Wanita Pengganti Idaman William - Bab 463 Jangan Salahkan Aku Berperilaku Kejam

Celica menarik kembali pandangannya, ia membereskan peralatan diatas meja sambil mengatur : “Nanti siang aku suruh orang untuk mengantar sampel baju kesana, kalau ada kabar aku akan mengabarimu.”

Setelah selesai mengatakannya, kebetulan melihat ponsel putih silver yang berada diatas meja Jeanne, ia sedikit terkejut, “Desainer Jessy, kamu kapan ganti handphone?”

“Itu bukan handphoneku, itu handphone William yang ia pinjamkan untukku.”

Senyum terangkat dibibirnya, “Ternyata punya William, pantas saja rasanya tidak asing, William sungguh baik padamu.”

Ucapannya yang terdengar penuh rasa iri ini membuat Jeanne mengangkat alis.

Ia melirik Celica sekilas, ia tidak ingin berdebat dengannya, ia langsung mengalihkan topik pembicaraan, “Manajer memintaku kesana kalau sudah selesai, aku kesana dulu ya.”

Celica melihatnya pergi, rasa iri dalam matanya sama sekali tidak bisa ia tutupi.

Kantor manajer, Jeanne melaporkan perkembangan case yang sedang mereka jalankan.

Zoey mengangguk dengan puas : “Kerja bagus Desainer Jessy.”

Jeanne menggeleng dengan sungkan, setelah melaporkan beberapa pekerjaan, ia pun pergi.

Ketika ia keluar dari kantor Zoey, ia berpikir kalau tidak ada urusan lain di kantor sehingga berencana untuk pergi.

Hanya saja ketika menginjakkan kaki di luar kantor, melihat matahari yang bersinar begitu panasnya, membuatnya tidak ingin kembali ke kediaman Sunarya secepat itu.

Dia melihat jam, sudah hampir jam makan siang, lalu memutuskan untuk pergi ke kantor pusat untuk mengajak William makan siang bersama.

Tentu saja dia tidak memberitahu William terlebih dahulu karena ingin memberikan kejutan untuknya.

10 menit kemudian, dia tiba di kantor pusat, setelah memberitahu Hans, ia langsung naik lift pribadi menuju kantor presdir.

“Nyonya muda, Presdir ada di kantor.”

Ketika Hans melihat Jeanne keluar dari lift, ia langsung menyambut dan berkata dengan suara pelan.

Jeanne mengangguk lalu berjalan menuju ke kantor.

“Masuk.”

Setelah mengetuk pintu, terdengar suara William yang dingin dari dalam.

Jeanne mendorong pintu dan masuk.

William mengira Hans masuk untuk melaporkan pekerjaannya, ia tidak mengangkat kepala.

Jeanne mengangkat alis, mengangkat bibir dengan nakal sambil berjalan menuju meja William.

“Bos, sudah waktunya makan.”

Ia menjulurkan tangannya dan menekan dokumen yang sedang dibaca William.

William mengangkat kepala dengan terheran : “Kenapa kamu bisa datang kemari?”

“Ini sudah siang, aku ingin mengajakmu makan siang bersama.”

“Tunggu sebentar, aku masih ada satu dokumen yang harus diurus.”

Jeanne mengangguk, berbalik lalu duduk di sofa.

Dia menopang dagunya sambil menatap William yang sedang bekerja dengan serius, merasa sedikit bosan, ia membuka ponsel sambil membuka berita diinternet, namun ketika membuka ponsel William didalamnya tidak ada aplikasi apapun yang terinstal, layarnya bersih.

“Ada juga yah orang yang tidak menginstal aplikasi apapun.”

Dia berkata dengan nada sulit mempercayai sambil memonyongkan bibir.

Ketika sedang berbicara, tiba-tiba ada bayangan hitam yang menutupi, entah sejak kapan William berjalan kemari, “Apa yang kamu bilang tadi?”

Jeanne melihatnya sambil melambaikan ponsel ditangannya dan berkata, “Aku bilang kamu tidak terlihat seperti manusia jaman purba, namun sikapmu malah seperti manusia purba, sama sekali tidak ada games atau aplikasi chatting sama sekali di ponselmu, aku mengira usia kita tidak terpaut jauh sehinggan tidak ada gap usia, namun sekarang kelihatannya aku belum menemukan jarak umur kita saja.”

Wajah William seketika menjadi muram.

Gap usia? Jadi maksudnya dia tua?

Dia menatap Jeanne dengan begitu dalam, berkata dengan penuh maksud : “Nanti malam aku akan memberitahumu apakah kita memiliki gap usia atau tidak!”

Jeanne menatap tatapannya yang begitu serius, hatinya langsung tersentak, akhirnya ia mengerti apa itu cari mati.

“Hehe, aku Cuma bercanda kok.”

“Aku tidak bernah bercanda.”

William menyunggingkan senyum penuh maksud diwajahnya.

……

Keesokan paginya, Jeanne terkulai lemas diatas ranjang, dia benar-benar dibuat kelelahan oleh William sampai satu jaripun tidak sanggup digerakkan.

“Hari ini kamu istrahat saja dirumah.”

“……”

Jeanne ngambek tidak ingin mempedulikannya.

William juga tidak peduli, sambil merapikan kerutan yang tidak ada dijasnya sambil berkata : “Ponselmu sudah ditemukan oleh kepala pelayan kemarin, dia sudah meletakkannya dilaci meja samping ranjang.”

Setelah mengatakannya, ia tersenyum melihat Jeanne yang masih ngambek lalu pergi.

Jeanne mendengar suara langkah yang semakin lama semakin menjauh, meskipun rasanya kesal, namun ia lebih merasa bahagia.

Dia berbalik badan lalu lanjut istirahat.

Entah sudah tidur berapa lama, Jeanne terbangun oleh suara dering handphone.

Dia mengeluarkan ponsel dari dalam laci dengan malas, begitu melihat nama di layar, ia langsung sadar, ia mematikan telepon dengan wajah kesal.

Karena yang meneleponnya bukan orang lain, melainkan ayahnya!

Jangan lihat dua hari ini dia terlihat baik-baik aja, namun kejadian semalam masih terus mengganjal dihatinya, tidak bias dilepaskan.

Dan dia juga sadar kalau Julian tidak mungkin menghubunginya tanpa alasan, takutnya ada hal yang harus ia kerjakan lagi.

Juga karena itu, dia selalu mematikan semua telepon dari Julian.

Julian juga tidak marah, dia tersenyum dingin lalu mengirimkan sebuah pesan singkat.

“Jika kamu tidak mau terjadi sesuatu pada ibumu, angkat telepon dan dengarkan semua yang diaturkan dengan baik.”

Jeanne sangat kesal, tanpa menunggu Julian meneleponnya lagi, ia langsung kembali meneleponnya, “Julian, apa yang sebenarnya kamu inginkan? Terus saja menggunakan ibuku untuk mengancamku, jangan sampai aku tidak memperdulikan semuanya dan menghancurkan semuanya ketika itu aku sudah tidak takut apa-apa!”

Wajah Julian menjadi serius, ia berkata dengan dingin : “Jika kamu memang punya nyali, aku akan sangat salut padamu, namun sekarang kamu sudah tidak punya pilihan lain, pilihanmu hanya menuruti perintahku atau jangan salahkan aku yang kejam membuat ibumu mati segan hidup tak mau!”

Jeanne teramat dan sangat marah, tubuhnya sampai bergetar.

Akhirnya ia tidak punya keberanian untuk melawan Julian, ia menarik nafas dalam, berusaha tenang, lalu bertanya dengan tegas : “Apa lagi yang kamu inginkan dariku?”

“Untuk hal detailnya nanti kita bicarakan ketika bertemu, tidak boleh membawa siapapun dari anggota keluarga Sunarya.”

Setelah mengatakannya, Julian langsung mematikan telepon.

Jeanne menggenggam erat ponselnya sampai ujung jarinya menjadi putih, setelah beberapa saat, ia baru bisa menenangkan diri dan bersiap-siap untuk keluar.

Tidak sampai setengah jam, orang utusan Julian sudah tiba didepan rumah kediaman Sunarya.

“Aku kembali ke rumah ayah sebentar, kamu tidak perlu ikut, nanti malam ayahku akan mengutus orang untuk mengantarku pulang.”

Jeanne berpesan pada Moli sebentar lalu mengambil tas jinjingnya dan naik ke atas mobil.

Moli menatap Jeanne yang berjalan menjauh, ia merasa wanita ini agak aneh.

Kembali ke rumah ayahnya bukanlah hal yang tidak boleh diketahui orang, kenapa Jeanne berkali-kali harus meninggalkannya?

Jeanne tidak tahu kalau dia sudah mulai membuat Moli curiga, dia duduk di mobil sambil menatap keluar jendela dengan alis mengkerut, “Ini bukan jalan kerumah Julian, kalian mau membawaku kemana?”

“……”

Didalam mobil tenang tidak ada suara, supir juga tidak menjawabnya.

Setelah 10 menitan, mobil berhenti disebuah villa.

Jeanne turun dari mobil, melihat villa yang asing juga mewah ini, ia merasa harus waspada.

Apalagi disekitar villa dipenuhi oleh bodyguard, membuatnya lebih takut lagi.

“Nona, lewat sini.”

Ada orang yang melihat kedatangan Jeanne, langsung maju menunjukkan jalan.

Jeanne hanya bisa mengikutinya, tidak berapa lama kemudian ia tiba di ruang tamu, ia melihat Julian duduk diatas sofa, dan disampingnya duduk orang yang tidak ia sangka – Jessy!

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu