Wanita Pengganti Idaman William - Bab 6 Jangan Punya Hubungan Tak Jelas Dengan Lelaki Lain

Bab 6 Jangan Punya Hubungan Tak Jelas Dengan Lelaki Lain

Karena William yang meminta, tidak mudah bagi Jeanne untuk menolak. Sekitar 30 menit jemudian, mereka bertiga sampai di restoran Paulaner.


Restoran Paulaner adalah restoran makanan Chinese yang berdesain unik, dengan pemandangan taman yang indah dan suasana yang berkelas, di dalamnya ada ruangan VIP yang berhias antik, dengan rasa klasik dan mewah yang bercampur. Restoran ini adalah pilihan utama tempat berkumpul dan pestanya banyak keluarga bangsawan, keluarga yang kaya dan berkuasa.


Bukan hanya itu saja, makanan yang tersajj di sini, semuanya dimasak oleh koki internasional, kalau mau memesan tempat, setidaknya harus pesan 3 bulan sebelumnya.


Jeanne pernah mendengar soal tempat semacam ini, tapi ini kali pertamanya ia datang, mau bagaimanapun hatinya berasa sedikit tertekan.

Alexa berjalan di depan dan menunjukkan jalan seperti ia sudah seringkali datang kesini, tertawa ringan sambil bicara dengan William. “sudah setahun kak William tidak pulang, pasti lumayan kangen tempat ini kan? Apalagi dulu kita sering makan di sini.”


William tanpa pikir panjang menjawab: “tapi ini kan cuma tempat makan saja, apa yang perlu di kangenin?” aslinya Alexa mau mengambil kesempatan dan pamer, “hubungan dekat”nya dengan William, dan memanas-manasi Jessy, supaya ia memunculkan sifat aslinya. Tanpa disangka kata-kata William malah menggagalkannya.


Untuk sesaat wajahnya terlepas dari kendali, Alexa terpaksa tertawa palsu dan berkata: “apa yang kamu bilang itu benar, di luar negri juga banyak tempat makan, tapi kali ini, kak William harus mencoba makanan restoran ini baik-baik. Rasa masakan koki utama baru tempat ini lebih enak dari.sebelumnya, kak William pasti suka deh.”


Sembari berbincang-bincang, mereka bertiga sampai ke tempat duduk. Tempat duduk di sini, semua dipisahkan layar, meja makan yang sangat besar, dimana kalau 7 sampai 8 orang duduk juga masih ada sisa ruang gerak, malah hanya diduduki mereka bertiga.


Setelah duduk, pelayan datang untuk menerima pesanan. Alexandra bahkan tidak bertanya apapun, langsung memesan banyak lauk. Jeanne duduk dengan diam di samping sambil melihat menu, ia menatap daftar harganya, dengan cepat sudah mau hampir puluhan juta saja jumlahnya, perasaan dalam hatinya serasa campur aduk.


Ini baru dunianya orang kaya! Makan sekali saja bisa sama jumlahnya dengan pengeluaran Jeanne beberapa bulan yang lalu. Saking kesal ia mengata-ngatai dalam hati, tapi dari luar ia terlihat sangat tenang, akhirnya ia juga tidak memesan apapun, kemudian ia menyerahkan menunya ke William,“kamu saja yang pesan”. Belum saja William membuka mulutnya, malah suara Alexa yang terdengar berkata: “semua makanan yang kak William suka, aku tadi sudah pesan, dan aku juga sudah diluar dugaan memesan beberapa menu yang baru, nanti nona Jeanne juga harus mencoba baik-baik, susah kalau mau datang kesini lagi!”


“bagaimana bisa Jeanne tidak menangkap lagi arti sesungguhnya dari kata-kata Alexa? Ia secara tidak langsung sedang memberitahu Jeanne, seberapa paham ia soal William!

Jeanne mau tak mau merasa sedikit tidak puas dalam hati, tapi tampang luarnya malah nampak tidak terguncang sama sekali dan menjawab: “nona Alexa sangat cepat tanggap ya, betapa beruntungnya William punya adik perempuan sepertimu” hati alexa yang tadinya masih dipenuhi rasa bangga, saat mendengar kata “adik perempuan” langsung jadi kesal.


Ia paling benci orang-orang menggunakan kata itu untuk mendeskripsikan hubungannya dengan kak William. Apanya yang “adik perempuan” mereka jelas-jelas tidak ada hubungan darah sedikitpun!


Jessy sialan ini,, sesuai dugaan ia bukan orang yang mudah ditangani! Alexa mengertakkan gigi, sorot matanya nampak dingin. Hari ini tidak mau tahu bagaimanapun caranya, aku mau menguak kedok palsunya di hadapan kak William!


Dengan cepat, pesanan mereka bertiga sudah disajikan. Alexa dengan penuh perhatian memperkenalkan makanan spesial khusus dari restoran ini, Jeanne tidak berbicara, makan tanpa suara. Di tengah makan, ia mencoba sepotong ikan tim, rasanya lumayan enak, ia sekalian mengambilkan sepotong untuk William, bisa dihitung memenuhi kewajibannya sebagai “istri”.



“ini rasanya tidak terlalu kuat, bau amisnya juga sudah terurus dengan baik, kamu cobain deh.” William terdiam sejenak, alisnya agak naik. Alexa juga terdiam, segera setelahnya wajahnya dipenuhi rasa senang atas ketidakberuntungan orang lain. Seharusnya orang tahu, William punya obsesi terhadap kebersihan yang sangat akut, kalau bajunya sehari-hari kena kotoran sedikit saja, ia akan sangat membencinya, apalagi sumpit yang sudah kena air liur orang lain. Alexa sudah bisa memperkirakan, bayangan bahwa William segera membuang mangkoknya. Sesuai dugaan, WIlliam menatap potongan daging ikan yang ada di mangkok itu, mengernyitkan alisnya untuk waktu yang cukup lama, akhirnya ia bergerak.....namun bukan gerakan yang djperkirakan Alexa, membuang mangkoknya.


Malah tepat di depan tatapannya, pelan-pelan William mengangkat potongan daging ikan itu dengan sumpit dan memasukkannya ke mulut. Wajah Alexa sepenuhnya tercengang. Bahkan sumpit yang ada di genggaman tangannya karena tidak stabil langsung jatuh ke meja. Jeanne melihat ke arah Alexa, seperti tidak paham, kenapa ia bisa bereaksi seperti itu. William malah melanjutkan makannya sendiri seperti tidak terjadi apapun.


Alexa mengepalkan tangannya diam-diam, ia terus-menerus marah-marah dalam hati. Wanita murahan! Dasar wanita murahan! Tapi dengan cepat, ia memendam semua amarah dalam 


hatinya, sorot matanya tertuju pada pintu masuk restoran. Kebetulan sekali, seorang laki-laki yang memakai jas berjalan masuk. Rupa wajahnya sangat tampan, auranya juga luar biasa elegan, namun ekspresi di matanya malah menunjukkan kesembronoan.


Ujung bibir Alexa segera tanpa sadar naik saat melihat orang yang datang, sorot matanya mengamati Jeanne dalam-dalam, diam-diam berkata: “kali ini, tunjukkan bagaimana kamu melepas diri dari situasi ini!”


Saat sedang berpikir seperti itu, laki-laki tersebut sudah berjalan sampai di hadapan mereka bertiga, ia berbicara pada Jeanne dengan nada bicara yang terdengar sangat terkejut: “Jessy, kebetulan sekali ya, aku tak sangka bisa bertemu denganmu di tempat ini.” Jeanne terdiam, mengangkat kepala menghadap ke orang tersebut. Awalnya ia masih agak ragu, 


kemudian otaknya baru bekerja dan bereaksi soal identitas orang ini.


Ia temannya Jessy, namanya Gregor, seorang tuan muda dari keluarga Gregor, sehari-harinya ia bermalas-malasan, juga sering bergabung dalam beberapa tempat hiburan besar. Dulu Jessy setiap hari tidak di rumah, ia pergi main bersama orang-orang ini, bisa dibilang teman-teman yang buruk.


Jeanne juga tidak menyangka ia akan bertemu Greg di tempat ini, ia tidak tahu harus bagaimana merespon dalam sekejap, terpaksa ia menjawab: “eh yah, kebetulan sekali.” Greg tidak menyadari adanya keanehan pada Jeanne, ia tertawa sambil meletakkan tangannya di bahu Jeanne, berkata: “bagaimana? Malam ini mau jalan-jalan gak? Aku baru saja menerima 


sejumlah alkohol, kamu pasti suka rasanya, mau minum berapa banyakpun tersedia, yuk kita minum sampai mabuk ya?”


Jeanne dengan refleks menebas tangannya, berkata: “tolong bersikap sewajarnya!” Greg merasa terheran-heran,dengan wajah tercengang ia menatap Jeanne, berkata: “kamu lagi kenapa? Biasanya kayak gini juga kamu tidak pernah bilang macam-macam, kenapa hari ini kamu reaksinya galak sekali? Kamu gak lagi demam.kan?” sambil bicara, ia mengulurkan tangannya lagi, ia mau memegang dahi Jeanne.


Akhirnya, baru mengulurkan setengah, tangannya sudah digenggam orang, dan dipelintir dengan kuat ke punggungnya.

Segera setelah itu ada suara “krek” tanda ada salah posisi di tulangnya... greg kesakitan sampai berteriak sengsara, lalu ia marah “SIAPA SIH?” hal yang barusan terjadi dengan terlalu cepat, ia bahkan belum bisa bereaksi. Jeanne bisa melihat dengan jelas, itu tangannya William!


William yang saat ini sedang bermuka dingin dan tetap tenang, dengan satu tangan menekan Greg, tatapan matanya dingin seperti es, William lalu berkat “lain kali kalau berani menyentuhnya lagi, tidak semudah tulang yang pindah posisi lagi, aku akan langsung mematahkan tanganmu!” selesai bicara, ia melepaskan Gregor, mendorongnya dengan kuat. Gregor yang tidak ada persiapan sama sekali dalam sekejap mata langsung jatuh dengan muka di lantai.


Pada saat itu juga, ia baru menyadari siapa orang yang ada di hadapannya. William!!! Putra kesayangan dari keluarga William itu, sehari-harinya ia bekerja dengan rendah hati, cara 


kerjanya sigap, dan memiliki kekuatan besar. 80 persen dari kehidupan ekonomi di ibukota, semuanya dikendalikan William.


Keringat dingin Greg mulai bercucuran. Sekalinya ia berpikir ia tanpa disangka meletakkan tangannya di pundak Jessy di hadapan William, hatinya langsung gemetar. “di……direktur, maaf, yang barusan itu hanya salah paham,a……aku tidak sengaja, aku hanya bercanda ke Jessy……”


Ia sepertinya mencoba untuk menjelaskan, tetapi kata-kata yang ia lontarkan malah membuat orang semakin salah paham. Jeanne sampai menggertakkan gigi mendengarnya, benci sampai mau menjahit mulut Greg. William melihat ke bawah ke arah Greg dengan tatapan penuh kebencian, dengan dingin ia berkata: “aku beri 1 menit, segera menghilang jauh dari pandanganku!”


Greg sangat ketakutan sampai tidak berani bicara satu patah katapun lagi, ia buru-buru merangkak dari lantai dan akhirnya kabur. Seiring dengan kepergiannya, udara disekitar sana jadi mencekam. Jeanne bahkan tidak berani bernafas yang mengeluarkan suara sedikitpun, ia benar-benar takut William tiba-tiba ngamuk.


Melihat skenario ini perasaan Alexa jadi senang dan lega akhirnya ia bisa menunjukkan kak William wajah sesungguhnya wanita rendahan ini, untung ia berpikir keras dan memanggil Greg kesini!


Alexa yakin, mulai dari sekarang sampai seterusnya kak William pasti tidak akan tertipu lagi oleh Jessy! Seperti mau membuktikan kata-kata Alexa, tatapan William tiba-tiba tertuju pada Jeanne. Dengan mata yang dingin dan kata-kata yang memperingatkan, “Jessy, aku tidak peduli bagaimana kamu bermain-main di luar dulu, sekarang karena aku sudah pulang, jagalah peraturan yang harus kamu jaga baik-baik sendiri. Dengan siapa kamu boleh bersosialisasi, dan dengan siapa tidak boleh, kamu harus jelas akan hal ini, jangan punya hubungan yang tidak jelas dengan orang yang bukan siapa-siapa di luar sana, mencoreng nama keluarga William! Kejadian hari ini, aku harap tidak akan terulang untuk yang kedua kalinya!” selesai bicara, ia langsung pergi tanpa ekspresi di wajahnya.


Melihat kondisi ini, Alexa buru-buru mengambil tasnya sambil berkata: “kak William, tunggu aku.” kemudian ia langsung mengambil langkah besar untuk mengejar William. Saat Alexa melewati sisi Jeanne, ia menunjukkan tampang kemenangan, dengan bentuk mulut yang menunjukkan kebanggaan. Jeanne melihat kedua orang itu pergi satu per satu, dan hanya bisa menghela nafasnya dalam dalam. Ia tidak menyangka bahwa kedatangan seorang Gregor, bisa menghancurkan situasi sampai separah ini.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu