Wanita Pengganti Idaman William - Bab 327 Gila Karena Cemburu

Jeanne dan Sierra masuk ke gedung kantor, Moli mengikuti mereka dari belakang.

"Halo Direktur."

"Direktur Munica."

Seiring dengan kemunculan mereka bertiga, banyak karyawan perusahaan yang menghentikan langkah mereka dan menyapa Sierra dengan hormat.

Sierra menyapa mereka satu persatu, dia membawa Jeanne masuk ke dalam lift, tidak lama kemudian mereka sampai di ruangan media massa.

"Ini adalah ruangan wawancara kami, sebentar lagi kita akan melakukan wawancara di sini."

Dia menunjuk ke ruangan yang sedang didekorasi oleh banyak orang, sambil mengenalkannya kepada Jeanne.

Jeanne menganggukkan kepalanya, lalu tanpa sadar melihat ke sekelilingnya.

Saat dia melihat alat-alat filmografi canggih itu, dia tidak bisa tidak merasa kagum.

Seperti yang sudah dia duga, perusahaan dengan merek besar seperti NK ini, semua menggunakan lini produksi berkelas.

Sierra tentu saja tidak melewatkan kekaguman yang terlihat di mata Jeanne, dia memandang Jeanne dengan pandangan menghina, tetapi wajahnya tetap tersenyum dan membawa Jeanne berkeliling, kemudian dia menyuruh orang untuk mendandaninya.

Dalam waktu kurang dari setengah jam, Jeanne berjalan keluar dengan mengenakan setelan bisnisnya, wajahnya dipoles dengan makeup yang natural dan elegan, dia terlihat menawan, membuat Sierra yang melihatnya merasa sangat iri.

Dia menyadari setelah Jeanne dirias, baik penampilan luarnya maupun aura yang terpancar dari dirinya, tidak kalah dibandingkan dirinya sendiri, bahkan dia terlihat lebih feminim dibandingkan dirinya.

William memperlakukannya dengan sangat spesial, apakah hal itu dikarenakan kefeminimannya itu?

Karena biar bagaimanapun pengajaran yang dia dapatkan dari kecil sudah menghapus sifat itu dari dirinya.

Sierra mulai berpikir yang tidak-tidak, dia juga perlahan-lahan memiliki sebuah ide dalam hatinya.

Kemudian dia melambaikan tangannya dan menyuruh seorang asisten untuk mendekatinya dan dia membisikinya beberapa hal.

Tidak tahu apa yang dia katakan, mata asisten itu terlihat terkejut, kemudian setelah dia melihatnya sekilas, dia mengangguk kepada Sierra dan meninggalkan ruangan media.

Tidak lama setelah asisten itu pergi, Jeanne juga berjalan ke depan Sierra.

"Nona Sierra, apakah wawancara akan dimulai sekarang?"

Setelah mendengar hal ini, Sierra tiba-tiba meminta maaf kepada Jeanne : "Maaf, nona Jessy, tiba-tiba ada satu alat yang bermasalah, wawancaranya kemungkinan harus ditunda satu sampai dua jam."

Saat Jeanne mendengarnya, dia merasa sedikit aneh, tetapi dia tidak tahu aneh di bagian mananya, jadi dia hanya bisa tersenyum dan berkata : "Tidak apa-apa, aku bisa menunggu sebentar."

Sierra tentu saja sudah mengira dia akan menjawab seperti itu, senyuman di wajahnya tidak mencapai matanya, dia tersenyum tipis dan berkata : "Baiklah, aku akan menyuruh orang untuk mengantarmu pergi ke ruang tamu, setelah di sini sudah beres, aku akan menghubungimu lagi."

Jeanne mengangguk dan mengikuti asisten yang ditunjuk oleh Sierra untuk mengantarnya ke ruang tamu.

Moli tentu saja juga ikut pergi dengan Jeanne, namun sebelum dia pergi, dia menatap Sierra dengan dalam.

Matanya yang kelam membuat Sierra merasa ketar-ketir, dia mengira pengawal ini sudah mengetahui rencananya.

Namun saat dia melihat Moli tidak mengatakan apapun dan ikut pergi dengan Jeanne, akhirnya dia tidak merasa cemas lagi.

Dia memutar matanya, wajahnya terlihat gembira karena apa yang sudah direncanakannya.

Sedangkan Jeanne sama sekali tidak tahu mengenai hal ini, setelah dia mengikuti asisten ke ruang tamu, dia merasa seperti sudah dilupakan begitu saja.

Dia memainkan ponselnya dengan bosan, Moli duduk tidak jauh darinya dan menatapnya dengan tatapan menghina.

Waktu tidak terasa berlalu begitu saja.

Mereka berdua menunggu dari jam dua sore sampai matahari hampir terbenam, saat karyawan kantor hampir pulang kerja, Sierra seperti baru teringat kepada mereka.

"Maafkan kami, nona Jessy, membuat kamu menunggu begitu lama, mesinnya sudah diperbaiki."

Dia datang sendiri ke ruang tamu dan membawa Jeanne pergi ke ruangan media.

Meskipun di dalam hatinya Jeanne merasa sangat tidak nyaman, tetapi saat melihatnya tersenyum, dan juga mendengar permintaan maafnya tadi, dia tidak bisa mengeluarkan kekesalannya.

Untung saja wawancaranya berjalan lancar, tidak ada masalah yang berarti.

Sierra dan Jeanne juga mulai serius bekerja, mereka berdua saling tanya jawab, memulai wawancaranya.

"Dari mana nona Jessy biasanya mendapatkan inspirasi dalam mendesain sesuatu?"

"Ini tergantung, kadang-kadang didapatkan saat aku sedang merenung, kadang-kadang saat aku sedang pergi jalan-jalan diluar atau saat mengikuti pameran."

"Ternyata seperti itu, nona Jessy memiliki bakat yang luar biasa, tetapi aku dengar-dengar kalau nona Jessy tidak memiliki pendidikan formal sebagai seorang desainer, apakah nona Jessy pernah berpikir untuk belajar lagi nanti?"

Ketika topiknya semakin mendalam, pertanyaan Sierra juga semakin lama semakin tajam.

Meskipun pertanyaannya tidak terlepas dari soal desain, tetapi terasa seperti sedang menyerangnya.

Jeanne dapat merasakannya, dia menatap Sierra dengan dalam.

Dia tidak yakin apakah ini disengaja ataukah pertanyaan yang disiapkan untuk wawancara ini memang seperti itu.

Untung saja akhirnya berkat kepintarannya, dia dapat menghindar dari jebakan pertanyaan demi pertanyaannya.

Wawancara ini, selain pertanyaan-pertanyaannya yang tidak terlalu bersahabat, yang lainnya bisa dibilang cukup baik.

Terlebih lagi Sierra, dia juga tahu kalau pertanyaan-pertanyaannya membuat Jeanne tidak senang, jadi setelah selesai wawancara, dia meminta maaf kepadanya.

"Nona Jessy, maafkan aku, pertanyaan tadi terlalu tajam, itu diputuskan oleh perusahaan di saat-saat terakhir, jadi tidak berdiskusi dulu denganmu, aku harap kamu tidak keberatan."

Jeanne mendengarkan permintaan maafnya dan tidak berpikir macam-macam.

Biar bagaimanapun dia tahu kalau ada beberapa wawancara yang pertanyaannya diganti pada saat-saat terakhir.

"Tidak apa-apa, ini untuk pekerjaan, aku bisa mengerti."

Saat Sierra mendengarnya, sekilas terlihat pandangan menghina dari matanya, setelah itu dia segera mengundangnya : "Tidak peduli bagaimanapun, ini adalah kesalahanku, begini saja, nanti kita makan malam bersama, anggap saja ini untuk menebus kesalahanku terhadap nona Jessy."

Jeanne melihat jam lalu menggeleng : "Aku sudah menerima niat baik nona Sierra, saat ini sudah larut malam, William masih menungguku di hotel, aku ingin pulang dulu."

Saat Sierra mendengar perkataannya, senyuman di wajahnya terlihat semakin memudar, di saat yang bersamaan, hatinya semakin gila karena cemburu.

Tetapi dia tidak memperlihatkannya di wajahnya, dia terus berkata : "Ternyata begitu, kalau begitu aku tidak akan memaksa lagi, jika tidak William akan marah kepadaku."

Saat Jeanne mendengar nada bicaranya yang terdengar akrab saat menyebut nama William, hatinya terasa tidak nyaman, tetapi dia tidak mengatakan apapun, dia hanya mengangguk dan membawa Moli pergi dari sana.

Mereka berdua keluar dari kantor dan berencana naik taksi untuk kembali ke hotel.

Moli tiba-tiba menyadari kalau ada banyak mata yang diarahkan kepada mereka dari segala sisi.

Jelas sekali kalau ada orang yang sedang mengamati mereka.

Dia seperti tiba-tiba teringat akan sesuatu, matanya bersinar terang, sepasang matanya yang hitam menatap Jeanne.

"Aku pergi ke kamar mandi dulu, kamu disini saja, jangan pergi ke mana-mana."

Selesai bicara, dia langsung berbalik dan pergi dari sana.

Saat Jeanne melihat punggung Moli yang pergi menjauh dengan dinginnya, dia mengeratkan bibirnya, dia merasa seperti bukan sedang membawa seorang pengawal, melainkan membawa atasannya, namun dia tetap menurutinya dan berdiri di depan pintu.

Tetapi dia tidak tahu kalau setiap tindakannya diamati oleh Sierra yang sedang berada di lantai atas.

Matanya terlihat suram, setelah itu dia mengambil ponselnya dan menelepon ke satu nomor.

Tidak lama kemudian, dari telepon sebelah sana terdengar suara Musa.

"Apa apa?"

Saat Sierra mendengarnya, dia berkata dengan dingin : "Orangnya sudah mau pergi, kalian cari kesempatan untuk bertindak."

Setelah itu, dia seperti teringat akan sesuatu, dia mengingatkannya sekali lagi : "Ingat, aku mau dia benar-benar menghilang."

Musa tertawa pelan, "Aku tahu."

Selesai bicara, dia memutuskan sambungan teleponnya.

Sierra meletakkan ponselnya dan sekali lagi melihat sosok Jeanne, wajahnya terlihat bagaikan haus darah.

Kali ini dia mau lihat apakah wanita itu masih bisa melarikan diri!

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu