Wanita Pengganti Idaman William - Bab 107 Membalikkan Keadaan

Bab 107 Membalikkan Keadaan


Pagi hari keesokan harinya. Kepala Jeanne sakit sekali, seluruh badannya sakit pegal-pegal. Pada saat itu juga, William ke luar dari kamar mandi.


“sudah bangun? Hari ini kalau belum sehat kamu istirahat saja di rumah.” William berkata dengan cepat setelah melihat ekspresi sakit di wajah Jeanne. Mendengar hal itu, setelah akhirnya sadar Jeanne melihat ke arah William.


Seketika itu juga, film ingatan kejadian semalam kembali berputar di otak Jeanne. Trrutama saat mengingat pria ini memandikan Jeanne, Jeanne jadi malu dan marah juga, menjawab dengan kesal: “aku pasti harus istirahat baik-baik!” selesai bicara, Jeanne memegang erat selimutnya dan kembali tiduran di ranjang.


Melihat meadaan itu, mata William terlihat bersinar lembut, segera setelahnya ia tertawa kecil, berbalik badan dan pergi. Seiring dengan kepergiannya, Jeanne baru perlahan-lahan mengeluarkan kepalabya dari selimut, matanya penuh dengan kekesalan, tapi ia juga menghela nafasnya.


Kelihatannya mabuk Jeanne semalam itu, tidak membuat William mencurigainya. Berpikir seperti itu, Jeanne mau tak mau jadi teringat kembali kejadian semalam, wajahnya terlihat marah.


Alexa wanita itu pikirannya sangat buruk dan beracun, tanpa disangka sudah mencari orang untuk menghabiskan ketidakbersalahan Jeanne sepenuhnya. Sayang tidak ada bukti yang membuktikan. Jeanne tiduran sebentar, kemudian tunggu suasana hatinya lebih tenang, baru deh bangun.


Kemudian setelahnya ia turun ke bawah untuk makan, melihat cuacanya lumayan bagus, ia berencana makan sebentar, terus ambil naskah desain dan bawa ke taman bunga belakang sambil berjemur sambil membuat desain. Jeanne berpikir dengan santai, dan benar-benar melaksanakannya. Satu pot teh, sepiring kecil makanan ringan, dengan sinar matahari yang menjemur, sangat memuaskan.


Saat Marina datang, ia langsung melihat skenario bahagia ini, matanya menunjukkan sedikit kebencian. Wanita rendahan ini sangat bisa menikmati hidup ya! Ia mengkritik dalam hati dengan kesal, awalnya ia berencana pergi saja pura-pura tidak lihat.


Tapi karena Marina teringat kata-kata pembicaraannya dengan Alexa hari itu, langkah kakinya yang beranjak pergi ia tarik kembali. Badannya berbelok, kemudian jalan ke arah Jeanne.


Jeanne yang mendengar adanya pergerakan, tanpa sadar ia mengangkat kepalanya untuk mencaritahu, melihat ada Marina yang berjalan ke arahnya, dalam hati Jeanne berkata sial. Jarang-jarang ada hari yang tentram, Jeanne tidak ingin bertemu orang itu. 


“tante Marina.” 


Jeanne menyapa duluan dengan ogah-ogahan, supaya wanita itu nanti tidak sengaja mencari-cari kesalahan dan cari-cari masalah. Mendengar suara Jeanne, Marina berhenti sejenak, dari atas ia menatap Jeanne yang berada di posisi lebih bawah. Marina juga tidak berbicara, membuat Jeanne yang melihatnya dalam hati jadi merasa tidak nyaman dan merinding juga.


“tante ada urusan apa?” Jeanne bertanya sambil mengernyitkan alisnya. Seiring dengan kata-kata Jeanne tersebut keluar dari mulutnya, Marina baru perlahan-lahan menarik kembali tatapannya, tapi tetap melihat Jeanne dari sisi matanya seperti sebelumnya.


“tidak ada urusan apapun, hanya ingin memberitahu kamu, malam ini di luar ada pesta bisnis yang sangat besar, William baru pulang kan, tidak bisa menolak ikut pesta seperti itu, jadi pada saatnya nanti harus ikut juga, dan pada saat itu juga mereka tidak bisa lepas dari minum alkohol, kamu lihat jam ya, pergi pagian jemput William pulang.” 


Mendengar hal itu, Jeanne tidak tahu kenapa tapi rasanya ada yang aneh saja.


Jeanne tanpa sadar langsung menjawab: “untuk hal ini seharusnya tidak perlu aku pergi kan, karena William tidak memberitahu aku juga, aku rasa ia akan membawa asistennya pergi, pada saatnya nanti asisten itu antar pulang saja.”


Marina tidak menyangka kalau Jeanne sewas-was itu, tanpa disangka ia tidak terpancing, mata Marina jadi terlihat kesal.


“bicara apa kamu ini? Memangnya kamu bukan istrinya William?” Marina memaki dengan suara keras, raut wajah Jeanne jadi muram. Bahkan tidak menunggu Jeanne menjelaskan diri, Marina sudah membuka mulutnya dan bicara lagi. 


“cih, aku benar-benar kira kamu sudah belajar dari kesalahanmu, ternyata cuma segini saja, menyuruh kamu jemput orang saja pakai alasan macam-macam, kalau tidak mau pergi ya sudah, nanti kalau begitu aku suruh saja Alexa yang pergi jemput, kamu tidak bersedia, ada orang yang bersedia tuh!” selesai bicara, Marina sengaja menubrukkan tubuhnya dan berjalan pergi dari sisi Jeanne. Sengaja pura-pura mau beranjak pergi.


Mendengar Marina mau menyuruh Alexa, hati Jeanne jadi terasa tidak nyaman. Jeanne meraba bibirnya sambil melihat tampak belakang Marina, berkata dengan nada dingin: “kasih tahu aku alamatnya, nanti aku akan pergi.”


Mendengar hal itu, Marina menghentikan langkahnya dan berbalik badan, “aku kira kamu tidak peduli?” Marina mencela dengan nada dingin segera setelahnya memberitahu alamatnya, lalu baru pergi dengan marah.


Jeanne mengingat baik-baik alamatnya, kemudian mengangkat kepalanya lagi dan melihat ke Marina. Tidak tahu juga ini hanya bayangan Jeanne saja atau tidak, Jeanne seperti melihat kalau Marina yang sudah jauh di sana seperti berhenti sejenak, ada senyum dingin yang terlihat dari sisi wajahnya. Jeanne menggeleng-gelengkan kepalanya. Dilihat lagi, sudah tak ada bayangan Marina di taman bunga belakang.


Jeanne merasa tidak yakin sejenak, tapi tidak memasukkannya dalam hati, lanjut membuat desain yang belum ia selesai gambar.


Malam hari, Jeanne naik taksi sesuai dengan alamat yang diberikan Marina sampai ke suatu gedung perkumpulan. Jeanne malah bisa mengenali tempat perkumpulan ini adalah tempat judi yang terkenal di ibukota. Rumornya bilang kalau orang-orang yang yang menghabiskan uangnya di sini, paling sedikit akan mengeluarkan 10 juta, sampai 100 juta an. Bisa dilihat juga dari mobil-mobil mewah yang terparkir di sekitar kalau yang datang ke sini kebanyakkan itu orang kaya dari keluarga ternama.


Saat itu, Jeanne jadi agak takut. Apalagi dulu ia sama sekali belum pernah pergi ke tempat semacam ini. Jeanne melihat pintu masuk besar yang mewah tak tertandingi di hadapannya, hatinya terus bergumul.


Kemudian Jeanne melihat kalau sudah mau jamnya, ia mengingat kata-kata Marina pagi tadi, ia benar-benar takut kalau membuang-buang waktu di sini, kalau begitu wanita itu sungguh akan memanggil Alexa ke sini. Berpikir seperti itu, akhirnya Jeanne menggertakkan gigi dan masuk ke dalam.


Mau bagaimanapun, sekarang Jeanne itu Jessy, masih ada waktu setahun lagi, pada akhirnya Jeanne tetap harus terbiasa dengan tempat semacam ini. Lagian kan William juga ada di dalam, Jeanne sama sekali tidak perlu takut apapun di sini.


Faktanya, William memang ada di tempat itu. Tapi bukan untuk ikut pesta seperti yang Marina katakan, melainkan untuk bertemu klien, bicara soal masalah kerja sama di ruang VIP.


Di saat yang sama, di ruang VIP yang tidak jauh dari William, juga ada Alexa dan Marina.


Di bawah sorot lampu ruang VIP yang agak remang, Alexa dan Marina masing-masing ekspresinya berbeda. Alexa melihat pemandangan yang tenang, matanya berbinar.


“tante Marina, apa Jessy wanita itu benar-benar akan datang? Urusan malam ini benar-benar sepenuhnya aman tidak? Kalau sampai ketahuan sama kak William kalau kita yang memanggilnya ke sini, bagaimana?” 


Saat tahu kalau William berada di tempat yang tidak jauh dari mereka, hati Alexa terus-terusan merasa tidak tenang, takut masalah kali ini sama seperti sebelum-sebelumnya ia membuat perhitungan, sudah susah payah ia berusaha eh ujungnya yang rugi ia juga.


Marina mengamati Alexa sekilas, secara natural tahu apa yang sedang Alexa khawatirkan, sama sekali tidak memasukkannya ke dalam hati.


“tenang saja, meskipun William tahu terus mau bagaimana, kita kan bisa tinggal tidak mengakuinya saja.” Marina bicara sambil tertawa dingin, matanya penuh dengan rencana jahat: “wanita itu cuma sendirian, masih bisa membalikkan keadaan, ditambah lagi, malam ini kalau ia tidak bisa membalikkan keadaan, pada saatnya nanti siapa yang akan masih percaya padanya?”


Mendengar kata-kata Marina, Alexa paham maksud Marina, wajahnya juga jadi ikut rileks. Benar ya, malam ini Marina sudah melakukan persiapan yang cukup.


Jessy wanita rendahan itu dulu selalu membuat mereka marah dan tidak diundang. Tidak percaya saja dari sebanyak itu orang, kak William bakal masih bisa pilih kasih dan memihak wanita rendahan itu! Karena berpikir seperti itu, ujung Alexa terlihat naik dengan bangga. Kalau saja kali ini berhasil, kak William pasti akan mengurus wanita rendahan itu, pada saat itu akan ada kesempatan untuk Alexa.


Alexa sedang berpikir dengan indahnya, saat itu juga, seorang pelayan berjalan masuk dari luar ruang VIP mereka.


“nona Marina, nona Jessy sudah datang.” 


Mendengar hal itu, Marina dan Alexa bertatap-tatapan sejenak. Mereka berdua tersenyum setelah saling bertatapan kemudian berdiri dan berjalan ke arah pintu. 


“Jessy sudah sampai ya, masuk, masuk!”

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu