Wanita Pengganti Idaman William - Bab 122 Tidak Mungkin Tidak Jatuh Cinta

Bab 122 Tidak Mungkin Tidak Jatuh Cinta

Pria itu masih tetap tidak berubah, memakai setelan jas buatan tangan berwarna hitam.

Tetapi digabungkan dengan wajahnya yang tampan tanpa tandingannya itu, tetap saja membuat orang tidak bosan melihatnya, seperti sebotol anggur yang sudah tua, semakin lama disimpan semakin enak.

Dia melihat sekumpulan orang yang ada di lantai bawah, bagaikan raja pada zaman dahulu yang sedang menginspeksi daerah kekuasaannya, membuat orang-orang itu merasakan kekaguman dan tertekan.

Sedangkan Jeanne yang ada di sampingnya, memakai gaun malam bermodel miring dan setengah tidak berlengan berwarna ungu muda yang menempel ke tubuhnya, membuat tubuhnya yang berlekuk semakin terlihat indah.

Gaunnya yang berenda-renda mengikuti gerakannya, bagaikan bunga yang sedang mekar.

Wajahnya didandani dengan sangat cantik.

Rambutnya yang panjang bagikan sutra diurai dengan indah di belakang kepalanya, tersisa beberapa helai rambut yang terjatuh di samping wajahnya.

Bibirnya menunjukkan senyuman yang tipis dan indah, dia menggandeng William lalu turun ke bawah.

Yang satu terlihat kuat yang satu lagi terlihat lembut, terlihat sangat harmonis dan saling melengkapi, bagikan pasangan yang sempurna, seketika mereka mengejutkan semua orang.

Alexa berdiri di sudut ruangan, matanya terus mengawasi pasangan serasi yang sedang pelan-pelan turun ke bawah itu, rasa iri hati semakin membakar hatinya.

Terlebih lagi pembicaraan di sekitarnya membuat dia semakin membenci Jeanne.

"Bukankah kabarnya kalau William Sunarya itu tidak akur dengan istri barunya, kenapa aku lihat tidak seperti itu?"

"Sepertinya ada orang yang sengaja menyebarkan kabar bohong, mungkin juga akhir-akhir ini hubungan mereka semakin baik, biar bagaimanapun juga nona Jessy bukan wanita yang jelek, memiliki wajah yang cantik seperti itu, direktur William tidak mungkin tidak jatuh cinta kepadanya."

"Sepertinya begitu, meskipun gosip yang beredar mengatakan nona Jessy itu mudah emosi, tetapi memiliki wajah yang seperti itu, seharusnya dia sangat lembut."

Semakin mendengar, Alexa semakin kesal, tetapi tiba-tiba saja kemarahan di matanya tidak terlihat lagi.

Dia mengambil segelas anggur dari pelayan yang lewat di sampingnya lalu berjalan ke arah William sambil menunjukkan senyuman yang indah.

"Kak William."

Dia memanggil William dan matanya menunjukkan rasa cinta kepadanya.

Tetapi William hanya melihatnya dengan dingin, terlihat seperti tidak mempedulikannya.

Alexa menggigit bibirnya dengan sedih, dia melihat sekilas Jeanne yang sudah pergi menjauh, sekali lagi berusaha mencari bahan pembicaraan : "Jessy pergi ke mana? Kenapa dia tidak bersama dengan kak William?"

William melihat dia terus bertanya, maka dia mengernyitkan alisnya : "Dia pergi ke mana tidak ada hubungannya denganmu sama sekali, apa kau masih ada urusan?"

Artinya adalah jika kau tidak ada urusan lagi maka pergilah.

Bagaimana mungkin Alexa tidak mengerti maksudnya, tiba-tiba matanya dipenuhi dengan kesedihan.

"Kak William, apakah kamu masih...."

Dia ingin bertanya apakah William masih marah soal yang waktu itu, tetapi sebelum dia selesai bicara, William sudah memotong pembicaraannya.

Bukan, seharusnya bisa dibilang dia diabaikan oleh William.

Dia melihat William sepertinya melihat ke satu orang yang dikenalnya, dia bahkan tidak melihat kearahnya sama sekali, langsung berbalik dan menyapa orang itu.

Alexa menggigit bibir bawahnya, melihat punggung dia dan orang itu yang sedang berbicara dan tertawa, dia merasa sangat tidak rela.

Kenapa, kenapa bisa seperti ini!

Dia berteriak di dalam hatinya.

Semua adalah salah Jessy, jika bukan karena wanita itu yang sudah menghancurkan rencananya, kak William tidak akan tahu hal itu.

Jessy, aku akan membuat perhitungan denganmu!

Jeanne tidak tahu Alexa akan membuat perhitungan dengannya karena diabaikan oleh William.

Saat ini dia dipaksa mengikuti di belakang Julian, melihat ayahnya berbicara dan memujinya di depan orang lain dan berkata kalau hubungan mereka sangat baik, diam-diam dia merasa sangat jijik.

"DIrektur William saat ini sudah semakin maju, dia dan keluarga kami sudah menjadi keluarga."

"Benar sekali, kau tahu, saat itu banyak sekali orang yang mau menikahkan putri mereka kepada keluarga Sunarya, tidak diduga kalian yang beruntung."

"Iya, nona Jessy ternyata memang sangat cantik, pantas saja putra keluarga Sunarya bisa menyukainya, Julian anda sudah membesarkan putri anda dengan baik."

"Tidak, tidak, putri kalian juga sangat baik, hanya saja jodohnya belum tiba, nanti pasti juga bisa menemukan menantu yang baik."

"Hahaha, semoga saja." sekumpulan pria paruh baya itu ngobrol dan tertawa, Jeanne berdiri di sampingnya, wajahnya kaku karena terlalu banyak tersenyum.

Di saat yang sama dia juga merasa sedikit sedih.

Selama ini dia tahu kalau Julian sangat menyayangi Jessy, tetapi hari ini dia baru merasakannya sendiri betapa sayangnya pria ini terhadap Jessy.

Dia tidak mengerti, jelas-jelas mereka berdua adalah putri kandungnya, kenapa perbedaannya sebesar ini.

Saat dia memikirkan semua ini, dia sudah tidak mood lagi untuk terus berakting.

Dia melihat kalau mereka masih belum selesai berbicara, dia mencari alasan kepada ayahnya : "Yah, sorry, William memanggilku untuk ke sana, aku ke sana dulu."

"Pergilah, jangan membuat William menunggumu terlalu lama."

Julian tentu saja tahu kalau itu hanya alasannya saja, tetapi dia pura-pura tidak tahu.

Biar bagaimapun juga hasil yang diinginkannya sudah terpenuhi.

Setelah itu Jeanne menundukkan kepalanya sebagai tanda pamit kepada meraka dan pergi dari sana.

Seiring dengan kepergiannya, senyuman di bibirnya tiba-tiba menghilang, di matanya penuh dengan kelelahan.

Dia melihat orang-orang di sekelilingnya lalu memaksakan dirinya agar tidak menunjukkannya di hadapan mereka.

Tidak peduli bagaimanapun juga, malam ini dia tidak boleh membuat masalah.

Jika tidak nyonya Thea tidak akan melepaskannya dengan mudah.

Dia sambil berpikir sambil berjalan ke tempat William berada.

Dia melihat William sedang ngobrol dengan Sierra.

Tidak tahu apa yang sedang mereka berdua bicarakan, wajah mereka tidak berhenti tersenyum.

Terutama Sierra, wajahnya sangat cantik, membuat orang tidak bisa mengalihkan matanya darinya.

Dia mencebikkan bibirnya, tidak tahu apa yang dia pikirkan, dia berhenti dan tidak mau maju dan mengganggu mereka.

Kebalikan dari ketidakpedulian Jeanne, Alexa sudah hampir meledak marah.

Ya sudah jika dia tidak bisa menang dari Jessy, wanita murahan itu.

Tetapi wanita yang tiba-tiba muncul di hadapannya ini ternyata juga membuatnya tidak tahu harus bagaimana.

Alasannya sangat sederhana, latar belakang keluarga Sierra cukup berpengaruh.

Semakin dipikirkan, Alexa semakin kesal, dia dalam sekali teguk langsung meminum habis anggur yang di tangannya.

Tidak tahu sesudah berlalu berapa lama, upacara pembukaan sudah mau dimulai, William dan Sierra mengusulkan untuk berpisah.

"Jessy masih belum kembali, aku ke sana untuk mencarinya."

Sierra tahu sebagai anggota keluarga Sunarya, nanti saat upacara pembukaan mereka harus naik ke atas panggung dan berbicara, jadi dia tidak menghalanginya.

Alexa tentu saja melihat kepergian William.

Saat dia mau sekali lagi ke sana untuk mengajaknya bicara, dia menyadari kalau William berjalan dengan cepat ke arah Jeanne yang ada di sudut ruangan.

"Wanita murahan ini!"

Dia menggertakkan giginya, matanya diselimuti dengan iri hati.

Sebaliknya Jeanne sangat kaget melihat William.

"Kenapa kamu kemari?"

Dia melihat ke arah Sierra yang ada di belakang William, Sierra sudah berbicara entah dengan siapa.

"Acara pembukaan sudah mau dimulai, Mama menyuruh kita ke sana untuk bersiap-siap."

William tentu saja tidak akan bilang kalau dia sedikit khawatir karena melihat dirinya terlalu lama tidak kembali.

Dia tidak mengatakan alasan sebenarnya, Jeanne juga tidak curiga.

"Kalau begitu ayo kita kesana."

Setelah selesai bicara, dia berdiri lalu berjalan ke dalam ruangan yang ada di panggung.

"Sangat senang karena ditengah kesibukan hadirin sekalian, hadirin sekalian bisa menghadiri pesta amal kami kali ini, sekarang saya mengumumkan acaranya secara resmi dimulai!"

Nyonya Thea berdiri di depan panggung, tersenyum dan berkata : "Sebagai tuan rumah, sumbangan pertama malam ini akan dimulai dari keluarga kami."

Setelah William mendengarnya, dia menyuruh Hans untuk membawa keluar lukisan tinta yang sudah disiapkannya.

"Lukisan ini adalah hasil karya dari pelukis terkenal Wang Wei, saya berharap orang yang berjodoh dengannya dapat menghargainya dengan baik."

Seiring dengan perkataannya, Hans memperlihatkan lukisannya.

Sebuah lukisan pemandangan yang digambar dengan tinta terlihat di depan semua orang, membuat banyak orang tua dan muda tertarik.

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu