Wanita Pengganti Idaman William - Bab 98 Sangat Suka

Bab 98 Sangat Suka


Selesai melihat pakaian jadi yang sempurna itu, Alexa benar-benar tidak menyangka kalau si Jessy wanita rendahan itu memang punya kemampuan. Pantas saja tadi ia berani menantang Alexa.


Berpikir seperti itu, mata Alexa terlihat berpikir mau membuat perhitungan. Jessy si wanita rendahan itu bukannya mengira kalau ia sendiri sangat hebat? Kalau sampai pakaian jadinya bermasalah, Alexa mau lihat bagaimana Jessy masih bisa sombong, bagaimana kak William masih bisa melindunginya!


......


Jeanne tak tahu sama sekali kalau ada orang yang mau melakukan sesuatu pada hasil karyanya. Setelah pulang ke kediaman baru, ia juga tidak kemana-mana lagi, ia lanjut membuat naskah desain di tempat yang sunyi.

Meskipun saat ini ronde pertama pakaian jadi sudah selesai, tapi Jeanne sendiri tak bisa diam saja tanpa ada kerjaan. Terutama saat terpikir William beberapa kali sudah membantunya, Jeanne jadi ingin membuat lebih banyak naskah desain untuk membalas kebaikannya.

Ditambah lagi pemandangan taman bunga belakang di kediaman baru sini juga tak tahu karena terletak di kumpulan villa-villa tapi sangat indah, lingkungannya juga sangat tenang.

Pavilyun, anyaman bambu berisikan bunga, semua dibuat dengan sangat estetik. Sembunyi di sini, membawah satu teko teh, ditambah kursi yang bisa rebahan, bisa diam saja di sini sampai malam.

Jeannepun begitu, saat sudah sore menjelang malam, ia sedang bersiap bangkit berdiri dan pergi makan, tak menyangka kalau ia mendengar suara langkah kaki dan suara pembicaraan. Jeanne jadi terhenti.

Menemukan kalau suara tersebut sepertinya William dan seorang wanita. Jeanne tanpa sadar menahan nafasnya dan menguping, tak jauh terdengar kalimat candaan seorang wanita.

“William, aku tak menyangka ada harinya juga di saat kamu akan mengundang aku.”

William mengamati sekilas orang di sampingnya itu, dengan ekspresi datar ia berkata: “editor utama majalah fashion nomor satu, bisa mengundangmu ke rumahku, sudah sebuah kehormatan untukku.”

Meskipun pembicaraannya terdengar biasa-biasa saja, Jeanne masih bisa mendengar candaan dalam pembicaraan itu, membuat di mata Jeanne terlihat ada yang berbeda.

Biasanya jarang sekali melihat William bercanda dengan siapapun, sekarang ia malah bisa bercanda tawa dengan seorang wanita, mau dipikir bagaimanapun hubungan mereka sepertinya bukan teman biasa saja. Saat Jeanne sedang berpikir macam-macam itu, suara wanita tersebut kembali terdengar.

“kurang-kurangi mencoba menyenangkan aku, biasanya kalau tak ada urusan juga kamu tak mencariku!”

William meraba bibirnya tanpa bicara, wanita itu juga tak mempedulikan, ia melihat ke sekitar. Segera setelahnya topik pembicaraannya berubah, ia tersenyum dan berkata: “sudah lama sekali aku tak ke rumahmu, tetap saja tidak berubah ya.”

“ada yang perlu diubah?” William menatap wanita itu dengan bingung.

Semakin bicara mereka berdua semakin mendekat ke arah Jeanne berada. Dan pada saat itupun Jeanne akhirnya bisa melihat dengan jelas rupa wanita itu. Lihat sekali saja Jeanne sudah bisa langsung tahu identitasnya.

Sierra

Mata Jeanne terlihat kaget, tidak menyangka kalau ternyata William itu kenal dengan wanita terkenal nomor satu itu. Melihat tak jauh di depan, riasan wanita tersebut yang natural dan elegan sangat pas, rambut warna cokelat gelap panjang yang dicatok di kepalanya, terlihat juga ada kulit putihnya di bagian leher.

Sudah seperti angsa putih yang berkelas tinggi, elegan. Baju custom made bermerek menyelubungi tubuhnya, membuat lekuk tubuhnya yang indah itu terpampang dengan jelas.

Rok yang ada belahannya mulai dari paha bagian atas, sesuai dengan pergerakan kakinya berjalan, seperti samar-samar menunjukkan kecantikan sepasang kakinya yang panjang itu. William dan Sierra berdiri berdampingan, sudah bagaikan pasangan yang sudah ditakdirkan bersama, pria tampan dan wanita cantik, membuat Jeanne yang melihatnya merasa hancur.

ia menggernyitkan alisnya, ia ingin menghindari kedua orang. Tidak menyangka kalau pergerakannya barusan, disadari oleh mereka.

“Jessy.”

William memanggilnya, ia bertanya sambil agak mengernyitkan alisnya: “apa yang sedang kamu lakukan di sini?”

Mendengarnya, Jeanne mau tidak mau menghentikan langkah kakinya, membalikkan badannya dengan muka tebal.

“aku lihat di sini pemandangannya lumayan bagus, jadi aku membuat desain di sini.”

William melihat papan gambar di tangan Jeanne, tidak mencurigai kata-katanya.

“aku perkenalkan dulu ke kamu, seharusnya kamu tahu tentang orang ini, Sierra, di kemudian hari ia akan jadi juru bicara perusahaan.” William menunjuk dan mengenalkan Sierra dengan suara lembut.

“nona Sierra, aku sudah sering mendengar tentangmu.”

Mendengar hal itu, Sierra mengangguk ke arah Jeanne, sebagai respon. Segera setelahnya ia tertawa agak kesal ke William.

“aku kan belum setuju soal hal itu, kamu jangan sembarangan bicara dulu.”

William tidak memasukkannya dalam hati, ia bicara dengan percaya diri: “tunggu sampai kamu lihat desain Jessy, aku rasa kamu pasti akan setuju.”

Sierra mendengar hal itu, Sierra semakin mengernyitkan alisnya, melihat ke arah Jeanne dengan terkejut.

Jeanne juga jadi terdiam, ia tidak menyangka kalau William bisa bicara seperti itu. Sierra tentu saja melihat dan menyadari ekspresi Jeanne, ia mengernyitkan alisnya bertanya ke William: “maksud kamu itu, kali ini aku jadi juru bicara pakaian, didesain oleh dia.”

William tersenyum saja tanpa bicara, tapi artinya sangat jelas terlihat dari matanya.

Melihat situasi itu, mata Sierra terlihat lebih kaget lagi.

“aku malah sudah mendengar beberapa rumor tentang nona Jessy, aku tak menyangka kalau nona Jessy bisa desain juga, pernah mengambil jurusannyakah?” ia bertanya dengan enteng pada Jeanne. Jeanne tentu saja tak bisa menjawab jujur, ia kan sekarang berperan sebagai Jessy.

Lagipula informasi mengenai Jessy, orang luar semuanya tahu dengan jelas.

“bukan seperti itu, hanya hobi saja, hanya pernah ambil kelas tambahannya saja.”

Seperti dulu Jeanne menggunakan alasan yang sama untuk menyanggah, malah membuat Sierra jadi merasa tak puas.

Namun Sierra tidak menunjukkan perasaannya, melihat papan gambar yang ada di tangannya, ia tersenyum dan bertanya: “nona Jessy pasti tak masalah kan membiarkan aku melihat naskah desainnya?”

Jeanne tentu tahu pemikiran yang ada di dalam hati Sierra, ia mengangguk dan berkata: “tentu saja boleh, aku harap nona Sierra bisa memberi kritik dan saran juga.” Sambil bicara, Jeanne mengoper papan gambarnya. Orang yang sudah ahli melihat cara pembuatan, orang luar melihat hanya untuk kesenangan saja.

Sierra pada dasarnya memang editor utama majalah fashion, ia juga wanita ternama, ia punya pandangan tersendiri terhadap desain pakaian, saat menerima naskah desain dari Jeanne, tentu sekali lihat bisa tahu bagus atau tidak.

Malahan William yang tak tahan mendekat, bertanya: “bagaimana menurutmu?”

Mendengar itu, Sierra menutup naskah desainnya, tersenyum datar dan mengamati Jeanne sekilas, berbicara dengan suara halus: “kamu memang menemukan permata yang berharga.”

Selesai bicara, tanpa peduli ekspresi William, Sierra mengembalikan desain Jeanne

“nona Jessy sangat mengejutkan aku.”

Jeanne merendah. Mereka berdua berbincang beberapa kalimat, karena melihat mereka juga sudah cukup lama berdiri di sana, William mengajak: “Sierra, kamu kan sudah lama sekali tidak ke sini, malam nanti tinggal saja dan makan malam bersama.”

Hanya saja saat kata-katanya keluar dari mulut William, membuat Jeanne terdiam. Karena William jarang sekali mengajak siapapun.

Namun Jeanne juga tidak mikir yang aneh-aneh, kan mereka berdua mau kerja sama juga, meminta Sierra untuk tinggal dan makan bersama itu sudah yang paling dasar dari hubungan sosial. Sierra juga tidak menolak, ia mengangguk dan menjawab: “ya boleh, omong-omong aku juga sudah lama tidak bertemu tante dan om, kebetulan bisa memakai kesempatan ini untuk berkumpul lagi.” sambil bicara, mereka bertiga masuk ke kediaman utama.

nyonya Thea melihat Sierra, sangat suka. Terutama pada saat menyantap makanan, ia sangat ramah. Mengambilkan lauk untuk Sierra, juga menggenggam tangannya.

“Sierra, omong-omong, aku iri sekali dengan mamamu, bisa punya anak sebaik kamu, umurmu masih muda saja sudah banyak pencapaian.”

“tante terlalu memuji aku, sebenarnya William juga lumayan hebat, papaku sering memuji dia.” Sierra menjawab dengan sopan, nyonya Thea merasa lega mendengarnya.

Nyonya Thea merasa sangat puas diri melihat ke arah William, bisa dibilang seumur hidupnya hal paling membanggakan untuknya itu, melahirkan seorang putra yang hebat.

Namun saat pandangannya berpindah ke Jeanne yang duduk di sisi William, perasaan senangnya itu sekejap berubah jadi tertahan.

Kalau boleh bilang putranya itu kebanggaannya, keberadaan Jeanne itu sebuah kesalahan!

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu