Wanita Pengganti Idaman William - Bab 108 Tolong Jaga Sikap

Bab 108 Tolong Jaga Sikap


Melihat mereka berdua, mata Jeanne terlihat terkejut. Karena Jeanne sama sekali tidak terpikir kalau akan ada Alexa juga. Ditambah lagi di dalam ruangan VIP itu, hanya ada mereka bertiga saja.


Jeanne refleks menghentikan langkah kakinya, mau mengambil langkah mundur. Intuisinya memberi tahu padanya, di dalam sini ada yang aneh. Tapi Marina mana mungkin membiarkan orang yang sudah masuk perangkapnya kabur.


Marina pura-pura tidak melihat apapun dan menarik Jeanne masuk ke dalam ruang VIP. Jeanne juga tahu kalau ia sendiri sudah tidak bisa kabur lagi, sekalian saja ia duduk di dalam ruang VIP mengikuti Marina.


Jeanne melihat ke sekitar, sengaja pura-pura bertanya dengan tidak yakin: “tante Marina, apa aku datangnya telat? Kenapa cuma ada tante sama dedek Alexa, William mana? Aku tidak melihatnya juga, apa ia sudah pulang?”


Marina tentu tahu apa yang ingin Jeanne bicarakan, ia tertawa dan berkata: “bukan kamu yang datang telat, kita yang datangnya kepagian, omong-omong juga salah aku, aku salah ingat jamnya, kamu tunggu saja, nanti mereka juga datang.”


Jeanne menatap Marina, setengah percaya dan setengah tidak percaya, malah susah juga kalau mau bilang apa-apa lagi, terpaksa duduk diam saja di satu sisi.


Alexa melihat hal itu, matanya berbinar dan menatap ke arah Marina. Semuanya tak dapat terlukiskan dengan kata-kata. Tidak lama kemudian, terus-terusan ada orang datang masuk ke ruang VIP mereka.


Orang-orang tersebut juga tidak asing bagi Jeanne, semuanya itu para pria kaya yang sering main sama Jessy dulu. Mereka melihat Jeanne, satu per satu dari mereka menyapa Jeanne penuh canda. 


“Jessy sudah lama sekali aku tidak melihat kamu ke luar, aku kira kamu sudah menyerah soal kumpul-kumpul.” 


“iya benar, aku dengar kamu belakangan ini terus-terusan tinggal diam di rumah saja, kita semua kira kamu itu mau bertobat.”


“bukan lah ya, dulu kan tiap hari Jessy memanggil kami kakak beradik untuk pergi main ke klub malam, kenapa, akhirnya gak tahan, mau keluar bersenang-senang ya.” mereka semua bicara satu kalimat satu kalimat, membuat senyum sopan Jeanne itu hampir tidak bisa bertahan di wajahnya. Terutama saat Jeanne melihat di kerumunan orang itu ada Gregor, matanya langsung turun. Kemudian langsung jalan ke hadapan Jeanne.


“Jessy, aku tahu kamu tidak akan bisa bertahan lama, hehe, sesuai dugaan ternyata tebakanku memang benar, berhari-hari kamu diperhatikan direktur William, sudah tidak tahan kan? Yuk, malam ini kita tidak pulang kalau belum mabuk.” sambil bicara, tangannya mau menyentuh Jeanne.


Melihat itu, Jeanne mendorong Gregor dengan kencang: “tuan muda Gregor, tolong jaga sikapmu.” selesai bicara, Jeanne bangkit berdiri, melihat ke arah Marina dengan wajah penuh amarah, hati Jeanne sudah bisa menebak kalau ia sedang masuk perangkap. 


Marina yang sejak dulu selalu punya niat jahat pada Jeanne, mana mungkin tiba-tiba berbaik hati dan memberitahu Jeanne soal masalah William. Lagian, kalau memang ada masalah apa, William juga pasti akan inisiatif memberitahu Jeanne.


Sesuai dugaan Jeanne memang bodoh, berpikir kalau Marina untung saja anggota keluarga William, tidak bisa bertengkar terlalu parah, siapa sangka kalau ia itu bukan orang yang memikirkan akibat dari tindakannya.


Hari ini kalau Jeanne berurusan sama orang-orang itu, besok tidak tahu akan ada rumor apa yang menyebar. Pada saatnya nanti nama keluarga William bisa tercoreng, nyonya Thea pasti tidak akan membiarkan Jeanne lolos dengan mudah.


Berpikir seperti itu, Jeanne sudah tidak peduli untuk membuat perhitungan dengan Marina, berkata dengan dingin: “maaf ya, aku masih ada urusan lain, pergi duluan.”


“duh, Jessy, apa maksud kamu ini? Kami baru datang, kamu sudah mau pergi?”


“benar tuh, apa karena sekarang sudah jadi nyonya rumah keluarga William, kamu meremehkan kami?”


“bener banget, sejak masuk ke keluarga William, jarang sekali meladeni kita teman-temannya ini, kelihatannya Jessy mau memutus hubungan dengan kita.”


Mendengar satu per satu kalimat mereka, Jeanne mengernyitkan alisnya. Jeanne memang sungguh ingin membersihkan sampai tuntas hubungannya dengan orang-orang itu hanya saja kata-kata itu tidak dapat keluar dari mulutnya, kalau tidak akan membuat semua orang tersinggung.


“bukan itu maksud aku, aku benar-benar ada urusan lain.” Jeanne meraba bibirnya, bicara lagi, berharap kumpulan orang itu bisa merelakannya pergi.


Namun pada saat itu juga, dua orang anak perempuan kaya berjalan keluar dari kerumunan orang.


Mereka masing-masing menarik satu tangan Jeanne, menariknya dan berkata sambil tertawa: “baiklah baiklah, kalaupun kamu mau pergi, paling tidak harus minum beberapa gelas dulu baru pergi.” sambil bicara, mereka memaksa dan menyeret Jeanne ke sisi meja, di sana sudah ada alkohol yang dituangkan orang.


Di bawah sorot lampu yang agak remang, gelas alkohol itu terlihat seperti bersinar. Melihat itu, Jeanne refleks saja menolak. Karena sudah bisa menebak kali ini acara kumpulnya itu rencana jahat Marina dan Alexa, semakin juga ia berjaga-jaga.


Alkohol di tempat ini tentu saja ia tidak mau sentuh. “takutnya aku menghancurkan kesenangan kalian, beberapa hari ini pencernaanku ada masalah, dokter terus menyuruhku berhenti minum-minum alkohol.” Jeanne mencari alasan.


Siapa sangka baru kata-kata Jeanne itu terlontar, sudah terbongkar kedoknya.

“loh, tidak boleh minum alkohol? Tapi aku kemarin masih lihat kamu minum alkohol deh perasaan!” Alexa sengaja pura-pura bicara dengan terkejut.


Seiring dengan kata-katanya itu, suasana di sana dalam sekejap membeku. Tapi dengan cepat dapat dipecahkan juga. Anak perempuan kaya yang awalnya mengapit tangan Jeanne menatapnya dengan tidak puas.


“Jessy, kamu tidak seru ah kalau begini.”


“iya tuh, masih bilang begitu lagi sama kami.” 


Melihat hal itu, Jeanne marah dan mengamati Alexa sekilas, lagi-lagi ia menolak dan berkata: “aku benar-benar tidak boleh minum, kemarin itu tidak ada cara lain, coba kalian selain kemarin, sebelumnya kapan lihat aku keluar?”


Selesai bicara, Jeanne melihat ke sekeliling. Orang lainnya saling bertatap-tapan, tidak tahu juga siapa yang bilang pada saat itu: “karena tidak bisa minum alkohol yang kadarnya tinggi, kalau begitu kita minum cocktail saja bisa kan.”


“benar tuh, bukannya masih ada cocktail, itu mirip-mirip lah sama minuman kita.” semua orang bicara, ada orang yang meminta pelayan membawakan cocktail.


Melihat cocktail yang warna warni itu, Jeanne tidak mampu menolak lagi, berkali-kali ia sudah dituangkan minum. Tapi yang perlu disyukuri itu, kadar alkohol cocktailnya memang tidak tinggi, masih ada di dalam kisaran yang bisa ia terima, tidak sampai membongkar identitasnya.


Saat Jeanne disibukkan sekumpulan teman minum alkohol itu, Marina membawa Alexa pergi secara tiba-tiba. Mereka berdua keluar dari ruang VIP, tidak langsung turun ke lantai bawah, malah sengaja berjalan ke arah ruang VIP tempat dimana William berada.


Mereka tahu kalau malam ini William akan berdiskusi soal kerja sama di tempat ini, akan membawa asistennya juga, rencananya mau pura-pura semuanya itu kebetulan. Padahal sesungguhnya, skenario itu memang dibuat dan dimainkan sesuai yang mereka bayangkan.


Hans melihat Marina dan alexa, menyapa dengan sopan: “nona Marina, nona Alexa, kalian kok bisa ada di sini?”


Alexa tidak menjawab, ia malah melihat ke arah Marina. Marina tertawa sambil berkata: “sedang kumpul-kumpul sama teman di sini, di ruang VIP depan sana.” sambil bicara Marina menunjuk ke sebuah ruangan VIP, segera setelahnya seperti kepikiran sesuatu, ia bertanya: “oh iya omong-omong, asisten Hans ada di sini, apa William sedang berdiskusi soal bisnis?” 


Hans mengangguk dan berkata: “benar, direktur bertemu dengan direktur Jason” 


Marina menganggukkan kepala: “begitu ya, kalau begitu aku tidak masuk dan mengganggu, pergi duluan ya.” selesai bicara, Marina memberi tanda pada Alexa untuk mengikutinya.


Akhirnya baru saja jalan dua langkah, Marina baru pura-pura seperti teringat sesuatu, menoleh dan mengambil langkah cepat berjalan ke samping Hans.


“oh iya, asisten Hans, ada sesuatu yang ...... sebaiknya kamu omongin ke William.” 


Hans melihat tampak tidak yakin Marina, ia agak bingung. “nona Marina maksudnya sesuatu itu apa ya?”


Mendengar hal itu, terlintas rencana jahat di mata Marina. Marina pura-pura meraba bibirnya lalu berkata: “barusan saat aku lewat dari sana, sepertinya aku melihat Jessy, di ruang VIP itu, sekumpulan orang, kelihatannya bukan yang sikapnya baik-baik saja, intinya nanti kamu suruh William pergi dan lihat, jangan biarkan Jessy kena masalah atau apa.”

Novel Terkait

Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu