Wanita Pengganti Idaman William - Bab 334 Selama Tidak Mati, Itu Bukan Masalah Besar

Hans melihat disamping sambil menggeleng tidak berdaya.

Dia bisa melihat perasaan Moli pada presdirnya, namun ini semua tidak ada gunanya.

Terutama presdirnya sekarang semakin mencintai nyonya mudanya, sehingga lebih tidak mungkin lagi.

Dia mengingat Moli juga termasuk personil yang langka, dia tidak ingin ia merusak masa depannya sehingga maju untuk membujuknnya.

“Moli, tidak peduli apapun yang kamu pikirkan, aku sarankan, jangan pernah menyentuh nyonya muda, dia adalah area terlarang presdir yang tidak boleh tersentuh, aku rasa kamu tahu jelas apa akibatnya jika membuat presdir mengamuk.”

Setelah mengucapkan ini, ia berlalu meninggalkan Moli.

Moli tidak bergerak, namun dari lirikan matanya bisa dilihat kalau ucapan Hans sudah didengarkan olehnya.

Dan karena sudah mendengar, api didalam hatinya kembali membara bahkan semakin berkobar besar.

Atas dasar apa?

Atas dasar apa wanita seperti Jessy boleh berada disisinya, menjadi area terlarang yang tidak boleh tersentuh orang lain!

Jeanne tidak tahu kebencian Moli padanya semakin dalam.

Setelah Moli pergi, dia terus berkeliaran disamping William.

Mengambil air dan mengelap badannya.

Ketika melepaskan pakaian William yang penuh bekas darah, hatinya seperti tertarik.

Terutama ketika melihat luka dibahunya, melihat bekas darah disana, ia menarik nafas dalam.

“Ini yang kamu bilang tidak parah!”

Dia mengambil handuk, berkata dengan tenggorokan tercekat, ingin sekali memukul orangnya, namun takut menyakiti luka William.

William melihat air mata yang menetes dari matanya, menghapus dengan perasaan tidak tega.

“Apa yang kamu tangisi, selama tidak mati, maka itu bukan masalah besar!”

Mendengar ini, Jeanne memelototinya dengan kesal.

“Dasar.. mana boleh menyumpahi diri sendiri seperti itu!”

William tertawa, mengelus pipinya sambil menenangkan : “Sudah, jangan khawatir, bukankah sekarang sudah baik-baik saja?”

Jeanne menggigit bibirnya sambil menggenggam erat tangan William.

“Baiklah, aku tidak khawatir, namun aku tidak berharap ada lain kali, dan kelak jika terluka tidak boleh menutupinya dariku.”

William mengangguk.

Lalu Jeanne membantu William mengenakan baju pasien yang bersih, setelah seharian, William juga merasa lelah, tidak lama berselang iapun tertidur.

Jeanne melihat William yang tertidur pulas, hatinya merasa sangat bersalah.

Jika bukan karena ceroboh, bagaimana mungkin bisa muncul begitu banyak kejadian.

Dia berpikir banyak hal, perlahan tidak dapat menahan kantuknya, lalu tertidur disofa.

……

Keesokan harinya, Nyonya Thea dan Tuan Deric mengetahui kabar putranya terluka, mereka segera menuju rumah sakit.

Siapa sangka mereka bertemu dengan Sierra yang juga datang untuk menengok William.

Mereka bertiga masuk ke dalam ruang pasien bersama.

Jeanne mendengar suara, terbangun dari sofa, melihat rombongan Tuan dan Nyonya Thea, ia segera menyapa.

“Pa, ma, Nona Sierra, kenapa kalian datang?”

Begitu Nyonya Thea melihatnya, langsung membentaknya dengan kesal.

“Kenapa aku datang? Masih berani bertanya, jika bukan karena kamu yang membuat William masuk rumah sakit, untuk apa aku datang? Sejak kamu masuk keluarga Sunarya, tidak pernah seharipun ada hari tenang yang bisa kami lalui!”

Jeanne merasa sedih disalahkan, namun ia tidak bisa melawan.

Karena memang benar dialah yang menyebabkan William masuk rumah sakit, jadi tidak membantah makian Nyonya Thea.

Sierra melihat Jeanne yang menurut, ia terlihat terkejut, ekspresinya agak bingung.

Dia tahu masalah semalam, karena terus memikirkan hal ini, membuatnya tidak bisa tidur semalaman.

Tadinya berharap pagi ini bisa muncul berita Jessy sudah dihabisi, malah menerima berita William terluka sampai masuk rumah sakit.

Ketika itu ia sudah tidak mempedulikan Jessy, ia segera menuju rumah sakit, namun siapa sangka ia malah melihat Jessy yang baik-baik saja!

Jelas-jelas dia sudah berjanji padanya!

Hatinya bertanya-tanya, namun ia tidak menyangka ekspresinya ini terlihat jelas oleh Jeanne.

Jeanne tidak mengerti kenapa Sierra bisa begitu terkejut melihatnya, dan tatapannya mengandung emosional yang lainnya.

Membuatnya merasa aneh.

Kenapa reaksinya seperti ini?

Apakah ia tahu sesuatu?

Seketika, hati Jeanne dipenuhi tanda tanya.

Dan ketika itu ia sedang dimarahi oleh mertuanya, mana mungkin dia punya kesempatan untuk memikirkan yang lainnya.

William yang tertidur juga terbangun oleh kericuhan yang terjadi.

Dia melihat Jeanne yang berdiri didepan ibunya seperti seorang menantu yang sedang dihukum, langsung mengkerutkan alisnya.

“Ma, kenapa kalian datang?”

Nyonya Thea melihatnya bangun, tidak melanjutkan omelannya pada Jeanne, ia langsung menghampiri William dan bertanya dengan penuh perhatian : “William, apa yang kamu rasakan sekarang? Perlu memanggil dokter tidak.”

Sierra juga menarik kembali lamunannya, ia berjalan menghampiri William dan menimpali, “Iya, William, kamu tidak apa-apa, aku terkejut mendengar kabar kamu terluka.”

Ketika William menyadari keberadaan Sierra, ia merasa aneh.

“Sierra, kamu juga datang.”

Mendengar ucapan ini, senyuman diwajah Sierra membatu disana.

“Kamu terluka, bagaimana mungkin aku tidak datang?”

Nyonya Thea juga menimpali : “William, kanapa kamu berkata seperti itu, Sierra itu datang karena mengkhawatirkanmu, tidak seperti orang lain yang hanya bsia membawa masalah untukmu, selain itu tidak bisa apa-apa.”

William mengkerutkan alis, bagaimana mungkin ia tidak tahu yang dimaksud ibunya adalah Jeanne.

“Ma, ini hanya kecelakaan, tidak ada hubungannya dengan Jessy.”

Nyonya Thea tidak menggubris perkataannya, melihat wajah putranya yang lemah, ia pun tidak lanjt mengatakan apapun lagi.

Namun meskipun demikian, ia tetap tidak suka pada Jeanne, semua tidak sesuai dengan apa yang ia mau.

Jeanne merasa senang William membantunya, mengenai ekspresi wajah mertuanya, ia tidak peduli.

Toh ia tidak menyukainya sudah bukan satu atau dua hari.

Dibawah bantuan William, suasana diruang pasien menjadi jauh lebih bersahabat.

Jeanne juga pergi membeli sarapan, membantu William untuk memakan sarapannya.

Nyonya Thea melihatnya begitu bekerja keras menjaga putranya, wajahnya baru terlihat jauh lebih baik.

Namun Sierra tidak tahan melihat perilaku mereka yang begitu dekat dan mesra, setelah menunggu sebentar iapun undur diri.

William juga tidak menahannya, ini membuat hatinya cukup sakit.

Namun ia tetap menegarkan diri untuk berpamitan pada yang lainnya.

“Kalau begitu aku pergi dulu, William, baik-baiklah istirahat, besok aku akan datang menengokmu lagi.”

Setelah mengucapkan itu, ia berbalik dan pergi.

Melihat bayangan Sierra yang pergi, Jeanne mulai menerka-nerka.

Terntu saja Sierra tidak menyadarinya.

Setelah dia keluar dari rumah sakit, ia segera menelepon Musa.

“Hallo?”

Dari balik telepon terdengar suara Musa yang lelah.

Sierra tidak memperhatikannya, ia langsung bertanya dengan nada serius : “Kamu ini bagaimana sih? Sudah memberimu kesempatan sebagus itu, orangnya masih baik-baik saja?”

Kapan Musa pernah diragukan seperti sekarang, tatapannya terlihat marah, namun ia menekan amarahnya dengan cepat.

Bagaimanapun wanita ini masih berguna untuknya.

“Kesempatan kamu yang memberikan, namun kamu tidak memberitahuku kalau William sehebat itu!”

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu