Wanita Pengganti Idaman William - Bab 331 Melarikan diri

Musa mendengarnya, menyipitkan mata memandang keduanya, tersenyum sambil berkata : “bukan aku tidak bisa untuk berjanji pada kalian, tetapi setidaknya kasih tau aku bahwa flashdisk ada di tangan kalian, jika tidak, siapa yang tahu kalau kalian mencurangi aku.”

William mendengar kalimat itu, wajahnya kaku.

Sebelumnya sudah dijelaskan, di tangannya sama sekali tidak ada flashdisk seperti yang diinginkan oleh Musa, selama bisa diambil, harusnya bisa langsung ditunjukan saja.

Jeanne juga cemas.

Karena dia mengetahui bahwa di tangan William sama sekali tidak ada flashdisk.

Dia melirik Musa, berusaha menenangkan diri.

“William, jangan.”

Dia meninggalkan William, dan berbicara kepada Musa: “Flashdiskmu yang berwarna emas itu begitu sangat berharga, menurutmu siapa yang bisa sesuka hati mengambilnya?

Musa memandang Jeanne, diam dan tidak menyebutkan warna flashdisk itu, matanya berbinar, bisa dipastikan bahwa benda itu ada di tangan mereka.

Dia mengedipkan mata ke Jeanne, pandangannya beralih ke William .

“ternyata begitu, aku bisa memenuhi permintaan kalian, lepaskan terlebih dahulu Nona Jeanne .”

Sambil berbicara, dia memberi isyarat kepada orang yang disampingnya, dan melepaskan Nona Jeanne.

Jeanne sudah bebas, dengan segera menemui William .

“apakah kamu ada yang terluka?”

William melihat Jeanne kemudian mendekat, dan untuk pertama kalinya dia peduli terhadap Jeanne.

Jeanne terharu mendengarnya, menggelengkan kepala sambil berkata: “tenang, mereka tidak berbuat apa-apa kepadaku.”

William mendengar dari mulut Jeanne sendiri dia bahwa dia tidak terjadi apa-apa, kekhawatiran hatinya sedikit lebih lega.

Musa memendangi keduanya dan tidak perduli.

setelah Dia menunggu beberapa saat, kemudian membuka pembicaraan: “ baiklah, Tuan , sekarang, orang sudah aku lepaskan, bukankah seharusnya anda membawaku untuk mengambil benda itu?”

Jeanne mendengar kata-kata itu, dengan sadar melihat kearah William .

Raut wajah William datar, mengangguk dan berbicara: “tenang.”

Musa menanggapi, mengedipkan matanya, melambaikan tangan dan memerintahkan orang untuk menyiapkan kendaraan.

“silahkan, anda berdua.”

Kendaraan sudah datang, Musa mempersilahkan keduanya naik ke mobil.

Pandangan Jeanne mengarah ke William, bertanya kepadanya apa yang seharusnya dilakukan secara diam-diam.

William menatapnya dengan tatapan yang tenang dan membawa dia masuk ke mobil.

“lokasi!”

setelah naik ke mobil, Musa memerintahkan William menyebutkan alamat.

William menyebutkan sebuah penginapan yang berada dikaki gunung, Musa yang ragu dan memerintahkan anak buahnya pergi kesana.

Tidak sampai 10 menit, orang utusannya tiba di penginapan.

Karena merupakan penginapan yang ada di daerah wisata, kamar-kamarnya terpisah.

Musa sama sekali tidak mempersilahkan William dan Jeanne turun mobil, justru memerintahkan anak buahnya memeriksa ke sekeliling.

“bos, tidak ada yang mencurigakan.”

Setelah beberapa menit kemudian, dengan tegap dia berjalan ke kaca mobil dan memastikan.

Kemudian Musa mempersilahkan William dan Jeanne turun dari mobil.

“silahkan, berikan flashdisknya padaku dan kalian akan bebas.”

Jeanne mendengar perkatannya menjadi gugup dan memandang kearah William, tidak diketahui apa yang akan diambilnya dan diberikan kepada Musa.

Namun William yang tidak menyadari kegugupan Jeanne dan menariknya menuju ke kamar penginapan.

Musa mengamatinya dari belakang.

Tidak lama kemudian, mereka sampai di kamar, William menyalakan lampu dan seketika ruangan menjadi terang.

Musa berdiri di pintu dan pandangannya mengarah ke kamar yang tertata rapi, tatapannya dingin kearah William.

“bagaimana dengan bendanya?”

Ekspresi wajah William datar menjawab : “tunggu.”

Pembicaraan terhenti, dia menarik Jeanne kearah meja kopi, sepertinya ada benda yang hendak dilihatnya.

Siapa yang menyangka, dia sama sekali tidak mengambil flashdisk, akan tetapi dia mengambil pemanas air yang ada di meja dan melemparnya kearah Musa.

Musa yang menyadari ada benda yang terlempar, seketika dia menoleh.

Dan pada saat itu juga, William menarik Jeanne dan melarikan diri melewati jendela kamar.

Beruntung penginapan ini hanya ada dua lantai dan sama sekali tidak tinggi.

Keduanya lompat dari jendela, sama sekali tidak terluka, akan tetapi William memastikan ulang: “kamu tidak terluka?”

Jeanne menggelengkan kepala, saat hendak berbicara dia melihat Musa dari jendela yang akan mengejar.

“aku tidak apa, cepat lari.”

William juga melihat wajah Musa yang begitu suram dan segera berlari menarik Jeanne.

Musa melihat bayangan keduanya berlari, siapa yang tahu bahwa dirinya sedang dipermainkan, hatinya begitu kesal dan marah.

“tangkap mereka!”

Dia berteriak memerintahkan dan dengan segera anak buahnya menurutinya.

William yang melihat mereka mengejar, menarik Jeanne berlari menuju arah hutan, langit yang gelap sedikit menutupi keberadaan mereka.

“berhenti!”

“sialan, berhenti kalian!”

Para pria asing itu tidak mengenali medan gunung itu, sekalipun mereka sudah terlatih tetapi mereka sangat terganggu dengan medan gunung, sangat menyebalkan, mereka mengumpat dan menyalahkan William dan Jeanne.

William sama sekali tidak memperdulikan mereka, tetap lurus pada satu arah menarik Jeanne dan menyelamatkan diri.

Jeanne yang belum pernah ada pengalaman melarikan diri, saat itu juga dia takut dan gugup, terlebih saat dia melihat orang yang mengejar di belakang semakin dekat, jantungnya berdebar serasa sampai di tenggorokan.

“William, me….mereka hampir sampai.”

Dia panik dan suaranya bergetar.

William menghilangkan rasa takutnya dengan menggandeng tangannya erat.

“percaya padaku, tidak akan terjadi apa-apa!”

Dengan nada yang menenangkan dan pandangannya yang membuat Jeanne yakin, seketika detak jantungnya pelan-pelan mereda.

“baiklah!”

Dia dengan yakin menganggukkan kepala menunjukkan kepercayaannya terhadap William.

William melihatnya dan tetap menariknya dengan berlari, dan tetap mempererat genggaman tangannya.

“Hans, aku sekarang sudah berlari kearah tempat yang sudah direncanakan, kamu segera siapkan orang untuk datang.”

“baiklah!”

Hans patuh dan dengan segera membawa orang untuk pergi menjemput.

Jeanne yang mendengar bahwa Hans akan datang menjemput, hatinya terasa sedikit tenang.

Dia melemaskan tubuhnya yang kaku dan sudah tidak setegang yang tadi, ini juga mengakibatkan tubuhnya lemas, kakinya terasa sangat berat.

“aaa——”

Pada saat yang bersamaan, dia terlilit oleh tanaman yang merambat dan tubuhnya jatuh kedepan.

Wiliiam juga terdorong dua langkah olehnya namun tidak terjatuh.

“Jessy, tidak apa-apa kan?”

William sibuk menolong Jeanne seketika langsung membopong dia berdiri.

“tidak apa-apa!”

Jeanne menggelengkan kepala, memperhatikan William berdiri, dan pada saat itu juga menyadari orang-orang yang mengejar mereka semakin mendekat, raut wajahnya berubah.

“William, cepat kita lari.”

Dia menggandeng William dan berbalik arah langsung berlari.

Dan pada saat itu juga, di tengah kesunyian William mendengar suara yang memecah kekosongan udara.

Dia menundukkan wajahnya dan segera menghampiri Jeanne.

“Hei!”

Dia dengan sekuat tenaga melindungi Jeanne, tubuhnya bergetar, dan rasa sakit dibahunya yang membuatnya berteriak.

Tepat di malam ini, satu buah peluru menembus ke bahu kirinya.

Jeanne sama sekali tidak mendengar suara tembakan dan juga tidak mengetahui kalau William terluka.

“ada apa denganmu?”

Dia merasa ada yang tidak benar dengan William, menoleh sambil bertanya.

William dengan sekuat tenaga menahan rasa sakit yang ada di bahunya : “tidak apa, cepat lari !”

Selesai dia berbicara tanpa menunggu Jeanne bertanya langsung menariknya berlari.

Akan tetapi yang mulanya jalan setapak berubah menjadi jalanan gunung.

Pastinya ini untuk menghindari orang yang dibelakang kembali menembak.

Dia tidak menyangka orang-orang ini begitu berani, meskipun Negara ini diperbolehkan memiliki senjata api tetapi masih berani untuk menembak!

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu