Wanita Pengganti Idaman William - Bab 425 Ajakan Wanita Cantik

Celica selesai berkata, menatap William dengan penuh harapan.

William tidak segera merespon, karena perhatiannya telah mengalih ke Jeanne.

Melihat Jeanne berdiri di hadapannya, alisnya berkerut, wajahnya terlihat jelas tidak senang.

Celica tidak mendapatkan jawaban yang dia inginkan, dia menatap mengikuti pandangan William, terlihat wajah Jeanne yang cemberut.

Dia tak tertahan terangkat sudut mulutnya, berkata dengan penuh ironis: “Nona Jessy seharusnya tidak keberatan kan?”

Jeanne mengangkat mata menatap kembali padanya.

Bagaimana mungkin dia tidak terdengar wanita ini sengaja mengatakan ini.

Tepat ketika dia ingin menjawab, kata-kata yang sudah tiba di mulut belum sempat dikatakan, langsung dipotong William.

“Kakak senior, aku dan Jessy masih ada sesuatu yang ingin didiskusikan, aku akan menyuruh Supir mengantarmu.”

Perkataan ini diucapkan kemudian, Celica sangat kecewa, tetapi juga tidak dapat bersikap tegas.

Dia menyembunyikan emosinya dengan baik, tersenyum berpamitan dengan William: “Kalau begitu, aku merepotkan。“ William mengangguk, memanggil kepala pengurus rumah untuk mengantar tamu.

Jeanne melihat kepergian Celica, suasan hatinya sudah kembali membaik ketika William menolaknya.

Dia tak tertahan memutar kepala mengamati William.

Dibawah cahaya redup, William melepaskan jas yang biasa dikenakannya, mengganti dengan baju kasual yang sengaja dia sediakan, meskipun dasarnya tidak berubah, namun temperamen di sekitar tubuhya memiliki perbedaan yang besar, ada sedikit kemalasan dalam keanggunan.

Pria yang begitu mempesona, bagaimana mungkin tidak membuat orang mengingat.

Jeanne memikirkan ini, tidak tahu apakah karena hatinya tidak tenang atau ingin menertawakan, dia menatap William dan bercanda: “Tidak gampang ada wanita cantik yang mengajak, mengapa menolak?”

William menundukkan kepala dan mengangkat alis menatapnya, “Ya?”

Jeanne menyangka orang ini sengaja berpura-pura masa bodoh, tepat ketika dia ingin mengatakannya sekali lagi, akhirnya kata-kata belum sempat diucapkan, seluruh tubuhnya ditarik oleh suatu kekuatan ke dalam pelukan yang membawa aroma yang familiar.

“Wanita cantik mengajak? Kamu ingin aku menyetujuinya?”

William mendekati Jeanne, wajahnya yang membesar itu penuh dengan minat.

Jeanne merasa sedikit bersalah, sambil berjuang, sambil menjelaskan untuk dirinya sendiri.

“Aku hanya bercanda, aku.....wuh.....”

Perkataannya belum sempat dikatakan, ciuman yang membawa maksud menghukum jatuh di bibirnya.

Sentuhan antara bibir dan gigi, dengan tenaga yang kuat, membuat Jeanne terasa sakit dan mendesah.

Tetapi meskipun begitu, William juga tidak melepaskan dia, malah semakin mendalamkan ciuman ini, terus menyerang, merebut dengan bangga dan tidak mengijinkan penolakan.

Malam masih sangat panjang.

……

Hari berikutnya, Jeanne bangun dengan penuh keluhan, seluruh tubuhnya bagai tertabrak mobil, terasa sangat menyakitkan.

Kemudian melihat lagi pada William, penuh semangat.

“Benar-benar tidak masuk akal, sebenarnya yang mengeluarkan tenaga adalah dia, mengapa sampai akhir yang sengsara malah menjadi aku.”

Jeanne memijat pinggang tuanya sambil mengomel turun dari ranjang.

“Apa yang kamu katakan?”

William mengangkat alis menatapnya, matanya penuh kelicikan.

Jeanne melihat ekspresinya yang seperti ini, tersenyum: “Tidak ada apa-apa, aku pergi mencuci muka, kamu turun dulu.”

Selesai berkata, dia segera bersembunyi ke dalam toilet, dia takut William akan memperhitungkan dengannya lagi nanti.

William melihat pintu toilet yang tertutup rapat, tersenyum dan membalikkan badan turun ke bawah.

Dia baru saja tiba di ruang makan, terdengar langkah kaki yang cemas dari belakang.

“Tuan muda, Nyonya Thea datang.”

Kepala pengurus rumah melangkah cepat datang ke ruang makan untuk melaporkan.

William memutar kepala, terlihat Nyonya Thea yang berekspresi serius, secara alami alisnya berkerut.

“Ma, datang begitu pagi, ada masalah apa?”

Dia tahu ibunya adalah seseorang yang tidak akan datang tanpa memiliki urusan, dia bertanya dengan terus terang.

Nyonya Thea melihat situasi ini, juga tidak segan, duduk dan menjelaskan tujuan kedatangannya.

“Kali ini datang, demi masalah keluarga Munica.”

Dia berkata, dan menghela nafas, terus berkata: “Keluarga Munica dengan kita memiliki hubungan pertemanan selama belasan tahun, sekarang keluarga Munica mengalami kemacetan dana karena kita, hatiku benar-benar tidak nyaman, ditambah lagi masalah sebelumnya, mereka sudah mendapatkan hukuman, kamu juga jangan keterlaluan, bantulah mereka.”

William mendengar ini, wajahnya menjadi suram.

“Tidak mungkin!”

Dia langsung menolak, membuat wajah Nyonya Thea menjadi cemberut.

“William, apa mungkin kamu benar ingin menyinggung semuanya hanya karena Jessy si

wanita sial itu?”

Dia menegur dengan nada dingin, memelototi William dengan sakit hati.

Tanpa terduga perkataan ini terdengar oleh Jeanne yang kebetulan turun dari atas, wajahnya sedikit berubah.

Dia mencibir, berjalan ke samping William, memanggil Nyonya Thea dengan hati-hati.

“Mama.”

“Jangan memanggilku, aku tidak sanggup menjadi orang tua seorang wanita sial.”

Nyonya Thea menolak dengan nada dingin, membuat Jeanne sangat tidak nyaman.

Dan tepat pada saat ini, tangannya digandeng erat oleh William, bagaikan sedang memberinya ketenangan.

Jeanne menatapnya dengan terharu.

William hanya melihatnya sekilas, langsung mengalihkan pandangan pada tubuh Nyonya Thea.

“Ma, masalah ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Jessy, kamu jangan memarahinya tanpa alasan.”

Nyonya Thea mendengan perkataan yang penuh perlindungan ini, hatinya semakin marah.

Terutama melihat tangan mereka yang saling bergandengan, benar-benar menusuk sakit matanya.

Mengapa putranya yang begitu hebat dan lembut selalu melindungi wanita murahan ini?

Apa kebaikan yang dia miliki?

William tidak tahu cercaan dalam hati Ibunya, terus mengungkapkan: “Mengenai masalah Keluarga Munica, aku tidak akan campur tangan, itu adalah seharusnya yang mereka dapatkan!”

Nyonya Thea mendengar ini, dia tahu bahwa masalah ini tidak memiliki perubahan apapun, kemarahan yang selalu tertahan di dalam hati tidak tertahan lagi.

“William, kamu benar ingin begitu keras kepala?”

Dia menatap William dengan kejam, dan tidak melupakan Jeanne, menunjuk hidungnya berkata dengan penuh ironis, “Kamu sudah kembali hampir setengah tahun, apa gunanya melindungi wanita yang tidak bertelur ini?”

Jeanne mendengar Nyonya Thea sekali lagi menggunakan kehamilan menyalahkan dirinya, tidak hanya matanya yang menjadi gelap, sudut mulutnya juga terangkat ironis.

Benar-benar pencuri berteriak menangkap pencuri.

Alasan dia tidak dapat hamil, sebenarnya wanita ini lebih jelas dari siapapun, tetapi malah menggunakan masalah ini untuk menyerangnya.

Kalau bukan dia tahu sejak awal, mungkin sekarang dia benar-benar akan merasa sangat malu.

William menyangka ketenangannya karena sakit hati, wajahnya langsung menjadi suram.

“Ma!”

Dia tiba-tiba berteriak marah, matanya yang dingin menatap Nyonya Thea.

Nyonya Thea barulah menjadi tenang, melihat mata William yang dingin bagai salju, hatinya bangkit suatu perasaan bersalah.

Dia tahu dia sendiri salah berkata, ditambah lagi peringatan William sebelumnya, membuat kulit kepalanya terasa kebal.

“Kenapa? Meskipun aku salah bicara, ini juga kenyataan yang sebenarnya.”

Dia mengeraskan lehernya, tidak ingin di depan Jeanne ditentang oleh putranya sendiri, membantah dengan nada rendah.

Setelah perkataan ini dikatakan, wajah William menjadi semakin buruk.

Nyonya Thea sangat panik, dia takut berdebat dengan William, segera berkata untuk pergi.

“Lupakan saja, masalah ini aku tidak akan memperhitungkan dengan kalian, rumah utama masih ada urusan, aku akan pergi!”

Selesai berkata, dia langsung membalik badan dan pergi.

Bagaimana mungkin William tidak mengetahui Ibunya kesal dan merasa bersalah, hatinya meimbulkan suatu perasaan tak berdaya.

Dia tidak mengerti mengapa Ibunya begitu tidak suka pada Jessy.

Memikirkan ini, dia memutar kepala melihat ke Jessy.

“Tadi mama tidak ada maksud melakukan ini, kamu jangan memasukkan ke hati.”

Jeanne melihatnya, matanya yang mendalam melintasi perasaan bersalah, tetapi tidak dapat mengatakan apapun, hanya dapat mengangguk tanpa suara.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu