

Dia berkata sambil menatap William dengan tatapan penuh rasa kagum.

William sama sekali tidak menyadarinya, karena ketika William menatapnya, Moli segera menarik kembali tatapannya.

Namun Mogan bisa merasakannya, senyuman diwajahnya langsung berubah jadi datar.

Dia mengalihkan topik pembicaraan menanyakan kondisi di Kota Timur, terutama karena berita di internet begitu heboh.

“Kak, kenapa berita ini tidak dibereskan? Ini sungguh buruk untuk nama baikmu.”

William menggeleng : “Ini semua hanya masalah kecil, lagi pula jika dibereskanpun masalahnya tidak akan berakhir, lebih baik tunggu sampai nanti baru dibereskan sekalian.”

Mogan mendengar ucapannya, ia langsung mengerti apa yang ia pikirkan.

Kelihatannya kakaknya memang mempunya rencananya sendiri.

Tepat ketika dia ingin menanyakan adakah yang bisa ia bantu, terdengar suara pintu ruang kerja diketuk.

“William, kamar tamu sudah disiapkan, makan malam juga sudah siap, kalian sudah selesai bicaranya?”

Jeanne masuk sambil bertanya dengan wajah penuh senyuman.

“Sudah mau selesai, sisanya nanti kita bicarakan lagi setelah makan malam.”

Setelah mengatakan ini, William bangkit dan menggandeng tangan Jeanne keluar dari ruang kerja.

Mogan melihat ini dengan wajah terheran-heran, namun ia segera menepisnya dan berkata sambil tersenyum : “Merepotkan kakak ipar.”

Jeanne menggeleng, “Tidak perlu sungkan.”

Setelah mengatakannya, William menggandengnya turun ke bawah.

Mogan melihat berdua turun, lalu memanggil Moli yang ada disampingnya untuk ikut turun.

Namun ketika dia berjalan sampai depan pintu, dibelakangnya sama sekali tidak ada pergerakan, dia menoleh, melihat Moli yang duduk disofa sambil menatap arah William pergi.

“Moli.”

Dia memanggil sambil mengkerutkan alis.

Moli tetap tidak merespon.

Mau tidak mau, dia berjalan kedepan Moli.

“Apa yang sedang kamu lihat?”

Dia melambaikan tangannya didepan Moli, baru ia tersadar.

“Mogan, apakah kamu merasa tuan menjadi semakin asing, semua ini pengaruh dari wanita itu, kamu tahu tidak? Dia sama sekali tidak pantas untuk tuan.”

Moli seperti kerasukan, ia menggenggam tangan Mogan sambil mengungkapkan seluruh isi hatinya yang sudah tertimbun selama ini.

Mogan mengkerutkan alis ketika mendengar ucapannya ini.

Melihat ucapan Moli yang semakin lama semakin tidak terkendali, dia tidak tahan untuk tidak membentaknya, “Sudah cukup Moli! Ini semua masalah pribadi kakak, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita sama sekali!”

“Apanya yang tidak ada hubungan, tuan berubah jadi tidak seperti dirinya lagi, ini sangat mempengaruhi tuan dan bisa mencelakakannya!”

Dia berkata dengan tatapan penuh kebencian, “Kebetulan kamu datang, sehingga aku bisa membereskan wanita ini, membuatnya pergi meninggalkan tuan dengan sendirinya!”

Dia berkata sambil melangkah dengan langkah besar.

Mogan melihat Moli yang pergi, merasa sangat terkejut.

Disaat bersamaan ada rasa sakit yang menjalar didalam hatinya.

Namun dengan cepat ia tepis.

Sekarang bukan waktunya untuk merasa sedih, dia harus menghentikan Moli melakukan hal bodoh.

Dan Moli bisa menjadi seperti ini pasti ada penyebabnya.

Dia berpikir sejenak lalu menghubungi bawahannya yang berada didalam negri untuk menanyaka apa yang terjadi akhir-akhir ini disini.

Setelah dia sudah mengatur semuanya ia langsung turun, ia melihat Moli sudah duduk di meja makan dengan tenang, menunggu makanan yang dihidangkan tanpa ekspresi diwajahnya, seolah kegilaan yang terjadi diatas tadi sama sekali tidak terjadi.

Mogan melihat ini semua, langsung menghampiri dengan alis mengkerut.

William melihatnya, bertanya kenapa dia turun begitu telat, lalu memintanya duduk sambil berpesan pada kepala pelayan untuk menyajikan makanan.

Sepanjang makan malam, hanya Moli yang cemberut karena Jeanne, selebihnya masih cukup aman.

Setelah makan, Jeanne tahu kepulangan Mogan kali ini pasti ada urusan penting yang harus dibicarakan dengan William, sehingga ia tidak mengganggu mereka dan tidak meminta William untuk menemaninya jalan-jalan.

Dia berjalan sendirian di taman, ketika ia ingin kembali ke kamarnya untuk melanjutkan sketsanya, tatapannya bertabrakan dengan tatapan Moli yang dingin.

Alisnya langsung mengkerut, mengingat ucapan wanita ini yang tidak masuk akan sebelumnya, ia berencana langsung mengabaikannya dan pergi.

Dan kali ini Moli sama sekali tidak mencari gara-gara dengannya, mambiarkannya lewat begitu saja.

Jeanne merinding karena merasakan tatapannya yang dingin mengikutinya sampai ia masuk ke dalam rumah.

Ia ingin sekali mengatakan tentang sikap Moli pada William, namun jika dia bilang, William pasti akan pergi mencari Moli.

Berdasarkan sifat wanita itu, takutnya setelah William menegurnya, ia akan langsung mengajaknya bertengkar.

Membayangkan hal ini, ia mengurungkan niatnya, berencana melihat kondisi dulu, jika wanita ini masih saja seperti itu, ia baru mengatakannya pada William.

Moli tidak tahu kalau sikap dia sudah membuat Jeanne merasa tidak senang.

Dia melihat Jeanne yang lewat didepannya seolah tidak terjadi apapun, amarah langsung memuncak.

Hanya karena menjadi kesayangan tuan langsung tidak memandang orang lain?

Dia berpikir seperti, lalu muncul niatan jahat dalam hatinya.

Jika tuannya sibuk dengan urusannya sendiri, bukankah akan membuat wanita ini menjauh dengan sendirinya?

Begitu pemikiran ini muncul, dirinya semakin tidak terkendali.

Karena dia berpikir, jika tuannya dalam masalah, pasti akan bisa memakainya.

Disaat bersamaan, dia bisa berdekatan dengan tuannya, dan dia juga bisa menggunakan berbagai alasan untuk menjauhkan Tuannya dari wanita jalang ini.

Semakin dia memikirkannya semakin dia bersemangat, bahkan dia ingin sekali segera mencari Sierra dan memberitahukannya semua rencana yang dibuat oleh Tuannya.

Namun sampai akhir, ia menahannya.

Masalah ini harus ia rencanakan dengan matang, tidak boleh ada sedikitpun kesalahan.

Diwaktu bersamaan, setelah Mogan dan William selesai membicarakan masalah pekerjaan, ia berbalik kembali kekamar, ia juga menerima informasi dari orang suruhannya.

Ketika ia melihat informasi yang dikirimkan, ia begitu terkejut.

Dia tidak menyangka selama ini Moli melakukan begitu banyak hal bodoh.

Dan untungnya William memandang hubungan mereka yang sudah begitu lama, tidak menghukum Moli.

Mengingat sikap Moli tadi sore, membuatnya semakin khawatir.

Kelihatannya, kakaknya melepaskan Moli malah membuat Moli semakin buta dengan kedudukannya.

Dia mengangkat ponsel dengan wajah tegas, ia menghubungi bawahannya dan membuat beberapa rencana.

Beberapa hari kemudian, meskipun ia berada disamping William, namun ia tidak hentinya memperhatikan pergerakan Moli.

Hari ini, ia mendapat informasi kalau Moli diam-diam mencari tahu pergerakan Sierra!

Dia meminta bawahannya untuk mundur, ia memejamkan matanya untuk menganalisa.

Berdasarkan pengalaman selama bertahun-tahun, ditambah lagi dengan pergerakan Moli selama ini, tidak sulit baginya untuk menebak apa yang Moli rencanakan.

Dan karena tahu, ia sangat khawatir.

Moli sedang berencana mengkhianati kakaknya!

……

Disaat bersamaan, Moli tidak tahu kalau rencananya sudah ketahuan.

Setelah dia mendapatkan pergerakan Sierra, dia berpura-pura tidak ada yang terjadi ketika sedang berada dirumah, dan berencana untuk pergi mencari Sierra dimalam hari.

Malamnya, Moli menunggu sampai semua orang sudah tidur, baru mulai bergerak.

Dia mengenakan pakaian yang serba hitam, baru saja melompati jendela, ia sudah menangkap bayangan seseorang di sudutan tembok

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu