Wanita Pengganti Idaman William - Bab 481 Tidak Mau Berpisah

William mendengar raungan dan tangisan Jeanne, ekspresi di wajahnya jadi kaku, matanya terlihat rumit.

Pada saat ini juga, Jeanne mau pergi dengan sempoyongan, “aku mau pulang……hiks, pulang.”

William refleks memeluk Jeanne, menggendongnya di pelukannya, raut wajah buruk berkata: “ini kan rumah kamu, kamu masih mau pulang kemana?”

“Ini bukan rumahku, kamu lepaskan aku!”

Jeanne memberontak, memukul William.

William melihat tampang bingung dan mabuk Jeanne, juga malas bersikeras dengan Jeanne, langsung memeluk mengankatnya jalan ke arah kamar mandi.

William tanpa sedikitpun mengasihani dan menunjukkan cintanya, melempar Jeanne masuk ke dalam bak mandi.

“Sakit.”

Pantat Jeanne terpentok, mengernyitkan wajahnya dan berteriak sakit.

Masih tidak menunggu Jeanne bertanya pada William, air dingin dari kepala Jeanne mengalir ke bawah.

“Ah……William, apa yang kamu lakukan?”

Jeanne disiram air dingin sampai menembus hatinya, berteriak kehilangan suaranya.

Untungnya suhu air akhirnya perlahan berubah menjadi panas, namun meski begitu, Jeanne juga tidak berhenti ribut.

William diam terhadap caci maki Jeanne yang masih tidak berhenti, melihat airnya hangat dan pada saat shower ditaruh di tempat asal dengan suara dingin berkata: “mandi yang bersih, sekalian kamu juga sadarkan diri, pada saatnya nanti ada masalah apa, kita keluar dan bicarakan!”

selesai bicara, William melihat sekilas lekuk tubuh Jeanne yang terlihat bagus di mata karena basah, dengan raut wajah tegang berjalan keluar kamar mandi.

Jeanne melihat tampak belakang William pergi, rasionalitas Jeanne yang dikontrol alkohol perlahan kembali.

Jeanne terpikir hal bodoh yang ia lakukan sebelumnya, sangat ingin menenggelamkan diri dalam air.

Tentu saja Jeanne memang melakukannya

Jeanne membiarkan diri sendiri meringkuk di dalam bak mandi, lingkungan sekitar yang tenang perlahan membuat hati Jeanne yang gelisah jadi tenang.

Awalnya Jeanne mau berpikir sebentar bagaimana bicara dengan William, tapi seiring suhu air semakin panas, kelelahan setelah mabuk menyerang, tanpa sadar, Jeanne bersender di bak mandi perlahan menutup mata dan tidur pulas.

William menunggu di luar pintu, sampai Moli mengantarkan sup pereda mabuk, William tidak melihat Jeanne keluar, tanpa sadar jadi khawatir.

Wanita itu tidak mungkin sebingung-bingungnya jatuh di dalam bak mandi dan tertidur kan?

Berpikir, William buru-buru bangkit berdiri jalan ke arah kamar mandi.

Lagipula kalau tertidur, sangat mudah terjadi kematian karena tenggelam tidak bisa bernafas dalam air.

Sesuai dugaan, saat ia masuk ke kamar mandi, langsung melihat Jeanne terkapar di sisi bak mandi tertidur.

Di saat yang sama William menghela nafas dan juga sangat marah, tapi pada akhirnya semua berubah menjadi helaan nafas tidak berdaya.

Hanya terlihat William menutup erat bibir tipisnya, mendekat memeluk dan mengangkat Jeanne.

Seiring Jeanne masuk ke pelukan, baju William juga jadi hasah.

William mengernyitkan alis agak tidak senang, tapi Jeanne yang ada di pelukannya malah tidak ada perasaan apapun, malahan karena mencium wangi William, mengelus-elus kepalanya tidak mau berpisah, tidur semakin pulas.

……

Keesokan harinya, lagi-lagi sebuah hari yang sangat cerah.

Jeanne tidur sampai secara alamiah bangun, bangun dengan kepalanya sakit seperti mau pecah.

Jeanne melihat sekilas ke kamar yang kosong melompong, matanya penuh kekecewaan.

Jam segini, takutnya William dari awal sudah pergi kantor.

“Minum alkohol sungguh kesalahan, bagaimana aku bisa melewatkan kesempatan sebagus itu!”

Jeanne mengetuk dahinya sendiri, terpikir kejadian semalam, sangat kesal.

Juga tidak tahu setelah melewatkan kesempatan kali ini, apa William masih akan mendengar penjelasan Jeanne.

Jeanne sambil berpikir, meraba bibir turun dari kasur dan mandi.

Pada saat Jeanne selesai mandi, teleponnya di ranjang berdering.

Jeanne melihat sekilas, telepon dari kantor, Jeanne mengernyitkan alisnya dan menerima.

“Jessy, ada masalah di kantor, kamu sekarang segera datang ke kantor.”

Di telepon, terdengar Celica dengan suara panik.

Jeanne berdecak, baru mau tanya ada masalah apa, telepon langsung dimatikan.

Tak ada cara lain, terpaksa Jeanne buru-buru dengan kecepatan paling cepat pergi ke kantor.

Setelah sampai ke kantor, Jeanne menyadari semua orang di bagian desain melihat Jeanne dengan tatapan yang tidak benar, meskipun Jeanne bingung, tapi terpikir kata-kata Celica, Jeanne juga tidak peduli untuk bertanya dan langsung ke ruangan direktur.

“Direktur Celica, sebenarnya ada masalah apa?”

Celica melihat Jeanne memasuki kantor, matanya berbinar: “masih ingat sebelumnya 2 pesanan kerja sama aku dan kamu?”

Jeanne mengangguk, dengan bingung tidak paham berkata: “2 pesanan ini, bukannya klien sudah melihat produksinya? memangnya ada masalah apa?”

Celica melihat situasinya, dengan suara rendah berkata: “memang ada masalah, pakaian batch pertama yang kita produksi, dikembalikan klien, mereka mau revisi!”

“Kenapa bisa begini?”

Jeanne tidak berani percaya, tercengang dan melihat ke arah Celica.

“Ini aku mau tanya kamu, klien berkata pakaian yang diproduksi tidak sesuai dengan desain awalnya.”

Celica menatap Jeanne dengan marah, seperti sedang menunggu penjelasan Jeanne.

Jeanne malah karena kata-kata Celica, benar-benar terkejut.

“Tidak mungkin! Aku sama sekali tidak pernah mengubah naskah desainnya, mana mungkin bukan desain awal.”

Celica menghembuskan nafas dengan dingin: “bagaimana aku bisa tahu, intinya karena masalah ini, sejuta pakaian yang sebelumnya kantor kirim sudah dikembalikan, juga dalam masalah ini, kita masih harus mengulang naskah desain, paling penting itu, kantor takutnya akan rugi besar karena masalah ini, bahkan sampai kena tuntutan.”

Jeanne mendengar sampai akhirnya, nafasnya tertahan.

Saat Jeanne sudah kembali ke kesadarannya, dengan sangat cepat menyadari kata-kata Celica salah.

“Masalah ini sama sekali bukan masalah kita, bilang apalah bukan naskah desain awal, aku lihat mereka itu mau memutuskan kontrak, awalnya jelas-jelas mereka memilih naskah desainku, sekarang atas dasar apa mundur? Meski mundur, masih mau menggigit kita balik, ini jelas pemerasan dalam bisnis!”

Jeanne semakin bicara semakin marah, juga semakin emosi dan berkata, “kalau benar mereka mau melakukan itu, masalah ini kita tidak bisa duduk diam menunggu kehancuran saja, biar mereka menjalankan tuduhannya pada kita, aku sekarang pergi mengabari manajer.”

Selesai bicara, Jeanne kembali sadar langsung mau berjalan.

“Diam di tempat!”

Celica melihat tampak belakang Jeanne yang mau pergi, buru-buru menghentikannya, menegur berkata: “apa gunanya memberitahu manajer, klien menyatakan yang diproduksi bukan desain awal, kalau normalnya, dibanding membuat kacau masalah sampai tidak bisa dibereskan sama sekali, kamu lebih baik pergi ke klien dulu sana, pahami dengan jelas situasinya baru pulangnya diskusi denganku mengurus hasilnya.”

Jeanne meraba, mau tidak mau berkata kalau kata-kata Celica ini juga masuk akal.

Lagian lawannya juga bukan perusahaan kecil, mau bilang pemerasan, masih belum separah itu, belum tentu di dalamnya benar ada masalah internal apa.

“Baik, aku pergi ke kantor mereka lihat-lihat.”

Pada akhirnya, Jeanne dalam hati memutuskan, berbalik badan dan pergi.

Karena hal itu juga, Jeanne tidak melihat Celica setelah ia pergi, mengangkat ujung bibirnya dengan aneh.

10 menitan kemudian, Jeanne datang ke perusahaan komunikasi, mendaftarkan nama dan tujuan kedatangan pada resepsionis.

Awalnya mengira selesai Jeanne bicara hal-hal ini langsung bisa masuk kantor, siapa sangka resepsionisnya dengan ekspresi tidak senang menatap Jeanne, dengan menghina berkata: “ternyata kamu desainer yang menipu itu, direktur Bernich tidak ada di tempat, kamu sebaiknya datang di lain hari.”

Jeanne awalnya tidak puas dengan sikap resepsionisnya, namun masalah ke 2 perusahaan, juga tidak peduli.

Sebenarnya, Jeanne menyadari kalau direktur yang resepsionis sebut itu bukan orang yang Jeanne mau cari, membenarkan dan berkata: “aku bukan mau cari Direktur Bernich, aku carinya Direktur Agasi, ada masalah yang sangat penting, tolong kamu bantu aku hubungi.”

Jeanne mengernyitkan alis berkata memohon lagi, malah memicu ketidaksabaran resepsionis.

“Apaan Direktur Agasi, di kantor kami tidak ada Direktur Agasi, hanya ada Direktur Bernich, aku rasa kamu datang ke tempat yang salah dan mencari orang yang salah ya?”

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu