Wanita Pengganti Idaman William - Bab 190 Hanya Seorang Wanita Pun Tidak Bisa Dikendalikan

Mendengar perkataannya, William sekilas melihatnya, berkata: “Kata supir kamu terjebak masalah.”

Ternyata saat Jeanne membuat catatan di kantor polisi, supir memanfaatkan kesempatan itu untuk menelepon William dan melapor padanya.

William menurunkan pandangannya dan melihat luka di kaki Jeanne, bertanya: “Apa yang terjadi? Bagaimana dengan lukamu?”

Saat dia berbicara, terdengar suara Sierra dari belakang mereka.

“William, nona Jessy tidak apa-apa kan?”

Mendengar kata-kata ini, Jeanne terpaku tak terkendali, senyuman di sudut mulut mengalami kekakuan sejenak.

Sesuai dugaan, mereka barengan.

Memikirkan ini, mata Jeanne terpintas kekacauan yang sulit diungkapkan.

Sedangkan Sierra tampaknya baru saja melihat Jeanne, bertanya lagi dengan perhatian: “ternyata nona Jessy juga di sini, tadi aku mendengar bahwa kamu terjebak masalah, apakah baik-baik saja?”

Jeanne membalas tatapannya, melebarkan bibir, berkata: “Tidak apa-apa, supir rumah yang terlalu membesar-besarkan.”

Dia berkata sambil tertatih-tatih menjauh dari bantuan William, tidak ingin mengatakan lebih banyak tentang kejadian malam ini.

William mengerutkan alis dan memandanganya, sejenak merasakan dia tidak senang.

Namun, dia tidak mengerti kenapa Jeanne tidak senang.

Dia yang tidak mengerti pun tidak berpikir lagi, menoleh ke perawat di samping.

“Apakah perlu rawat inap?”

Perawat terbengong, menggelengkan kepala: “Tidak ada cedera pada tulang, tidak perlu rawat inap, hanya perlu ganti obat dengan tepat waktu.

William mengangguk, membalikkan kepala, berkata pada Jeanne: “Ayo, pulang.”

Jeanne mengangguk dan melangkah ke arah pintu, tapi belum berjalan beberapa langkah, dia langsung tak tahan dan berhenti, menarik napas dingin.

Dia tidak merasakan sakit saat dia terluka. Setelah dioles obat, sekedar bergerak sudah terasa sakit seperti ditusuk jarum, membuat dia kesakitan hingga terus menghirup udara dingin.

Melihat kondisi ini, Sierra dengan baik hati bertanya: “Nona Jessy, maukah aku pinjamkan kursi roda untukmu?”

Mendengar ini, Jeanne juga tidak berencana untuk sok kuat, ketika dia bersiap-siap untuk mengangguk, tubuh tiba-tiba terangkat.

“YAH---“

Dia berteriak, secara nalurih meraih leher William yang memeluknya dengan gaya pelukan putri.

Jeanne dan Sierra terbengong seketika.

William hanya sekedar melirik orang yang ada di pelukannya dan berkata, "Pulanglah."

Selesai berbicara, William meninggalkan tempat terlebih dahulu.

Jeanne kembali sadar, sudut mulut yang awalnya menghilang, sekarang melengkung tak henti, kekesalan di hati juga tersapu kosong.

Dia mendongak dan memandang wajah tampan yang dekat di depan mata, dengan tenang bersandar di dalam pelukannya, mata malah tidak tahan untuk melirik Sierra yang ada di belakang mereka.

Pencahayaan Rumah Sakit Hermina pada malam hari tidak terang, membuatnya tidak terlihat jelas.

Sierra tidak menyadari tatapan Jeanne, dia terbengong sesaat, lalu menyusul kemari.

Namun, mata menatap punggung kedua orang itu, memancarkan semacam kesan mendalam.

Kemudian mereka bertiga naik ke mobil, mobil melaju ke arah rumah Sunarya.

Di perjalanan, ketiga orang itu bergiliran mencari topik pembicaraan, suasananya tampak harmonis, tetapi hati Jeanne terus terasa tidak nyaman.

Mungkin karena setelah mereka mengobrol sebentar, topik pembicaraan beralih ke topik keuangan yang tidak ia kuasai, ia pun hanya bisa dengan diam mendengarkannya.

Untungnya tidak lama kemudian, mereka sudah sampai di rumah Sunarya.

“William, waktu sudah larut, kamu antar nona Jessy pulang dulu, proyek STG kita diskusikan lain hari.”

Sierra turun dari mobil dengan sadar, berpamitan pada Jeanne: "Nona Jessy, sampai jumpa."

Entah kenapa, Jeanne merasa aneh pada perkataannya itu, seolah-olah William merupakan pemberian darinya.

Dalam hati Jeanne menggelengkan kepala, menghilangkan ilusi yang salah ini, kemudian mengangguk dengan sopan, berpamitan dengannya

“Sampai Jumpa, nona Sierra.”

William juga mengangguk pada Sierra: “Ketemu besok.”

Sierra mengangguk, lalu melihat William pergi dengan memeluk Jeanne.

Saat bersamaan dengan kepergian mereka, ekspresi di wajah Sierra menjadi dalam tidak terduga.

Sayangnya, Jeanne dan William tidak ada yang melihat ini.

Keduanya kembali ke rumah baru, William langsung membawa Jeanne kembali ke kamar dan meletakkannya di tempat tidur.

Dia melihat balutan yang membungkus luka di kaki Jeanne, pada kaki putih itu tampak sangat tidak enak dipandang, juga mempengaruhi penampilan.

Jeanne tentu saja menyadari pandangannya, dengan sedikit malu menarik kaki.

“Apa yang kamu lihat?”

Mendengar perkataan itu, barulah William menyimpan kembali pandangannya.

Langsung terlihat wajahnya yang tidak tahu sejak kapan sudah diwarnai dengan merah merona, sangat elok, membuat dia tidak bisa menahan untuk mendekatinya.

Jeanne memandang wajah tampan yang semakin dekat, jantung berdebar, secara naluriah memejamkan mata.

Sesuai dugaan, detik berikutnya, bibir bertambah sentuhan dingin, diikuti oleh ciuman dan penjelajahan yang tak ada hentinya.

Keduanya berpelukan erat, saling menginginkan.

Ketika William ingin melanjutkan gerakan selanjutnya, malah tidak sengaja tersentuh luka Jeanne.

Pada saat ini, rasa sakit menyebabkan Jeanne yang sudah memasuki puncak emosional menjadi kembali sadar. Dia menarik napas dingin, akal William juga kembali sadar.

Dia memeluk Jeanne, memandang ekspresi kesakitan di mukanya, menarik napas dengan kuat, menjilat gigi, berkata: “kali ini melihatmu terluka, jadi aku melepaskanmu, tunggu kamu sembuh, kompensasi dua kali lipat.”

Jeanne termenung sejenak, segera mengerti maksud perkataannya, mata langsung dipenuhi rasa malu.

Melihat ini, William tersenyum tipis, lalu mendudukkan tubuh dan melihat jam di dinding, berkata dengan tersenyum: “waktu sudah larut, maukah aku yang memandikanmu?”

Selesai dia bicara, dia melihat sekilas kaki Jeanne yang terluka.

Jeanne tentu saja mengerti bahwa dia takut dirinya kesulitan, tapi karena perkataan itu tadi, bagaimana mungkin sekarang dirinya berani membiarkan dia untuk membantu dirinya, takutnya tunggu dirinya sembuh, dia akan disiksa olehnya.

“Tidak usah, aku sendiri bisa.”

Dia terus menggelengkan kepala, selesai itu, dia melarikan diri ke kamar mandi.

William memandang punggungnya yang perlahan menghilang, bibir melengkung tanpa mengeluarkan suara.

Pada saat ini juga, terdengar suara ketukan pada pintu kamar, terdengar juga suara kepala pengurus rumah tangga dari luar pintu.

“Tuan muda, supir sudah pulang, katanya ada masalah yang ingin dilaporkan padamu.”

William yang mendengar ini, bangkit dan mengikuti kepala pengurus rumah tangga untuk pergi bertemu supir.

“Tuan muda, sesuai perintahmu, kami melacak beberapa gangster itu, ditemukan bahwa ada orang yang mengintruksi mereka untuk mencari onar dengan nyonya muda, mengenai orang yang mengintruksi mereka dari belakang, kami memeriksa nomor rekening yang mengirimkan mereka uang, menemukan bahwa orang itu melalui transfer beberapa kali baru ke mereka, sulit ditemukan.”

Supir lapor dengan jujur, William mendengar dengan mengerutkan kening.

Dia sekilas melihat supir, memerintah dengan nada dingin: “Tidak peduli sesulit apapun itu, tetap diperiksa, aku ingin melihat siapa yang berani menyentuh orang dari keluarga Sunarya!”

Supir mengangguk, menerima perintah dan pergi.

……

Saat bersamaan, rumah Delores.

Alexa baru saja menerima panggilan telepon dari asistennya, diberitahu bahwa para gangster tidak berhasil.

“Sekumpulan sampah, seorang wanita saja tidak bisa dikendalikan!”

Dia marah hingga hampir membanting ponselnya, tapi asistennya agak khawatir.

“Nona, masalah kali ini, kita telah menganggu William, apakah dia akan menemukan bahwa kita yang melakukan ini?”

Mendengar perkataan ini, akal Alexa yang hilang karena marah menjadi tenang perlahan.

“Tenang saja, dia tidak akan bisa menemukannya, bahkan jika dia menemukan sesuatu, dia juga tidak akan tahu bahwa kita yang melakukannya, kamu terus awasi Jessy, cari kesempatan lagi!”

Dia sama sekali tidak peduli dan memerintah lagi.

Kali ini wanita murahan itu terlalu beuntung untuk bisa melarikan diri, benar-benar sangat menguntungkannya.

Lain kali dia tidak akan membiarkannya lari dengan begitu mudah!

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu