Wanita Pengganti Idaman William - Bab 30 Apa Aku Salah Paham Padamu

Bab 30 Apa Aku Salah Paham Padamu

Wajah William dalam sekejap jadi gelap, terlihat ada sorot mata dingin yang terkumpul di bola matanya.

Sorot matanya yang tajam itu, seketika itu juga tertuju pada wajah Jeanne.
“pemegang saham?”
“benar, papaku harap bisa jadi pemegang saham perusahaan ini.”

Jeanne terpaksa bersikeras bermuka tebal, dalam hati ia agak menyalahkan Julian, kenapa Julian menyuruh Jeanne melakukan hal semacam ini.

Alis William seketika berubah,,,ia seperti tersenyum curiga, bajunya ia lempar ke atas ranjang dengan kencang.
“dia mau pegang berapa banyak saham?”
Tentang Julian,William kurang lebih paham, Julian sudah terkenal kikir dan perhitungan.

Jessy itu putrinya, bisa sebaik apa sih dia.
“tiga puluh persen.”

Jeanne menjawab dengan agak gagap, angka tersebut seperti menggumpal di lidahnya. Saat selesai bicara, Jeanne kembali merasa kalau angka itu terlalu tinggi. Apalagi William sudah menyelesaikan perusahaannya sekitar 70 sampai 80 persen, Julian itu cuma mau mengambil keuntungan yang sudah ada dengan mudah.

Jeanne mengintip dan memperhatikan William, hanya terlihat wajah tampan William yang sudah seperti lapisan es, terlihat agak menjauh juga, tanpa sadar Jeanne merasa sedikit terluka.

Baru kata-kata itu terlontar, Jeanne juga tak tahu William lagi bicara apa, ia hanya bisa menatap ujung kakinya dan bengong seperti orang bodoh.

“kalau aku tidak setuju, apa itu artinya kamu tidak mau kerja jadi desainer?” William melihat langsung ke arah Jeanne, seperti mau melihat niat Jeanne yang sesungguhnya. Tidak bisa menolak, beberapa hari ini dia memang sangat mengagumi Jeanne, terutama bakat desain Jeanne, juga pengertian Jeanne yang unik di bagian ini.

Mereka berdua berbicara dengan senang mengenai hal ini, bahkan William sampai inisiatif untuk merekrut Jeanne.sebagai desainernya. William tertawa dingin, tidak heran ya, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Jeanne bilang ia bersedia jadi desainer, ternyata karena mau memanfaatkan kesempatan ini, mendapat saham.

Tidak kepikiran, William juga ternyata punya saat-saat di mana ia salah menilai orang, tanpa disangka ia dipermainkan oleh seorang wanita, benar-benar lucu. Jessy sesuai dugaan juga seperti data yang diinformasikan dulu, sama sekali tidak semudah yang William pikirkan.

Pura-pura memalsukan sifat aslinya, sekarang mulai perhitungannya lagi. Pikiran William berubah dalam sekejap, sorot matanya yang menatap Jeanne dipenuhi kekecewaan.

Menikah dengan William demi keuntungan, sekarang mau masuk ke perusahaannya juga sama demi keuntungan saja.

“tidak, kamu jangan salah paham”
Mendengar William bicara seperti itu, Jeanne terdiam, buru-buru menggelengkan kepala dan menyangkal. Ini memang bukan niat awal Jeanne, ia juga terus memikirkan cara dimana kedua hal tersebut bisa berakhir baik. tapi Julian malah mengancam Jeanne dengan nyawa mamanya, apa lagi yang bisa ia lakukan?

Mata Jeanne memerah, menatap William mau memberi penjelasan, tapi saat itu ia tak tahu harus mulai dari mana.

“apa aku benar-benar salah paham padamu?” William tertawa dingin, sepasang matanya membuat Jeanne tak tahu harus berbuat apa.

Jeanne seakan tertohok akan kata-kata William, saat itu juga ia terhenti di situ. Sudah jelas bukan seperti ini, tapi sekarang semuanya berubah, semuanya kacau.

Otak Jeanne yang bingung tidak cukup untuk masalah ini, hanya bisa melihat ke William mau bicara tapi juga terhenti.
“kamu tak perlu menjelaskan lebih lanjut lagi.”

Topik pembicaraan William beralih,“namun untuk masalah bisnis seperti ini, tak seharusnya kamu yang bicarakan. Karena papa mertua yang mau memegang saham, biar dia saja yang cari dan bicara denganku.” suara William dingin sampai menusuk tulang, tapi...... malah setuju?
Jeanne juga agak tidak paham, ia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah William dengan terkejut. Ia melihat William yang sudah membereskan barangnya dan langsung pergi tidur di kamar tamu sebelah.

Di kamar yang besar itu, dalam sekejap saja tinggal Jeanne seorang tersisa, biasanya ia tak merasakan, sekarang malah terasa begitu hampa. Angin dingin bertiup, saking dinginnya Jeanne sampai gemetaran. Ia berbalik badan dan pergi ke dekat balkon, menyadari kalau jendelanya tidak tertutup dengan baik, masih ada bukaan sedikit.

Saat sudah selesai dan kembali ke dalam kamar Jeanne menunggu lagi untuk waktu yang lama, tapi ia malah tidak melihat William yang berniat kembali dan tidur di sana.

Jeanne tanpa sadar tersenyum pahit, sesuai dugaan kali ini William sudah benci pada Jeanne? Tapi sesuai yang William bicarakan, Jeanne memang tidak punya pembelaan diri yang baik, ia memang melakukannya demi keuntungan, benar kan?

Jeanne menyetujui permintaan Julian untuk pura-pura jadi Jessy, bukannya juga untuk pengobatan ibunya? Tanpa ada niat untuk tidur, Jeanne langsung saja menelepon Julian.

Telepon di ujung sana berdering dengan sangat lama baru tersembung, suara Julian terdengar jelas sangat amat tidak senang, sudah jelas kalau ia dari tadi sudah tidur, dan bangun karena berisiknya dering telepon Jeanne.
“telepon di tengah malah buat apa? Sebaiknya kamu ada masalah yang penting.”
Kata-kata penuh amarah terdengar dan hanya terpisahkan oleh telepon.

Jeanne sampai merasa sesak nafas, demi masalah Julian beli saham, ia sudah menyinggung William, sampai akhirnya Jeanne bicara dengan suasana hati buruk,“tentu saja untuk masalah kamu membeli saham, kenapa, sudah tidak bersedia? Aku kasih tahu William sekarang ya.”

“jangan!” dari telepon terdengar suara berisik juga, sepertinya Julian bangkit berdiri.。

Julian panik dan berjalan ke balkon, suara bicaranya agak berangin, “bagaimana? Apa William sudah setuju? Aku sudah bilang kan, kalau saja kamu bersedia bicara dengannya, dia pasti akan setuju, tanpa disangka kamu malah membuat aku menunggu selama ini. Oh ya, dia ada bilang soal kapan tanda tangan kontrak serah terima tidak?”

Karena sudah yakin saham ada pada tangannya. Suara Julian tidak seperti biasanya, bahkan tersirat semangat karena senang. Julian benar-benar bermuka tebal ya, Jeanne tertawa dingin, “mana mungkin semudah itu? Tapi William sudah bilang mau bertemu sekali denganmu.”

“sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Julian.
Sudah jelas masalahnya agak berbeda dengan yang diperkirakan Julian, suaranya juga kembali agak dingin, “kamu tak mungkin keceplosan bicara hal yang tidak seharusnya kamu bicarakan kan?”

“mana mungkin, bukannya mamaku ada di dalam kendalimu juga kan?” kata Jeanne.

Jeanne merasa lumayan tertekan, malah ia memberitahukan Julian tepat apa yang dikatakan William tanpa menutupi suatu apapun, “William bilang, urusan bisnis semacam ini, seharusnya kamu yang bicarakan. Karena kamu mau beli saham, langsung saja cari dia dan bicarakan.”

“kalau untuk berhasil atau tidaknya, kamu harus bergantung pada kemampuanmu sendiri.” bicara soal ini Jeanne sambil melepas sedikit amarahnya.

Di ujung telepon sana jadi hening sejenak,Jeanne bahkan mengira Julian sudah menutup teleponnya, terdengar ada suara yang berat dan mendalam berkata, “lumayan juga, memang harusnya seperti ini. Kalau begitu janjian besok saja, aku pergi ke kafe di seberang perusahaan keluarga William dan menunggunya.”

Julian tanpa disangka setuju juga, sesungguhnya di luar perkiraan Jeanne. Jeanne menjawab ya, baru saja mau menutup telepon, jeanne mendengar Julian bertanya lagi, “apa William tak ada bilang apapun lagi padamu.”

Julian benar-benar sungguh mau menggunakan Jeanne semaksimal mungkin, malah masih mau mencaritahu informasi lain lagi dari Jeanne. Apa William akan bicara soal hal lain pada Jeanne? Sekarang William tak membunuh Jeanne saja sudah termasuk lumayan bagus.

Terpikirkan adegan pertengkaran mereka tadi, Jeanne mengernyitkan alis, suaranya agak murung dan berkata, “tidak.”

Julian menghembuskan nafas, “kamu ingat dan beritahu William! Jangan macam-macam.”
“kalau ia macam-macam, kamu tak akan membiarkan aku bertemu dengan mama selamanya ya kan?”

Jeanne menertawakan diri sendiri, “kamu setiap kali selalu begini, hehe!”

Di ujung telepon sana tidak ada kata-kata lagi, ia hanya membuang satu kalimat terakhir, “bersikaplah selayaknya, kalau hal ini berhasil, kamu secepatnya bisa bertemu mamamu lagi.”

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu