Wanita Pengganti Idaman William - Bab 20 Malam Ini Denganmu

Bab 20 Malam Ini Denganmu


Jeanne tanpa sadar mengangkat berkas-berkas itu, melihat beberapa halaman, ia tak menyangka kalau ternyata berkas itu adalah naskah desain. Saat Jeanne kuliah ia mengambil jurusan utama desain pakaian, bisa dibilang ia sudah jago dalam bidang ini.


Bagi Jeanne setumpuk naskah desain yang diletakkan di sini seakan memiliki daya tarik yang mematikan untuknya. Sambil makan ia terus melihat-lihat, menyadari kalau gambar desainnya lumayan bagus juga, desain pakaian di dalamnya berkonsep baru, hanya saja masih banyak bagian-bagian yang perlu dikoreksi.


“apa semua ini sudah tidak dibutuhkan lagi ya?”Jeanne berpikir sambil menyantap makanannya, pasti lah ya, kalau tidak pasti naskahnya tidak sembarang ditinggal di sini.


Jeanne menghabiskan sendok terakhir kuahnya, merasa perutnya jadi hangat. Ia mengesampingkan mangkok dan sumpitnya, semakin lama ia melihat tumpukan rancangan ini semakin juga ia menyukainya, hatinya jadi geregetan, ingin sekali ia menggerakkan tangannya.


“ah sudahlah, lagipula sekarang juga lagi senggang, lebih baik biarkan aku menyelamatkan kalian.” kata Jeanne.

Ada hal yang bisa dikerjakan pas sekali untuk menghabiskan waktuku. Ia hampir seperti tak sabaran saat membawa barang-barang itu kembali ke kamarnya. Papan dan alat gambar yang kemarin malam ia pakai masih ada di sini. Jeanne menata mereka dengan rapih satu per satu, kemudian meletakkan naskah desain tersebut di tengah-tengah.


Jeanne menyalakan kembali lampu balkon, meneliti gambar-gambar tersebut dengan seksama. Ia merasa seperti kembali ke masa-masa sekolah lagi. Jarang sekali bisa menemukan hal yang ia suka lakukan, ia sepenuhnya larut dalam mengerjakannya. Tanpa henti ia membuat sketsa dengan pensilnya, setiap detil dari setiap desain, ia harus memikirkannya berulang kali, sampai akhirnya bisa mencapai kesempurnaan. Begitu terus semenit sedetik terus berlalu, dalam sekejap mata ia sudah sibuk mengerjakannya selama hampir dua jam.


Saat William di tengah malam setelah selesai dengan pekerjaannya kembali ke kamar dari ruang belajar, ia melihat adegan yang sangat serius itu. Di bawah lampu balkon terang yang membuat Jeanne seakan diselimuti lingkaran cahaya berwarna kuning. Padahal ada orang yang masuk ke kamar, Jeanne malah tidak merasakannya, terus terbenam dalam yang ia kerjakan. Apalagi tangan Jeanne memegang sebuah pensil, terlihat seperti sedang mencoret-coret tidak tahu sebenarnya sedang apa.


William jadi lumayan penasaran, ia langsung berjalan sampai ke sisi Jeanne. William yang tiba-tiba muncul tentu saja membuat Jeanne sangat terkejut, terutama karena Jeanne teringat semalam energi William yang ingin sekali melahapnya hidup-hidup.


Pikirannya jadi terguncang tidak jelas, pensil yang di tangannya bahkan jatuh ke lantai. “ti, tidak ada apa-apa.” sambil bicara, Jeanne sambil memungut pensil yang ia jatuhkan ke lantai, ia juga dengan sangat hati-hati mengintip dari ujung pandangannya bagaimana raut wajah William.


William mengamati sejenak dan mendapati barang-barang yang menumpuk di meja Jeanne, tanpa sadar ia melihat ke arah Jeanne. Ternyata tumpukan itu adalah naskah desain yang baru saja ia cek di lantai bawah dan lupa ia bawa naik.


William sejak dulu selalu sangat cermat dan teliti soal pekerjaan, alisnya langsung terkernyit. Ia mengulurkan tangan dan mengambil gambar-gambar tersebut, melihat sudah ada banyak perubahan di gambarnya, amarah dalam hatinya tanpa sengaja meledak, dengan suara yang galak ia berteriak, “apa yang telah kau lakukan!” nada suaranya begitu tinggi, Jeanne juga dikejutkan olehnya.


Pandangan Jeanne yang tertuju pada William perlahan turun sampai ke kumpulan naskah desain di tangannya, Jeanne menjelaskan dengan gagap, “a, aku tadi lihat itu saat makan di 


lantai bawah, aku kira sudah tidak berguna lagi, jadi aku membawanya ke sini.” suara Jeanne semakin lama semakin mengecil. William sudah mulai memperhatikan kumpulan desain itu. Raut wajah William sangat teramat buruk, membuat Jeanne sepenuhnya gugup.


Tidak sampai separah itu kan? Kan cuma beberapa lembar gambar saja. Namun Jeanne juga tidak berani bicara banyak, ia hanya bisa memandang William dengan sangat hati-hati. William menyadari ada 3 lembar gambar yang sudah diubah Jeanne, ia mengeluarkan ketiga lembar tersebut, melihatnya secara detil, ekspresinya menjadi lebih kalem.


Hampir semua bagian yang sudah diubah Jeanne, sempurna seperti diurus keahlian yang unggul. Apa yang sebenarnya terjadi ini? William melihat gambar-gambar tersebut berulang kali, baru bisa yakin kalau ia tidak salah lihat. Ia terus diam dan tak berbicara, ekspresi di wajahnya semakin lama semakin suram, sorot matanya pada Jeanne juga seperti menyelidiki.


Dalam hati Jeanne diam-diam berkata gawat, tidak mungkin kan ia kena masalah lagi karena mengurusi sesuatu yang seharusnya tidak ia sentuh. Matilah, kalau aku tahu dari awal aku tidak mungkin membiarkan tangan bodohku ini.


Ya sudahlah, mau bagaimanapun ujung-ujungnya mati, lebih baik aku mengaku lebih awal. “maafkan aku, a, aku tidak tahu kalau naskah desain ini masih dipakai. Aku bersumpah kalau aku tahu aku pasti tidak akan menyentuhnya sama sekali.”


Jeanne meminta maaf pada William dengan wajah yang sangat serius, ia berharap William bisa membiarkan masalah ini berlalu secepatnya. Setelah beberapa saat, William baru melihat dan mengira-ngira, kemudian bertanya, “bukannya kamu belajar manajemen keuangan ya, kenapa bisa hal semacam ini?”


Gambar-gambar ini kalau dilihat sama orang yang tidak profesional pasti orang itu tidak akan mengerti, apalagi kalau sampai bisa membuat perubahan yang menyempurnakannya. Ini membutuhkan pemahaman yang dalam untuk membuat perubahan seperti ini.


William memandang Jeanne dengan seksama, ia tahu Jeanne menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Tapi tidak mungkin bahkan sampai jurusan dan keterampilannya berubah juga 


kan? Melihat William yang penuh dengan kecurigaan, Jeanne dalam hati berkata gawat, otaknya berjalan dengan cepat, ia memaksakan alasannya, “kenapa? Tidak boleh punya hobi di waktu luang?”


Melihat William yang masih setengah percaya setengah tidak, Jeanne pura-pura tenang dan menambahkan, “sejak dulu aku suka hal-hal seperti ini, hanya saja papa tidak suka. Jadi aku diam-diam mempelajarinya, hanya saja tidak ada yang tahu.”


Selesai bicara semua itu, jantungnya berdetak kencang sampai rasanya hampir mencapai tenggorokannya, sepasang matanya menatap William dengan penuh kekhawatiran.

“yang kamu ubah lumayan bagus, pernahkah kamu berpikir untuk kerja di perusahaan?” tanya William.


Meskipun William agak curiga, tapi ia malah menganggukkan kepalanya, situasi seperti ini mungkin juga sih, malah ia tidak begitu mencurigai Jeanne lagi.


“Perusahaan keluarga baru-baru ini sedang mendirikan merk kelas atas, sedang merekrut banyak sekali desainer dari luar.”


William kemudian menambahkan lagi.“kalau kamu memang benar-benar suka, ini kesempatan yang langka sekali bisa kamu pakai latihan. “desainer Perusahaan keluarga William?”


Jeanne terdiam mendengar hal itu, jantungnya serasa deg-degan. Perusahaan keluarga William kan perusahaan kelas atas di dalam negri, berprospek tinggi, kalau sudah pernah masuk Perusahaan keluarga William, mau pergi ke perusahaan manapun bukan masalah lagi. Jeanne menelan ludahnya, otomatis jantungnya berdetak dengan sangat kencang.


Dalam sekejap di pikirannya muncul kata-kata Julian, “saat kamu di rumah William, mau apapun itu kamu harus melaporkannya padaku! Ingat baik-baik!”


Benar juga, sebelum datang, peringatan Julian serasa masih terngiang di telinga Jeanne, lagipula Julian juga sesekali mengawasi laporan. “ini pekerjaanku sendiri, seharusnya tidak perlu melapor padanya kan?” pikiran Jeanne berputar kemana-mana, pergi atau tidak ya, saat itu juga ia jadi agak bingung.


Melihat Jeanne yang ragu, William juga tidak memaksanya untuk segera memutuskan, kemudian ia berkata, “kamu tidak usah jawab sekarang, boleh kamu pikir-pikir dulu.” Jeanne menganggukkan kepalanya.


William mengulurkan tangannya dan mengembalikan kumpulan naskah itu kembali, “kalau kamu punya waktu senggang kamu bantu juga beberapa halaman yang di belakangnya saja!”

“ah, oh, baiklah.” Jeanne menangguk, hatinya memang masih belum rela pisah dari beberapa gambar itu.


William mengiyakan, kemudian langsung masuk ke kamar mandi. Tidak lama kemudian terdengar suara shower yang menyala.


Jeanne tanpa sadar merasa ketakutan, diam-diam ia berkata, “apa malam ini William mau tidur di sini?”

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu