Wanita Pengganti Idaman William - Bab 116 Hatiku sakit Sekali

Bab 116 Hatiku sakit Sekali

Jeanne kembali ke kamarnya dengan letih, setelah mandi sebentar ia hanya ingin rebahan di ranjang dan istirahat dengan baik saja. Tidak tahu juga berapa lama Jeanne tidur, pengurus rumah datang mengetuk pintu untuk memanggil Jeanne makan, baru Jeanne terbangun kaget dari alam mimpinya, setelah mengganti bajunya ia pergi ke ruang makan, tapi malah tidak ada nafsu makan apapun.


Jeanne makan beberapa suap kecil saja, kemudian meminta pengurus rumah untuk membereskan sisanya. Sedangkan Jeanne sendiri pergi ke arah taman bunga, rencananya ia mau mengosongkan pikiran. 

Kalau tidak Jeanne yang sekarang ini, saat malam nanti William kembali pasti ia dapat merasakannya, pada saatnya nanti takut saja akan memicu kecurigaan William.


Jeanne berpikir seperti itu, lalu memikirkan lagi sore tadi kata-kata Julian yang memberitahu Jeanne kalau ada orang yang sedang mencaritahu masalah soal dirinya. Tidak tahu juga orang itu siapa, dan mau melakukan apa mencaritahunya. 

Mata Jeanne tenggelam dalam pikirannya, ia memikirkan sekilas semua orang yang ada kemungkinan melakukannya, tidak bisa menebak dengan pasti siapa orang itu, malah merasa kalau setiap orang ada kemungkinan mencaritahu. Lagian nyonya Thea dan yang lainnya memang tidak suka Jessy, pasti sangat ingin mencari-cari kesalahan Jeanne dan mengusirnya.


Kalau untuk William, Jeanne beberapa kali di hadapannya sudah melakukan kesalahan, kalau berdasarkan kepintaran pria itu, tentu ia tak mungkin bisa tertipu dengan dusta Jeanne yang payah itu.


Baru Jeanne mau larut dalam pikirannya, sama sekali ia tidak menyadari kalau ada langkah kaki yang perlahan tapi pasti mendekat ke arahnya. Orang itu langsung berjalan ke belakang Jeanne, memeluk erat Jeanne di saat Jeanne sama sekali tidak menyadari situasinya.


“Jessy, hatiku sakit sekali.” Bernard memeluk Jeanne erat-erat, wajahnya dipenuhi dengan rasa sayang saat bicara.


Jeanne kaget setengah mati karena kemunculan Bernard yang tiba-tiba sekali itu. Jeanne buru-buru memberontak melepaskan diri, mengambil selangkah mundur, baru sadar kalau orang yang dibelakangnya itu ternyata si Bernard, terkejut dan marah.


“Bernard, kenapa kamu bisa ada di sini?” Jeanne mengernyitkan alisnya dan bertanya, harus diketahui kalau tempat mereka berada itu taman bunga belakang kediaman William, bukan taman umum di luar sana.


Pria ini sudah beberapa kali muncul tanpa suara tanpa kabar, sejujurnya membuat orang merasa curiga.


Melihat tampang Jeanne yang melawan, wajah Bernard sekilas terlihat tersakiti, tapi ia masih memaksa pikirannya kembali semangat dan menjawab: “aku dengar-dengar kamu masuk rumah sakit, aku tidak bisa tenang, jadi aku datang melihat kamu, aku juga sudah membawakan kamu banyak suplemen, ingat kamu harus makan semua ya.” 


Melihat suplemen yang dibawa di tangan Bernard, mata Jeanne terlihat berpikir rumit. Terlihat kalau suplemen-suplemen tersebut memang dibeli sesuai dengan kondisi kesehatan Jeanne, dan bisa dilihat juga kalau pria ini memang menyempatkan waktunya untuk itu. Karena alasan itu juga, kaki Jeanne jadi terasa tak bertenaga.


Jeanne sama sekali tidak jelas situasi hubungan Jessy dan Bernard sesungguhnya, tapi perhatian dari pria ini, membuat Jeanne benar-benar tidak mampu menikmatinya.


“terima kasih atas niat baik tuan muda Bernard, aku sekarang sudah jauh lebih sehat, kalau tuan muda Bernard tidak ada masalah lain.......” 


Awalnya Jeanne mau bilang sesuatu agar Bernard cepat-cepat pergi, kalau tidak nanti pas William pulang dan lihat Bernard, tidak tahu juga akan bicara apa soal Jeanne.


Sayang sekali saat kata-katanya belum selesai, sudah dipotong oleh kehebohan Bernard.


“Jessy, sampai sekarang kamu masih mau membantu William menutupi kebenarannya?” Jeanne terdiam karena kata-kata Bernard barusan itu.


“aku menutupi kebenaran apa?” Jeanne refleks bertanya.


Mendengar hal itu, Bernard melihat Jeanne dengan agak kasihan dan berkata: “sejak kamu menikah dengannya, tidak pernah melewati hari yang tenang, tidak tahu juga sudah berapa kali kamu masuk rumah sakit, William sama sekali tidak menjaga kamu dengan baik.”


Jeanne mengernyitkan alisnya. Memang benar, Jeanne masuk rumah sakit itu ya sedikit banyak ada hubungannya sama William, tapi.......


“Bernard, ini urusan rumah tangga kami berdua, apa kamu tidak merasa kalau kamu terlalu ikut campur?” Jeanne membalas omongannya dengan suara dingin, hanya merasa kalau pria ini agak sakit. 

Meskipun Bernard itu punya perasaan terhadap Jessy, tetapi Jeanne bukan sekali dua kali saja menyuruhnya membenarkan sikapnya itu, juga memberitahunya, kalau mereka itu sama sekali tidak mungkin bersama. Tapi orang ini sudah seperti tidak paham bahasa manusia saja, berkali-kali, berulang kali ia datang menempel lagi.


Bernard tidak tahu kalau kesabaran di lubuk hati Jeanne sudah sampai ke batas atasnya, mendengar kata-kata Jeanne yang dingin ditambah sarkastik itu, hati Bernard sakit sekali.


Bernard tahu kalau diomongin lebih lanjut lagi, mungkin ia akan mendengar kata-kata yang lebih keji dan tak berperasaan lagi. Jadi Bernard tidak berencana lanjut bicara lebih jauh, melainkan ia menyodorkan lagi suplemen yang ada di tangannya.


“baiklah, aku tidak akan mengurusi masalah rumah tangga kalian berdua, tapi untuk suplemen ini, kamu terima saja ya, kamu jaga kesehatan baik-baik, coba lihat kamu sekarang, raut wajahmu tidak sebaik dulu.” Jeanne tidak terguncang mendengar kata-kata Bernard yang seperti mundur namun meminta kembali. 

Karena Jeanne tahu sekalinya ia menerima barang-barang itu, hanya akan ada masalah yang tidak ada habisnya, akan membuat orang ini salah paham juga.


“barang-barang ini, kamu bawa pulang dan berikan untuk mamamu pakai saja, aku di rumah William sama sekali tidak kekurangan benda-benda ini.” 


Selesai berbicara, Jeanne lagi-lagi membicarakan soal pergi lagi: “tuan muda Bernard, hari sudah malam, kamu sudah harus pulang, kebetulan aku juga masih ada urusan lain, tidak mengantar kamu ya, hati-hati di jalan.” 


Mendengar Jeanne yang berulang kali secara halus menyuruh Bernard pergi, nampak sangat menolak keberadaan Bernard, ia juga tidak bisa tahan jadi kesal. 

“Jessy, memangnya kamu benar sebenci itu sama aku ya?” alis Jeanne agak terkernyit.


Tidak menunggu adanya jawaban dari Jeanne, sudah terdengar Bernard lanjut bertanya lagi: “William memangnya sebaik itukah?” 


Di saat yang sama, William sudah pulang dari kantor. William kembali ke kamar, menyadari kalau Jeanne tidak ada, tanpa sadar ia langsung mencari dan bertanya kepada pengurus rumah, tahu kalau Jeanne ada di taman bunga, William berjalan ke sana. 

Tidak menyangka pada saat William baru berjalan sampai belokan sana, ia sudah mendengar kata-kata seperti itu, raut wajahnya seketika jadi muram. Ia melihat dengan dingin kedua orang yang ada di taman bunga, hawa dingin berkumpul di sekitar matanya. Sedangkan dua orang yang ada di taman bunga tidak tahu sama sekali. Bernard masih terus merengek Jeanne untuk memberi jawaban yang jelas padanya.


“iya, dia sangat baik.” mata Jeanne melihat Bernard dengan tajam, berencana mau bicara dan menitik beratkan kalimatnya kali ini. Kalau tidak beberapa hari lagi pria ini juga akan kehilangan akalnya dan mencari Jeanne lagi, Jeanne merasa kalah ia akan juga ikut kehilangan akalnya!


Bernard tidak tahu pemikiran dalam hati Jeanne, saat mendengar jawaban Jeanne, matanya dipenuhi rasa sakit, seperti tidak tahan lagi, ia mengambil selangkah mundur dengan tidak stabil.


Melihat langkah Bernard, Jeanne juga tidak maju dan menahannya agar stabil, Jeanne pura-pura tidak melihat dan lanjut berkata: “tuan muda Bernard, dari awal aku sudah pernah bilang, kita itu tidak mungkin bersama, aku harap tuan muda Bernard bisa menjaga sikap, jangan datang lagi merengek dan menempel, kalau tidak hubungan pertemanan kita juga selesai sampai sini saja, aku akan lakukan apa yang aku katakan.” 


Selesai berbicara, Jeanne menatap Bernard dalam-dalam, segera setelahnya berbalik badan dan pergi. Tidak menyangka kalau baru saja ia sampai ke belokan di taman bunga, bisa melihat raut wajah rumit William, seketika itu juga terkejut. 


“William......sejak kapan kamu ada di sini?” Jeanne bertanya dengan perasaan tidak tenang, dalam hati ia terus-terusan menebak-nebak apa pria ini melihat kejadian barusan tadi. 

Malahan William tidak menjawab Jeanne. Tapi kalau lihat dari raut wajah William, sudah jelas terlihat kalau ia barusan melihat kejadian tadi. Memikirkan hal itu, Jeanne jadi gelagapan tanpa henti, buru-buru mendekat dan menjelaskan.


“William, kamu jangan salah paham, aku dan tuan muda Bernard......” 


Tidak menunggu Jeanne menyelesaikan kalimatnya, William sudah memotongnya.


“kamu sudah makan obat?” tanya William


Jeanne jadi terdiam karena pertanyaan William itu, lebih tidak paham lagi bagaimana jalan pikiran pria ini.


Tapi Jeanne tetap menjawab dengan jujur: “belum.”


“setelah ini kamu harus ingat makan obat tepat waktu, jangan sampai penyakit kamu kambuh lagi.” Selesai bicara, William berbalik badan dan pergi, meninggalkan Jeanne seorang diri berdiri diam di tempatnya kebingungan.


Sudah selesai sampai sini saja? Jeanne kira pria ini akan mencemoohnya lagi atau apa. Hanya sedikit yang dapat membayangkan kalau ternyata pada awalnya William memang mau melakukan hal seperti itu.


Tapi karena William mendengar Jeanne membicarakannya seperti itu, amarah dan kekesalannya seketika itu juga meleleh berubah jadi rumit dan konflik dalam hati, jadi pada akhirnya ia tidak marah, malah bertanya hal yang tidak jelas itu dan langsung pergi.

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu