Wanita Pengganti Idaman William - Bab 506 Rela Menghancurkannya

Jeanne tercengang, “Aku sudah bersikap dinginkah?”

“Menurutmu?”

William meliriknya dengan dingin, lalu menarik pensil gambar ditangannya sambil menariknya keluar.

Jeanne menatap punggung William, tiba-tiba dia sadar apa yang William maksud.

Bibirnya agak mengangkat, rasa sedih karena sebentar lagi harus pergi meninggalkannya berkurang banyak, sekarang digantikan oleh rasa manis yang begitu hangat.

“Iya semua salahku, malam ini aku akan menemanimu.”

Jeanne maju merangkul lengan William atas kemauannya sendiri.

William melirik Jeanne dengan dingin, meskipun wajahnya masih cemberut, namun senyuman sudah menghiasi matanya.

Tentu saja Jeanne merasakannya, ia menarik William berjalan menuju meja makan sambil mengajaknya mengobrol santai.

Di ruang makan keduanya makan sambil mengobrol dengan senangnya.

Setelah makan, Jeanne menemani William berkeliling ke taman, wajah William yang cemberut akhirnya membaik.

……

Keesokannya, Jeanne terbangun setelah tidur cukup kenyang.

Ketika dia sudah selesai makan dan berencana berangkat ke kantor, telpon dari Julian datang.

Jeanne melihat panggilan masuk, hatinya menjadi gelisah, tanpa sadar tangannya yang menggenggam ponsel bergetar.

Dia mengangkat telepon sambil menarik nafas dalam, “Halo, ada apa?”

Terdengar suara Julian yang tidak bersahabat dari balik ponsel, “Kamu datang ke villa sekarang juga, aku dan Jessy ingin memberikan tugas untukmu, dan juga ada beberapa hal mengenai ibumu yang harus diurus.”

Jeanne tidak bisa menolak, hanya bisa menyetujui, “Baiklah, nanti agak siangan aku kesana.”

“Em, jangan sampai diikuti oleh orang keluarga Sunarya.”

Setelah Julian mengingatkannya, langsung mematikan telepon.

Jeanne menyimpan ponsel, ia melirik Moli yang sudah bersiap ikut dia kekantor, berkata dengan santai : “Hari ini kamu tidak perlu ikut denganku, nanti siang aku akan kembali kerumah ayahku, nanti ayahku akan mengutus orang untuk datang menjemputku.”

Moli mengkerutkan alis, “Masalah ini kamu katakan saja pada Tuan, jangan sampai ada masalah dibelakang, Tuan malah menyalahkanku duluan.”

Jeanne meliriknya dengan tatapan begitu dalam, tidak mengatakan apapun, berbalik dan langsung pergi.

Dijalan, Jeanne mengirimkan sebuah pesan singkat untuk William, ia memberitahukan kepergiannya dengan singkat.

“Aku kembali kerumah ayahku sebentar karena ada urusan.”

Setelah mengirimkan pesan, ia menerima balasan William dengan cepat, “Perhatikan keselamatan, ada kejadian apa langsung hubungi aku, nanti malam aku akan datang menjemputmu.”

Jeanne menerima pesan yang penuh perhatian itu, ia tersenyum sambil menyentuh layar ponselnya.

Setelah 10 menitan, ia tiba di villa keluarga Gunarta.

Begitu Jeanne turun dari mobil, dia merasa penjagaan di villa kali ini lebih ketat dari biasanya.

“Nona Jeanne, sebelah sini.”

Pelayan mengiringi Jeanne naik ke lantai atas, mereka berhenti didepan pintu kamar yang tidak terkunci.

“Pa, kamu hati-hati, tulang bayinya masih belum berbentuk.”

“Tenang saja, aku lebih hebat mengurus anak daripada kamu, jangan lupa, kamu itu dibesarkan oleh tanganku ini. Sayang, apa yang kakek katakan benar tidak?”

Julian menggendong bayi itu dengan sangat hati-hati, dia mengayunkan tangannya dengan penuh kasih.

Jessy duduk bersandar di ranjang mengenakan pakaian hangat, terlihat begitu keibuan.

“Heh…”

Jeanne melirik pemandangan ini dengan wajah begitu dingin dan sinis.

Pelayan mengetuk pintu, “Nona besar, Tuan, Nona Jeanne sudah datang.”

“Masuk.”

Julian dan Jessy langsung menyimpan senyuman mereka.

Mereka melihat Jeanne dengan tatapan begitu datar, lalu memberi isyarat kepada pelayan untuk membawa bayinya keluar.

Jeanne hanya sempat melihat anak itu sekilas, namun tidak bisa melihat wajah anak itu dengan jelas.

Dia melihat Jessy yang begitu dingin, teringat William yang mengiranya sebagai ‘Jessy’, tidak kuasa merasa kesal menggantikan William, “Ini alasan kamu meninggalkan Keluarga Sunarya? Siapa ayah dari anak itu?”

Jessy mengkerutkan alis, ia tidak suka nada bertanyanya yang seperti menginterogasi, “Masalah ini kamu tidak punya hak untuk bertanya.”

“Heh, meskipun aku tidak punya hak untuk tahu, apakah kamu pikir hal ini bisa ditutupi dari William? Cepat atau lambat dia akan mengetahui hal ini.”

Jeanne menarik nafas dalam, menatap Jessy dengan tatapan mengejek.

Julian membentak dengan tidak senang, “Jeanne, siapa yang meminjamkan nyali padamu hingga berani berbicara pada Jessy seperti itu.”

Setelah mengatakannya, ia memelototi Jeanne dengan kejam dan berkata dengan sadis : “Ada hal yang tidak perlu kamu tanya, maka jangan tanya, atau jangan salahkan aku karena tidak mengingatkanmu, semakin banyak kamu tahu, maka kamu akan berakhir semakin tragis, ingat ibumu.”

Jeanne tersentak, berkata pada Julian dengan penuh amarah, “Kamu berani!”

“Jika kamu berani merusak rencana Jessy, kamu lihat saja aku berani atau tidak!” Julian berkata dengan dingin.

Jeanne kesal sampai kedua tangannya mengepal kuat.

Dadanya naik turun tidak beraturan, beberapa kali ia menarik nafas panjang baru berhasil menenangkan dirinya, “Ok, aku tidak peduli, ada urusan apa menyuruhku datang kemari hari ini?”

“Seminggu lagi sudah waktunya kamu dan Jessy bertukar kembali, ketika itu kamu harus memberitahu Keluarga Sunarya dua hari sebelumnya kalau kamu mau kembali ke rumah untuk menginap selama beberapa hari, memanfaatkan beberapa hari ini kamu beritahukan dengan singkat apa saja yang kamu lakukan dan alami selama setahun di keluarga Sunarya pada Jessy, lalu aku akan menyuruh orang untuk mengantarmu keluar negeri.”

Julian mengatakan semua rencana mereka pada Jeanne.

Jeanne terlihat begitu tenang, ini membuat Julian juga Jessy merasa sangat terkejut.

Meskipun selama ini Jeanne menyembunyikan perasaannya dengan sangat baik, namun Julian dan Jessy sudah menyadarinya.

Mereka tidak tahu kalau Jeanne sudah menyiapkan mentalnya untuk menerima semua ini setelah kembali dari jalan-jalan keluar negeri.

“Aku sudah paham, kalau begitu bagaimana dengan ibuku? Bagaimana kalian mengaturnya?”

“Aku sudah menghubungi sebuah rumah sakit spesialis otak diluar negeri untuk ibumu, setelah masalah disini sudah selesai, kamu bisa berangkat bersama ibumu.”

Tatapan Julian tiba-tiba menjadi tajam setelah mengatakannya, “Ingat, setelah kalian pergi, selamanya jangan pernah kembali, atau jangan salahkan aku tidak sungkan pada kalian!”

Jeanne merasakan auranya yang begitu sadis, hatinya terasa begitu dingin.

Ayahnya ini sungguh ayah yang ‘baik’, demi melindungi putrinya yang satu lagi, dia rela menghancurkannya!

“Tenang saja, aku tahu harus melakukan apa.”

Jeanne menatap Julian dengan tatapan mencibir.

Begitu ucapannya dilontarkan, ponselnya berdering, William yang meneleponnya.

“Aku sudah pulang kerja, kamu masih dirumah ayahmu?”

Jeanne melirik Jessy dan Julian sekilas lalu menjawab singkat dengan satu kata ‘em’.

“Tunggu 10 menit, aku akan datang menjemputmu.”

Setelah mengatakannya, William langsung mematikan telepon.

Jeanne menyimpan ponselnya, menatap sepasang ayah dan anak itu dengan dingin, “William akan datang ke kediaman Gunarta untuk menjemputku, jika tidak ada urusan lain lagi, aku mau kesana.”

Tidak lama, William menjemput Jeanne dari kediaman Julian.

Dijalan, Jeanne menatap William tanpa mengedipkan matanya, tatapannya penuh dengan rasa bersalah dan tidak tega yang begitu dalam.

“Kenapa terus menatapku seperti itu, ada apa diwajahku?”

William sama sekali tidak menyadari emosi di mata Jeanne, ia bertanya sambil melirik sekilas kearah Jeanne.

“Tidak apa, hanya saja tiba-tiba merasa kamu begitu tampan hari ini!”

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu