Wanita Pengganti Idaman William - Bab 17 Lelaki yang Ia Suka

Bab 17 Lelaki yang Ia Suka


Mobil mereka berjalan terus sampai akhirnya sampai di jalan yang penuh dengan pertokoan. Hari masih cukup pagi namun toko-toko di jalan tersebut sudah ramainya bukan main, ramai dengan suara penjual yang mempromosikan dagangan mereka dan wangi yang tercium.


Di pagi hari seperti ini, sebuah pengalaman yang pertama bagi William. “tepat di sana!” Jeanne menunjuk ke arah mall yang ada si seberang jalan, mall internasional yang gedungnya menjulang tinggi, dengan paduan warna merah dan hijau yang terlihat megah. Pasangan laki-laki tampan dan wanita yang cantik, memicu orang banyak yang melewati mereka teriak terkejut, beberapa orang bahkan sempat diam-diam mengeluarkan telepon genggam mereka dan mengambil foto, terkagum-kagum.


Jeanne dari lahir juga memang cantik, kelima bagian wajahnya terukir dengan jelas, kaki yang panjang nan putih, dan mengenakan mantel abu-abu pas badan yang membuat Jeanne terlihat lebih elegan. Sebenarnya figur Jeanne termasuk tinggi, namun saat berdiri di sebelah William yang tingginya 180 cm, ia nampak agak seperti gadis kecil yang nampak imut dan tak berdaya.


William juga seorang laki-laki tampan kelas atas, kelima bagian wajahnya tampan menawan bagai terukir oleh pisau, rambut hitamnya yang selaras dengan mata hitam pekatnya yang cocok dengan auranya yang dingin, membuat orang takut dan menghindarinya.


Melihat sekumpulan orang yang menjaga jarak jauh dari sekitar mereka, Jeanne juga tak punya pilihan lain, jalan-jalan saja perlu sampai seserius ini kah? Sepertinya juga lagi ada acara di mall itu, mallnya berdekorasikan lampu-lampu yang terang dan warna warni.


Mereka berdua masuk secara bersamaan dan menarik perhatian cukup banyak pegawai mall, walau begitu malah tidak ada orang yang berani mendatangi mereka berdua. Jeanne juga malah sebenarnya tidak mau beli barang apapun. Tapi karena kakek David yang selalu memperlakukannya dengan baik, ia jadi berniat untuk membelikan kakek beberapa baju, anggap saja seperti menghormati orang yang lebih tua


Kalau William, dia tidak pernah jalan-jalan seperti ini, ia juga tidak tahu mau beli apa, ia hanya sembarang mengikuti Jeanne jalan-jalan saja.


Mallnya sangat luas, saat mereka melewati toko pakaian laki-laki Hug* Boss, Jeanne langsung menghentikan langkah kakinya, setelah mengamati sekilas ia merasa baju di sini sangat cocok untuk William, lalu ia menoleh dan berkata pada William, “aku pilihkan beberapa baju untukmu ya?”


Baju William kebanyakkan semua dirancang khusus dari Milan, awalnya William mau bilang tidak usah, tapi karena hari masih pagi, akhirnya ia menganggukkan kepalanya dan masuk ke toko itu dengan Jeanne.


Cara pembuatan bajunya semua terlihat sangat berkualitas tinggi, modelnya juga cukup banyak. Ya lumayan lah. Jeanne berjalan dari barisan pajangan baju satu ke baris lainnya, memilihkan barang untuk William haruslah lebih detil. William mengikuti di belakang Jeanne, menatapnya tanpa berbicara, tapi baru setengah jalan saja, telepon genggamnya terus berbunyi tanpa henti, ia melihat sekilas pada Jeanne dan tidak mengganggunya, berbalik badan dan ke luar untuk menerima telepon.


Telepon tersebut datang dari perusahaan, ada beberapa pekerjaan yang harus disetujui William terlebih dahulu, William sejak dulu tidak pernah berani asal-asalan dalam masalah pekerjaan, waktu berlalu beberapa saat.


“William, coba kamu lihat ini bagus tidak?”


Tidak ada jawaban, Jeanne kemudian berbalik badan dan menemukan kalau William sudah menghilang, ia tak bisa menahan diri untuk tidak menggeleng-gelengkan kepalanya, akhirnya ia terpaksa memilih seorang diri.


Siapa sangka baru setelah beberapa langkah, ia kebetulan melihat Bernard. Jeanne awalnya ingin sembunyi dan menghindar, siapa sangka kalau Bernard sudah melihatnya dengan mata tajamnya.


“Jessy! ”di tempat seperti ini bisa bertemu Jeanne, wajah Bernard sepenuhnya kaget. Melihat Bernard yang melangkah cepat ke arahnya, Jeanne terpaksa berhenti dan bertanya dengan kepalanya yang terasa agak pusing, “kok kamu bisa ada di sini?”


Bernard menjawab: “aku menemani adik perempuanku ke sini.”

Suasana hati Bernard sedang lumayan baik, sepasang matanya melihat ke sekitar Jeanne lalu bertanya, “kalau kamu? Kok sendirian saja?”


Jeanne mengiyakan dengan datar, ia tidak ingin menjawab dan berbincang dengan Bernard. Siapa sangka Bernard ternyata sama sekali tidak ada niat untuk pergi, ia malah terus menatap Jeanne.


Bulu kuduk Jeanne sampai merinding dilihatnya, Jeanne juga mengernyitkan alisnya, jalannya agak sempoyongan walau berusaha tetap tenang.


“ini kamu di bagian pakaian laki-laki, mau beli untuk siapa?” Bernard sangat peka, melihat baju yang ada di tangan Jeanne, tidak tahu kenapa ekspresi wajahnya seperti agak sedikit berharap.


“……”Jeanne sama sekali tidak tahu harus menjawab apa, kepalanya jadi semakij pusing, ia akhirnya hanya bisa menjawah secara tidak jelas: “aku asal pilih saja.”


Bernard agak kecewa, tapi ia masih tertawa sopan, bertanya, “nanti malam mau makan sama aku tidak, sudah lama kita belum makan bersama-sama lagi.”


Bernard mengedipkan matanya dengan imut, menatap Jeanne dengan sungguh-sungguh. Sebenarnya anak ini kenapa sih? Apa mungkin dia sudah lupa masalah yang waktu itu? Kalau kali ini Jeanne pergi makan bersama Bernard, ia sudah tidak tahu akan muncul masalah apa lagi. Mau bagaimanapun Jeanne tidak berani membuat William marah lagi, setelah berpikir berulang kali Jeanne menjawab dengan halus, “maaf, malam ini aku mau makan bersama William, takutnya aku tidak bisa makan bersamamu.”


Jeanne menolak Bernard dengan sangat halus, ia bahkan memberi penekanan lebih saat mengucapkan nama William, dengan tujuan memperingatkan Bernard. Jeanne kan sekarang sudah jadi istri orang, Bernard kalau kamu terus-terusan menunjukkan rasa sukamu ke wanita yang sudah berkeluarga, apa ini hal yang benar?


Semua orang sebaiknya menjaga jarak demi kebaikan. Bernard sejak dulu selalu pintar dalam melihat keadaan dari kata-kata orang, melihat Jeanne yang terkesan begitu menjauh, Bernard jadi merasa dongkol, dengan perasaan yang agak terguncang ia berkata, “William? Ha, Jessy, kamu jangan jadikan William sebagai alasan deh. Aku tahu kamu tidak suka 


William, hubungan di antara kalian juga hanya sebatas pernikahan demi keuntungan dua keluarga. Lagian dia juga tidak menyukaimu, kalau tidak mana mungkin setelah menikah setahun lamanya, ia tidak pulang dan malah membuatmu jadi kesepian.”


Jeanne agak pasrah, yang penting itu William kan sudah pulang sekarang bro! Lagipula apa juga hubungan semua ini denganmu? Sebelum kata-katanya terlontar dari mulut, Bernard sudah mendekatinya dan menekan pundaknya dengan kuat, ia berkata: “Jessy, di luaran sudah ada gosip kalau William itu sukanya sama laki-laki, kamu pasti tidak akan bisa bahagia kalau terus bersamanya. Hanya aku...... bersamaku kamu pasti akan bahagia, maka dari itu.....bisakah kamu memberi aku kesempatan.”


Mata Jeanne terbelalak, banyak orang yang berhenti dan menonton mereka. Bernard yang wajahnya dipenuhi perasaan mendalam berkata, “Jessy, aku suka kamu, aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi, William sama sekali bukan pasangan yang cocok untukmu.”


Apa sih hubungannya semua ini?

“Bernard, jangan bicara lagi, tolong kamu tahu batasan!” Jeanne mau lepas dari Bernard yang menghalanginya pergi, tapi ia malah ditahan sekuat tenaga oleh Bernard. Bernard yang bersikeras berkata, “Jessy, kamu jangan menghindar dariku, aku benar-benar suka padamu....kalau saja ada setitik kecil harapan, kalau saja kamu bersedia memberikan kesempatan itu padaku, aku juga pasti akan menggunakan kesempatan itu sebaik mungkin……”


Wajah Jeanne berubah jadi pucat pasi, ia dapat melihat William yang berdiri di belakang Bernard, William sedang mempelototi mereka berdua dengan wajah yang sangat tidak senang.


Melihat Jessy yang diam saja, Bernard terus bicara “Jessy, William sukanya itu sama laki-laki, kamu...”


“tutup mulutmu!” sebelum Bernard selesai bicara kalimatnya sudah dipotong Jeanne. Gosip di luaran memang banyak, tapi Jeanne tahu William tidak mungkin suka sesama jenis.


Hal ini sudah ia alami sendiri, William yang tidak tahu kata puas di malam itu, kejadian itu masih seperti baru terjadi kemarin saja. Jeanne takut akan kejadian yang akan terjadi setelah ini, Bernard ini memang tidak akan berhenti bicara sebelum kata-katanya mengejutkan orang ya. Melihat Jessy yang marah, Bernardpun berpikir untuk menjelaskan lagi, saat itupun ia mendengar suara yang mengerikan, “aku suka laki-laki atau tidak, istriku pasti lebih tahu jelas dibanding siapapun.”

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu