Wanita Pengganti Idaman William - Bab 344 Resah

Tangan Jeanne menggenggam pensil gambar, berdiri cukup lama dibalkon namun tidak kunjung menggerakkan pensilnya, kepalanya dipenuhi oleh masalah William.

Angin dingin berhembus, membuat dirinya yang berpakaian tipis mengigil, dan disaat bersamaan menariknya kembali ke dunia nyata, membuatnya menundukkan kepala dengan kesal.

Karena dia menyadari tingkat kepentingan William dalam hidupnya sudah melampaui batas wajarnya.

Dia menggigit bibirnya, tiada hentinya mengingatkan dirinya, jangan seperti ini lagi, atau dia akan kehilangan jati dirinya.

Ketika ia sedang meyakinkan dirinya, ia mendengar suara pintu dibelakangnya.

Tubuhnya menjadi tegang, ia tahu siapa yang masuk, dan karena ini ia tidak langsung berbalik.

Namun karena ia tidak berbalik, orang dibelakangnya segera menempel dengan hangat padanya.

“Masih belum istirahat?”

William bertanya sambil mengelus lembut daun telinga Jeanne.

Belakangan ini kedekatan mereka semakin kuat, membuat William sangat menyukai pose pelukan seperti ini, ia merasa hatinya terasa begitu penuh.

Jeanne hanya menegang sesaat, lalu kembali normal, ia berkata sambil tersenyum : “Sketsanya sudah hampir selesai, kamu istirahatlah terlebih dahulu.”

Dia berkata sambil menarik diri keluar dari pelukan William, terkesan sedang konsen bekerja.

William melihat ini, tersenyum kecil, ia tidak lagi mengganggunya, setelah berbalik dan mandi, ia berbaring di ranjang untuk istirahat.

Jeanne berdiri di balkon, entah karena dikamar ada orang lain atau bagaimana, ia tidak bisa konsen bekerja lagi.

terutama ketika mendengar suara nafas yang teratur itu, membuat hatinya perlahan menjadi rumit.

Akhirnya ia menyerah menggunakan pekerjaan untuk mengalihkan perhatiannya, setelah membereskan barangnya, ia juga ikut naik ke ranjang.

Namun siapa sangka dia baru saja naik keatas ranjang, William langsung memeluknya.

Dia bersandar didada William, merasakan nafasnya yang hangat dan lembut, membuat hatinya yang sudah susah payah ditenangkan kembali bergetar, bahkan terasa sakit tidak terkira.

Kelihatannya hubungan mereka semakin lama semakin erat, erat sampai membuatnya tidak tega untuk pergi.

Bahkan ia terus berharap Jessy tidak perlu kembali.

Namun ia tahu kalau ini tidak mungkin.

Jessy tidak mungkin tidak kembali, dan dia memang sudah ditakdirkan untuk pergi.

Mengingat ini hatinya terasa sakit sampai bernafas pun sakit, rasa kantuknya juga menghilang, dia berbalik, menatap pria dihadapannya dibawah cahaya lampu yang redup, seolah ingin mengukir seluruh lekuk wajahnya kedalam hatinya.

Entah sudah berapa lama Jeanne menatapnya, hingga matanya mulai merasa berat, perlahan memejamkan mata dan tertidur.

……

Keesokan harinya, ketika William bangun dan melihat lingkar hitam dimata Jeanne, alisnya mengkerut.

“Semalam tidak tidur dengan nyenyak?”

Jeanne tercengang, ia mengangguk ringan sambil menutupi : “Em, desain terakhir terus tidak mendapat konsep yang pas, sehingga semalam dibuat cukup resah memikirkannya.”

Mendengar ini, alis William mengkerut semakin kuat.

Dia tahu kualitas itu sangat penting untuk seorang desainer, lalu ia memberi saran : “Jika tidak mendapatkan inspirasi keluarlah jalan-jalan, jangan main-main dengan kesehatanmu, atau aku akan menyuruh Zoey menghentikan seluruh pekerjaanmu untuk sementara.”

Jeanne mendengar perhatian dalam ucapannya yang cukup tidak bersahabat, hatinya tersentuh juga merasa cukup perih.

Karena ia tahu perhatiannya bukan untuknya, melainkan untuk Jessy.

Namun dirinya sekarang memerankan Jessy.

Bisa dikatakan kebimbangan yang nyata ini membuatnya terjatuh kedalam sebuah lubang yang mematikan.

“Em, aku tahu, hari ini aku juga berencana untuk keluar jalan-jalan.”

Dia menyetujui apa yang William katakan, karena dia memang berencana untuk keluar jalan-jalan.

Sepertinya sejak ulang tahunnya yang terakhir, dia sudah lama tidak pergi menengok ibunya.

Dia ingin bertemu dengan ibunya, dan menumpahkan semua isi hatinya.

Disaat seperti ini, hanya ibunya satu-satunya tempat untuknya bernaung.

William tidak tahu apa yang ia pikirkan, mendengar ia ingin pergi, ia mengingatkan : “Ingat untuk mengajak Moli ketika mau keluar, ada kejadian apa langsung hubungi aku.”

Jeanne tidak mungkin mengajak Moli pergi menemui ibunya, ia hanya menjawab dengan senyuman.

Setelah William ke kantor, dia kembali kekamar untuk menelepon Julian.

“Aku ingin menemui ibu.”

Dia langsung mengatakan tujuan intinya, Julian dibalik sana terdiam sesaat, “Baiklah, kamu datang sendiri atau aku yang mengutus orang untuk menjemputmu?”

Awalnya Jeanne sudah mempersiapkan hati jika menerima penolakan, namun siapa sangka dia langsung menyetujui, mambuatnya sangat terkejut.

“Kamu utus orang untuk menjemputku saja.”

Dia mengingat Moli, sehingga berkata sambil mengetatkan bibir.

Julian menjawab singkat lalu memutuskan sambungan telepon.

Jeanne juga tidak peduli, dia bangkit lalu bersiap-siap.

Setengah jam kemudian dia sudah siap lalu keluar seorang diri.

Moli melihatnya yang sudah bersiap untuk keluar, meskipun tidak suka, namun ia tetap mengikutinya dari belakang.

Alis Jeanne mengkerut, berkata dengan nada dingin : “Hari ini aku kembali kerumah ayahku, kamu tidak perlu ikut, ayahku tidak suka ada orang asing yang datang kerumah.”

Moli memutar bola matanya, “Kamu pikir aku suka mengikutimu, ini perintah dari tuan untuk tidak beranjak dari sisimu meskipun itu hanya satu langkah.”

Jeanne tidak berdaya, akhirnya membiarkannya ikut.

Lalu keduanya menunggu supir Julian di depan pintu.

Kurang lebih 10 menitan, supirnya pun tiba.

Jeanne naik mobil terlebih dahulu, namun ketika Moli berencana ikut naik, Jeanne menghentikannya.

“Kamu bawa mobil sendiri, sehingga malam tidak perlu menyuruh supir ayahku untuk mengantarku pulang.”

Moli mendengar ini, meskipun merasa tidak suka, namun ia tidak berkata apa-apa, berbalik dan mengambil mobil ke garasi.

Jeanne melihat situasi ini, segera meminta supir untuk berangkat sekarang juga.

Ketika Moli keluar mengendarai mobilnya, sudah tidak ada lagi bayangan Jeanne didepan pintu.

Dan sekarang dia sudah tahu kalau dia sudah dipermainkan oleh Jeanne.

Wajahnya langsung berubah kesal sekali, tanpa ragu dia langsung menelepon William.

Bagaimanapun ia ditinggalkan oleh Jeanne, jika terjadi sesuatu padanya, tuannya pasti akan membuat perhitungan dengannya.

William menerima telepon dari Moli merasa aneh.

Dia tidak paham, Jeanne hanya kembali kerumah ayahnya, kenapa harus berbuat seperti ini.

Jeanne tidak tahu perilakunya ini sudah membuat William merasa curiga, ia diantar supir ke rumah sakit.

Lalu ia langsung menuju ke ruang rawat.

Namun didepan kamar ibunya ia melihat seseorang yang diluar dugaannya.

“Untuk apa kamu datang kemari?”

Dia melihat Julian berdiri didepan pintu mengenakan setelan jas lengkap.

Tanpa menunggu Julian menjawab, dari belakangnya muncul suara lembut dan genit.

“Ayah, aku sudah selesai, sudah boleh masuk.”

Jessy muncul dari belakang Julian, seolah tidak melihat Jeanne.

Dan Jeanne melihatnya seolah melihat hantu.

“Jessy, kenapa kamu bisa ada disini?”

Setelah mengatakan ini, dia seperti mengingat sesuatu, ekspresinya langsung berubah serius, ia bertanya dengan nada ketakutan yang sama sekali tidak ia sadari : “Kapan kamu kembali? Kenapa tidak memberitahuku?”

Jessy mendengar pertanyaan ini, ekspresi tidak senang langsung muncul di wajahnya.

Dia mengangkat dagunya, lalu menatap Jeanne dengan angkuh : “Kamu itu siapa? Atas dasar apa aku harus memberitahumu?”

Ekspresi wajah Jeanne berubah, ia menggerakkan bibirnya seolah ingin mengatakan sesuatu.

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu