Wanita Pengganti Idaman William - Bab 317 Tidak Bisa Diancam

Begitu Jeanne mendengar kata-kata cinta yang datang tiba-tiba ini, dia langsung tertegun.

Saat dia bereaksi kembali, jantungnya berdegup dengan kencang, pipinya juga perlahan-lahan dihiasi warna merah.

Dia memalingkan wajahnya dengan malu, lalu berpura-pura istirahat dan menutup matanya.

Saat William melihat wajah malu-malunya, hatinya meleleh sekali lagi.

Moli melihat interaksi mereka berdua, rasa iri yang sangat besar hampir saja menghancurkan akal sehatnya.

Tetapi saat dia melihat tatapan mata William yang dingin, seketika itu juga dia berusaha menenangkan dirinya.

"Tuan...."

Dia memanggilnya dengan hati-hati, tetapi yang dia dapatkan malah teriakan tidak berperasaan William.

"Keluar!"

Moli gemetar, bahkan meskipun hatinya merasa sangat tidak rela, tetapi dia tidak berani membantahnya, dia segera berbalik dan keluar dari kamar pasien.

Setelah dia pergi, di dalam kamar pasien hanya tersisa Jeanne dan William saja.

Jeanne tidak mengatakan apapun soal William yang baru saja mengusir seseorang.

Dia menutup matanya, tidak tahu apakah karena benar-benar lelah atau apa, tidak lama kemudian dia sudah benar-benar tertidur.

Saat William mendengar nafasnya yang teratur, tatapan matanya yang dingin perlahan-lahan menghilang lalu William menatapnya dengan lembut.

Cahaya matahari masuk menyinari ke dalam bangsal yang sunyi ini, dia tiba-tiba berharap jika mereka berdua bisa terus seperti ini, bisa terus hidup berdua dengan tenang.

..........

Di saat yang bersamaan, di rumah keluarga Sunarya.

Karena proyek perusahaan sudah mendekati akhir, Sierra tidak punya alasan untuk terus tinggal di rumah keluarga Sunarya, dia berencana untuk pamit dengan nyonya Thea.

Tetapi Nyonya Thea malah merasa tidak rela.

"Urusan bisnis biarlah tetap menjadi urusan bisnis, bibi mengundangmu secara pribadi untuk tinggal di sini sementara, bibi mau lihat siapa yang berani mengatakan sesuatu."

Dia menarik Sierra, tidak memperbolehkannya pergi dari sana.

Sierra tersenyum dan menolaknya dengan halus, "Bibi, ini berbeda, aku sudah tinggal di sini cukup lama, jika aku masih tinggal, maka akan terlihat benar-benar tidak pantas."

Nyonya Thea dapat mendengar maksud dari ucapannya, dia menghela napas berat.

"Sierra, kamu adalah seorang gadis yang pintar, kamu pasti dari awal sudah mengerti maksud bibi saat memintamu tinggal di sini, sesungguhnya bibi sangat menyukaimu, sangat berharap kalau kamu bisa menjadi menantu bibi."

Saat mendengar perkataannya, Sierra tanpa sadar mencibir Nyonya Thea di dalam hatinya.

Karena Nyonya Thea pernah mengatakan hal yang sama kepada Alexa.

Meskipun hatinya merasa sedikit tidak nyaman, tetapi karena wanita ini sudah memberitahu rencananya kepada dirinya, hal ini juga merupakan hal yang baik untuknya, setidaknya dia mempunyai satu orang lagi untuk membantunya nanti.

Dia berpikir dan menjawab dengan sulit : "Aku tahu rencana bibi, tetapi saat ini William sedang sibuk merawat Jessy, aku juga tidak bisa masuk diantara mereka berdua, takutnya aku harus mengecewakan bibi."

Setelah berkata seperti itu, dia tertawa dengan pahit.

"Awalnya aku mengira aku dapat meminjam kesempatan ini untuk berinteraksi dengan William, dapat membuatnya melihat diriku, bahkan menyukaiku, tetapi sepertinya aku terlalu sombong, William tidak pernah melihat diriku, bibi juga jangan terus memaksakan kehendak bibi, aku rasa seperti ini juga cukup baik, setidaknya aku masih bisa menjadi teman William."

Nyonya Thea merasa tidak rela, dia membujuk Sierra : " Sierra, kamu jangan berpikir seperti ini, ini semua karena rencana licik Jessy, wanita jalang itu, kamu jauh lebih baik berkali-kali lipat dibandingkan dengan dirinya, cepat atau lambat, William pasti akan melihat kebaikanmu."

Sierra tertawa, "Mungkin saja, yang jelas saat ini aku tidak mau memaksakan hal ini, biarkan mengikuti arus saja."

Dia menarik napas yang dalam dan tidak membicarakan tentang hal ini lagi.

Nyonya Thea tentu saja juga mengerti maksudnya, tetapi dia sudah memutuskan menggunakan Sierra untuk mengusir Jeanne keluar dari rumah keluarga Sunarya.

Tentu saja Sierra juga sudah bisa menebak apa yang diinginkan oleh nyonya Thea, dan hal itu juga merupakan hasil yang dia inginkan.

Mereka berdua mengobrol sebentar dengan pikiran mereka masing-masing, setelah itu Sierra mengusulkan untuk makan bersama.

"Beberapa waktu belakangan ini, aku sudah banyak merepotkan bibi dan yang lainnya, malam ini aku mengundang kalian semua untuk makan malam, bisa dibilang ini untuk berterima kasih atas kebaikan kalian selama aku berada disini."

Nyonya Thea tentu saja setuju.

"Kalau begitu aku akan memberitahu ayah William, mengenai William, kamu sendiri yang beritahu dia."

Sierra tahu kalau Nyonya Thea sedang memberikan kesempatan kepadanya, jadi dia tidak menolaknya.

"Baiklah, nanti agak siangan setelah dari kantor, aku akan langsung ke rumah sakit, sekalian menjenguk nona Jessy."

Di saat yang bersamaan, di dalam president suite Celebrity Hotel di ibukota, sesosok pria tinggi sedang duduk di atas sofa.

Di depannya ada dua pria berkulit hitam yang tinggi besar.

"Bos, semua orang-orang penting yang berada di sisi William sudah diperiksa dengan jelas."

Salah satu pria kekar yang memiliki bekas luka menundukkan kepalanya dengan hormat dan berkata.

"Oh, ada siapa saja?"

Terdengar jawaban dari mulut pria itu.

"Kami menemukan bahwa ada dua orang wanita yang mempunyai hubungan tidak biasa dengan dirinya, yang pertama bernama Jessy, dia tinggal bersama dengan William, yang satunya lagi bernama Sierra, hubungannya dengan William juga tidak sesederhana itu, setiap hari dia keluar masuk bersamanya, bahkan juga berangkat ke kantor bersama-sama."

Setelah pria dengan bekas luka itu berbicara sampai disini, dia berhenti sebentar dan dengan hati-hati menyelidiki ekspresi pria di depannya, saat dia melihat pria itu diam saja, dia baru lanjut berkata : "Masih ada satu lagi, dia adalah ibu William."

Selesai berbicara, dia berdiri di samping dengan hormat, sambil menunggu perintah selanjutnya dari pria itu.

Pria itu tidak segera mengucapkan apapun, melainkan menyipitkan matanya dengan berbahaya, sambil memainkan korek api di tangannya.

Saat terdengar suara 'klik', api berwarna oranye keluar dari dalam korek api, suasananya terasa sangat mencekam di dalam kamar yang sunyi ini.

Tidak tahu setelah berlalu berapa lama, pria itu akhirnya menutup korek apinya dan bertanya dengan muram : "Di antara 3 wanita ini, menurut kalian siapa yang paling mudah didapatkan?"

Kedua pria berkulit hitam itu saling melihat dan menjawab : "Yang paling mudah didapatkan bisa dibilang adalah ibu William, karena di samping kedua wanita yang lainnya ada pengawal."

Pria itu mengangguk, dia sudah membuat keputusan di dalam hatinya.

"Bagus sekali, kalau begitu tangkap ibunya, kebetulan dia juga adalah orang yang dia sayangi, aku tidak percaya kalau dia masih tidak bisa diancam."

Sambil berkata, dia mendongak dan menatap kedua orang itu, serta berkata dengan tegas : "Ingat, aku tidak mau ada kesalahan."

Kedua pria itu mengangguk dan menjalankan perintahnya.

Sedangkan Nyonya Thea sama sekali tidak tahu mengenai hal ini.

Dia mengobrol sebentar dengan Sierra, lalu kembali ke kamar untuk istirahat.

Sedangkan Sierra pergi ke kantor terlebih dahulu untuk mengurus beberapa dokumen, setelah itu baru membawa hadiah dan bergegas ke rumah sakit.

Di luar bangsal, Moli melihat Sierra yang berjalan mendekat dengan elegannya, matanya langsung waspada.

Sierra juga merasakannya, tetapi dia tidak menganggapnya sama sekali.

Bagaimanapun menurut pendapatnya, wanita ini hanyalah bawahan William, dia sama sekali tidak pantas untuk menjadi saingannya.

Dia mengetuk pintu dan masuk ke dalam kamar, lalu langsung melihat adegan William yang sedang menyuapi Jeanne, tangannya yang sedang menggenggam gagang pintu tanpa sadar semakin mengencang.

Namun dia dengan cepat menenangkan dirinya, dia menggoda William : "Eh....Apakah aku datang disaat yang tidak tepat, haruskah aku menyingkir sementara?"

William dan Jeanne tertegun melihat dia yang tiba-tiba muncul.

"Tidak perlu, kami juga tidak melakukan apapun."

Saat William mendengar godaannya, dia sama sekali tidak menyadari keanehannya, jadi dia tersenyum dan mengobrol dengannya.

Ini juga merupakan kehebatan Sierra.

Setelah dia mendapatkan izin dari William, dia meletakkan hadiah yang dibawanya diatas lemari dan menatap Jessy dengan penuh perhatian.

"Bagaimana keadaan nona Jessy?"

Saat Jeanne mendengar perkataannya yang penuh perhatian, meskipun dia merasa sangat aneh, tetapi dia tetap menjawabnya dengan tersenyum : "Terima kasih atas perhatianmu, aku sudah tidak apa-apa."

Melihat hal itu, mata Sierra berkedip lalu terus berkata : "Baguslah kalau tidak apa-apa, jika tidak maka aku akan menjadi orang yang bersalah."

Saat William mendengarnya, dia tanpa sadar tertawa.

"Kenapa kamu menjadi orang yang bersalah, hal ini tidak ada hubungannya denganmu."

Sierra meliriknya sekilas, lalu berkata dengan kesal : "Sekarang orangnya sudah tidak apa-apa, tentu saja kamu berkata tidak ada hubungannya denganku, tetapi jika terjadi sesuatu kepada nona Jessy, kamu pasti akan menyalahkanku karena tidak membantunya, biar bagaimanapun aku juga berada di sana saat itu."

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu